KABARBURSA.COM - Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa pasar Initial Public Offering (IPO) sedang mengalami penurunan yang signifikan saat ini.
Menurutnya, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di bursa saham global, aktivitas penawaran umum perdana saham mengalami penurunan yang mencolok.
Jeffrey menjelaskan bahwa berdasarkan data Ernst and Young (EY), jumlah dan nilai dana yang terkumpul dari IPO di seluruh dunia mengalami penurunan masing-masing sebesar 12 persen dan 16 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada semester I 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bahkan di Asia Pasifik, penurunan nilai fund raised dari IPO bahkan mencapai 73 persen yoy, menurut laporan tersebut.
"Mengenai penurunan nilai dan jumlah IPO di dunia, menurut data Ernst and Young (EY), terjadi penurunan sebesar 12 persen dan 16 persen secara tahunan pada semester pertama 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Jeffrey kepada wartawan, Kamis, 11 Juli 2023.
Menurut Jeffrey, pelemahan ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk kenaikan tingkat suku bunga global yang mengurangi likuiditas di pasar keuangan. Selain itu, ada juga pelemahan ekonomi di wilayah Asia, termasuk di China dan Hong Kong, serta risiko geopolitik yang meningkatkan volatilitas ekonomi global.
"Kita tentu berharap kondisi akan membaik pada semester II," ungkap dia.
OJK Pacu Industri
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa hingga Juli 2024, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia dari penawaran umum perdana alias IPO mencapai Rp120 triliun dengan tercatatnya 26 emiten baru.
Jumlah tersebut lebih rendah, dibandingkan dengan jumlah penghimpunan dana pada periode semester I 2023 yang mencapai Rp154,13 triliun.
Adapun OJK gencar mendorong industri pasar modal untuk mencapai target ambisius penghimpunan dana sebesar Rp200 triliun tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) OJK, Inarno Djajadi.
Menurut Djajadi, upaya keras telah dilakukan untuk memastikan pencapaian target ini, dengan optimis bahwa pasar modal mampu menarik investor dengan berbagai instrumen finansial. "Kami yakin bahwa pasar modal memiliki potensi besar untuk mencapai target penghimpunan dana yang ditetapkan," ujarnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa penerbitan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS) mendominasi nilai penawaran umum, mencapai Rp80,13 triliun atau setara 66,78 persen dari total penawaran umum. Sementara itu, penawaran umum terbatas (PUT) menyumbang Rp36,30 triliun atau 30,25 persen, diikuti oleh penawaran saham perdana (IPO) sebesar Rp3,56 triliun (2,97 persen).
Pencapaian ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia semakin matang dalam menarik minat investor, baik domestik maupun internasional, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui investasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Dengan adanya upaya intensif dari OJK, harapan untuk mencapai target penghimpunan dana Rp200 triliun pada tahun ini semakin memperkuat posisi pasar modal sebagai salah satu pilar utama dalam perekonomian nasional.
Berdasarkan data dari BEI sampai dengan 05 July 2024 telah tercatat 27 perusahaan yang mencatatkan saham di pasar modal Tanah Air ini.
Berdasarkan data dari BEI, penerbitan saham perdana yang dilakukan oleh 27 emiten baru di pasar modal Indonesia itu meraup dana segar Rp4,05 Triliun.
Jika menelisik secara bulanan sepanjang semester I tahun ini, tercatat ada sembilan emiten yang melakukan IPO pada Januari 2024, lalu ada 10 emiten melakukan IPO pada Februari 2024. Sementara itu, pada Maret 2024 tidak tercatat ada emiten yang melantai di pasar modal di tengah berlangsungnya puasa Ramadan.
Selanjutnya tercatat ada tiga emiten yang mencatatkan saham perdana pada April 2024. Diikuti dua emiten pada Mei 2024, dan hanya satu emiten yang melantai di pasar modal pada Juni 2024.
Jika dibandingkan dengan realisasi setahun penuh lalu, jumlah emiten baru pada paruh pertama tahun ini setara dengan 31,65 persen dari jumlah emiten yang IPO pada 2023 lalu sebanyak 79 perusahaan. Namun, nilai penghimpunan dana dari IPO hanya 7,29 persen dari total perolehan dana sepanjang 2023 yang senilai Rp54,14 triliun.
Adapun pada bulan Juli 2024 terdapat tujuh perusahaan yang IPO dibulan Juli. Sebagai informasi, terdapat 3 Perusahaan aset skala kecil sebesar aset di bawah Rp50 Miliar, 15 perusahaan aset skala menengah dengan aset antara Rp50 Miliar sampai dengan Rp250 Miliar dan 6 perusahaan aset skala besar dengan aset di atas Rp250 Miliar. (*)