KABARBURSA.COM - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) tengah menjalani transformasi besar-besaran. Dari perusahaan yang identik dengan batu bara, kini TOBA mulai merintis jalan sebagai pemain energi bersih dan pengelola lingkungan hidup.
Arah barunya jelas, yaitu mengejar pertumbuhan jangka panjang dengan sumber-sumber pendapatan yang lebih stabil, serta valuasi pasar yang lebih tinggi.
Langkah TOBA meninggalkan sektor batu bara bukan lagi rencana, melainkan kenyataan yang sedang berlangsung. Dua unit pembangkit listrik tenaga uap, Sulut 1 dan Sulut 3, telah sepenuhnya dilepas.
Kini, sisa kontribusi batu bara terhadap pendapatan perseroan pun menyusut drastis, hanya sekitar USD21 juta dari tambang, dan USD28 juta dari perdagangan batu bara.
Jika dibandingkan dengan total pendapatan kuartal pertama 2025 yang mencapai USD71 juta, porsinya semakin mengecil. Apalagi, cadangan batu bara yang dimiliki TOBA diperkirakan hanya cukup untuk dua hingga tiga tahun ke depan, dengan nisbah kupas (stripping ratio) yang sudah mencapai 13–15 kali. Stripping ratio adalah angka yang mengindikasikan biaya produksi yang kian menekan.
TOBA Garap Proyek Ambisius PLTS Terapung
Namun di saat satu pintu ditutup, TOBA membuka banyak pintu baru. Di sektor energi terbarukan, TOBA tengah menggarap proyek ambisius pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung berkapasitas 250 megawatt. Targetnya bukan pasar domestik, melainkan ekspor listrik ke Singapura.
Proyek ini diperkirakan membutuhkan belanja modal sebesar USD250 hingga USD300 juta, mencakup pembangunan kabel bawah laut dan sistem penyimpanan energi (BES). Jika berhasil, proyek ini berpotensi menghasilkan EBITDA antara USD40 hingga USD45 juta per tahun.
Saat ini, proses perizinan sedang ditempuh, dan pembangunan fisik ditargetkan mulai dua tahun setelah persetujuan diberikan.
Masih di sektor surya, TOBA juga menargetkan PLTS darat berkapasitas 46 MW yang akan beroperasi secara komersial pada akhir 2025. Kontribusi EBITDA dari proyek ini diproyeksikan mencapai USD3–4 juta mulai tahun buku 2026.
Tak hanya mengandalkan matahari, TOBA juga menempatkan pengelolaan limbah sebagai salah satu pilar baru bisnisnya. Melalui akuisisi Sembcorp Environment, perusahaan pengelola limbah terintegrasi asal Singapura, TOBA memperluas cakupan usahanya.
Akuisisi ini dilakukan pada valuasi sekitar 7 hingga 8 kali EV/EBITDA. Dari sisi kontribusi keuangan, Sembcorp ditargetkan menghasilkan EBITDA sekitar USD50 juta pada 2026, dan terus meningkat hingga USD70–80 juta pada 2028.
Dengan operasi yang stabil dan adanya kontrak jangka panjang untuk penjualan uap hingga tahun 2043, bisnis ini menjanjikan pemasukan berulang yang konsisten.
Dalam sektor energi air, TOBA juga mempersiapkan proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) kecil berkapasitas 6 MW di Lampung yang akan mulai beroperasi pada kuartal pertama 2025. Selain itu, sedang disiapkan pula proyek tambahan sebesar 50 MW melalui kerja sama dengan Nusantara Power, anak usaha PLN, dengan belanja modal sekitar USD120 juta.
TOBA Alokasikan Capex USD15 Juta untuk Kendaraan Listrik
Sektor kendaraan listrik (EV) pun masuk dalam radar ekspansi TOBA, meski masih dalam tahap awal dan belum menghasilkan laba. Perusahaan mengalokasikan belanja modal tahunan sekitar USD10–15 juta untuk membangun pondasi bisnis EV ke depan.
Di sisi keuangan, total utang TOBA saat ini berada di angka US$480 juta. Namun jika memperhitungkan dana hasil divestasi pembangkit batu bara, angka ini bisa turun menjadi sekitar USD350 juta.
Untuk membiayai proyek-proyek barunya, TOBA mempertimbangkan sejumlah skema pembiayaan seperti penerbitan obligasi, pinjaman dari Asian Development Bank (khusus untuk proyek kendaraan listrik), hingga opsi sukuk dan obligasi hijau.
Saat ini, manajemen menegaskan tidak ada kebutuhan mendesak untuk melakukan aksi korporasi berupa right issue, kecuali jika ada peluang akuisisi strategis lain di masa depan.
Di tengah masa transisi ini, valuasi TOBA terbilang masih moderat. Saham perusahaan saat ini diperdagangkan pada rasio EV/EBITDA trailing sekitar 7 kali. Angka yang tergolong atraktif jika melihat potensi rerating jangka menengah ketika proyek-proyek baru mulai memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan.
Dengan arah bisnis yang kini condong ke energi hijau dan pengelolaan lingkungan, TOBA tampaknya sedang membangun ulang identitasnya. Langkah yang mereka tempuh tak hanya merespons tekanan global atas energi fosil, tetapi juga membuka ruang bagi pertumbuhan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Jika semua rencana berjalan sesuai jalur, TOBA bisa jadi salah satu contoh transisi hijau paling menarik di lantai bursa Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.