KABARBURSA.COM - PT Iforte Solusi Infotek, anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), mengakuisisi PT Inti Bangun Sejahtera (IBST) dengan nilai Rp3,4 triliun. Namun nilai akuisisi ini lebih rendah dari harga pasar saham IBST yang mencapai Rp7,5 triliun.
Jika anak usaha TOWR mengambil alih TOWR dengan harga tersebut, maka nilainya setara dengan Rp2.813 per lembar saham. Ini 49 persen lebih rendah dibandingkan harga IBST pada penutupan perdagangan saat akuisisi, Senin, 1 Juli 2024, di level Rp5.559 per lembar saham.
Adam Gifari, Wakil Direktur TOWR, mengatakan tujuan rencana pengambilalihan tersebut. "Untuk pengembangan usaha serta memperluas jaringan usaha dalam rangka memperkuat posisi bisnis grup Pembeli di bidang digital infrastruktur telekomunikasi," kata dia.
Setelah transaksi ini, TOWR melalui Iforte akan menjadi pengendali baru IBST, sehingga akan melakukan tender offer wajib atau mandatory tender offer (MTO). Pelaksanaan Rencana Pengambilalihan maupun penawaran tender wajib akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, termasuk ketentuan di bidang pasar modal.
Rencana pengambilalihan tersebut dilakukan melalui proses tender atau lelang yang diadakan oleh para penjual, dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) yang merupakan anak perusahaan terkendali yang dimiliki secara langsung oleh PT Sarana Menara Nusantara Tbk turut berpartisipasi dalam pelaksanaan lelang dimaksud hingga dipilih sebagai pemenang dari lelang (preferred bidder).
Setelah Protelindo terpilih sebagai pemenang lelang (preferred bidder), Protelindo kemudian menunjuk iForte, yang juga merupakan anak perusahaan terkendali dari Protelindo untuk bertindak sebagai pembeli pada rencana pengambilalihan.
"Negosiasi sehubungan dengan rencana pengambilalihan dan penyelesaian aksi tersebut dilakukan secara langsung antara pembeli dengan para penjual. Adapun materi negosiasi yang masih didiskusikan antara lain adalah mengenai nilai final rencana pengambilalihan dan waktu penyelesaian rencana pengambilalihan," jelas Adam.
Kinerja Keuangan IBST
Dari sisi keuangan, manajemen menyampaikan bahwa akuisisi ini diharapkan menghasilkan tambahan EBITDA lebih dari Rp700 miliar per tahun. Selain itu, IBST juga telah menandatangani perjanjian sewa menara dan bisnis FTTH (Fiber to the Home) baru selama 10 tahun dengan Smartfren.
Selain itu, TOWR juga berpotensi meningkatkan profitabilitas IBST yang lebih rendah, salah satunya melalui refinancing suku bunga pinjaman. Selaku calon pemilik, TOWR memiliki credit rating idAAA dari Fitch, dengan rata-rata bunga pinjaman sebesar 6,4 persen dibandingkan dengan IBST sebesar 11,4 persen.
Sebelumnya pada awal Juni, TOWR telah mengumumkan rencana akuisisi 90,11 persen IBST dengan total nilai transaksi yang belum diumumkan. Saham tersebut akan dibeli dari PT Bakti Taruna Sejati, selaku pengendali 79,88 persen saham IBST, dan beberapa pemegang saham minoritas IBST lainnya.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir per kuartal I 2024, TOWR memiliki kas sebesar Rp1,1 triliun. Beberapa opsi yang dapat diambil TOWR untuk membiayai akuisisi IBST adalah melalui penambahan utang atau modal melalui rights issue atau private placement.
Dari sisi keuangan, IBST mencatatkan rugi bersih Rp933 miliar pada kuartal I 2024 (dibandingkan kuartal I 2023 yang memiliki laba bersih Rp17 miliar), didorong kenaikan beban lain-lain mencapai Rp844 miliar yang berasal dari penyisihan rugi penurunan nilai kontrak dan kerugian penurunan nilai aset tetap.
Dari sisi operasional, IBST juga mencatatkan rugi usaha Rp17,1 miliar, dibandingkan laba usaha Rp96 miliar. Pendapatan turun 15 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp222 miliar akibat tidak adanya pendapatan sewa peralatan dan mesin, sementara beban pokok pendapatan naik 27 persen yoy diikuti beban umum dan administrasi yang naik 101 persen yoy.
Prospek Kinerja TOWR
Prospek kinerja PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berpotensi bertumbuh seiring dengan pertumbuhan aset ke depannya, terutama aset non-menara. Menurut analis Indo Premier Sekuritas Giovanni Dustin, capaian kinerja TOWR sepanjang tahun buku 2023 telah memenuhi ekspektasinya.
Dari laporan keuangan tahun buku 2023, TOWR mencatat pendapatan sebesar Rp11,74 triliun, naik 6,39 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp11,03 triliun. Laba usaha TOWR juga masih mengalami pertumbuhan sebesar 1,66 persen yoy menjadi Rp6,94 triliun selama 2023, dibandingkan dengan Rp6,82 triliun di tahun sebelumnya.
Namun, laba usaha tersebut harus terkikis oleh biaya keuangan yang meningkat 19,49 persen menjadi Rp2,85 triliun, sedangkan pada tahun sebelumnya hanya sebesar Rp2,39 triliun. Sebagai akibatnya, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TOWR turun menjadi Rp3,25 triliun pada 2023, menurun 5,49 persen yoy dari Rp3,44 triliun pada 2022.
Giovanni menegaskan bahwa peningkatan peluncuran site organik secara berurutan, serta pertumbuhan pendapatan non-menara yang solid, mendukung rating beli terhadap TOWR. Namun, ia juga menyoroti beberapa risiko negatif yang mungkin menghadang TOWR ke depannya, terutama rendahnya pertumbuhan sewa dan tekanan pada tarif sewa. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.