KABARBURSA.COM - Posisi keuangan PT Jababeka Tbk dilaporkan sehat dengan ekuitas mencapai Rp 6,9 triliun. Namun, jumlah utang sebesar USD 280 juta atau setara Rp 4,4 triliun tetap membebani perusahaan.
Direktur Utama Jababeka, Setyono Djuandi Darmono atau akrab disapa SD Darmono, mengungkapkan meskipun keuangan perusahaan tampak kuat, situasi ekonomi saat ini dan proyeksi ke depan membuat beban utang tersebut menjadi perhatian utama. Dalam menghadapi tantangan ini, Jababeka mempertimbangkan berbagai langkah strategis untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
Darmono menjelaskan salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah melakukan right issue atau menawarkan saham baru kepada para pemegang saham yang sudah ada. Meski begitu, dirinya juga mengaku berat mengambil langkah right issue.
"Kalau bisa saya juga enggak mau right issue. Saham saya juga terdilusi kan?" ujarnya di Menara Batavia, Jakarta Pusat, Kamis, 18 Juli 2024. Kemarin.
Selain itu, Jababeka juga mempertimbangkan penjualan aset sebagai alternatif lain untuk menutupi utang. Aset-aset yang tidak segera memberikan hasil diharapkan bisa dijual untuk mengurangi beban keuangan perusahaan. Namun, Darmono menyadari bahwa langkah ini juga memiliki risiko.
"Kalau dijual semua, tahun ini, pasti terbayar. Tapi, ya itu perusahaannya enggak berjalan maju," kata Darmono. Ia menekankan bahwa penjualan aset secara besar-besaran bisa mengganggu operasional dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Darmono menyarankan pendekatan yang lebih seimbang, yakni kombinasi antara right issue dan penjualan aset dalam skala yang terkendali. Dengan demikian, Jababeka dapat menutup utang sebesar 300 juta dolar tanpa mengorbankan masa depan perusahaan. "Kalau saya bagi dua, sebagian right issue, bayar 300 juta dolar, jual (aset) murah semua, masa depan perusahaan itu jalan," jelasnya.
Keputusan ini, menurut Darmono, tidak hanya untuk menutup utang, tetapi juga untuk memastikan bahwa pemegang saham dapat menikmati hasilnya di masa mendatang. "Kalau tidak right issue, maka pemegang saham tidak menikmati," katanya.
Adapun aset yang akan dijual Jababeka adalah lahan seluas 500 hektare di Cikarang, Jawa Barat. Perseroan yang tengah mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK ini dilaporkan memiliki land bank di kawasan Cikarang seluas 5.600 hektare. Menurut Darmono, target awal penjualan aset ini akan memperoleh pendapatan senilai USD 100 juta yang nantinya dipergunakan untuk mencicil utang.
"Kami perlu penjualan besar. Penjualan besar ya tadi, kami mesti jual aset," kata Darmono.
Dengan pendapatan dari penjualan aset di Cikarang, utang Jababeka akan berkurang menjadi USD 180 juta.
Wakil Direktur Utama Jababeka, Budianto Liman, mengatakan utang Jababeka terdiri dari obligasi dalam mata uang dolar AS sebesar USD 180 dan pinjaman dari Bank Mandiri sebesar USD 100 juta “Dari USD 100 juta itu sudah ada pembayaran,” katanya.
Laporan Pendapatan PT Jababeka Tbk (KIJA)
Berdasarkan data Stockbit, selama periode Trailing Twelve Months (TTM) atau tahun sebelumnya, KIJA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,20 triliun. Secara tahunan, pendapatan yang dianualisasi untuk 2024 diperkirakan mencapai Rp 2,75 triliun, turun dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan data yang sama, pada kuartal pertama 2024, KIJA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 689 miliar. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 776 miliar.
Untuk tahun 2023, pendapatan di kuartal kedua tercatat sebesar Rp 971 miliar dan di kuartal ketiga sebesar Rp 505 miliar. Pendapatan di kuartal keempat mencapai Rp 1,040 triliun.
Laba kotor yang dihasilkan perusahaan dalam periode yang sama mencapai Rp 1,53 triliun. Adapun laba bersih KIJA menunjukkan kerugian sebesar Rp 80 miliar. Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA perusahaan tercatat sebesar Rp 957 miliar.
Profil Perusahaan
Valuasi
Valuasi perusahaan menunjukkan rasio Price to Earnings (PE) atau rasio harga laba yang negatif. Rasio PE tahunan adalah -5,35, sementara rasio PE TTM adalah -33,41. Angka negatif ini mengindikasikan perusahaan tidak menghasilkan laba positif untuk periode tersebut sehingga tidak ada laba per saham yang dapat dibandingkan dengan harga sahamnya.
Kemudian rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) secara TTM adalah 0,84. Nilai 0,84 berarti investor membayar Rp 0,84 untuk setiap Rp 1 penjualan. Ini relatif rendah dan dapat mengindikasikan saham Jababeka undervalued atau ada ekspektasi rendah terhadap pertumbuhan penjualan.
Lalu rasio harga terhadap nilai buku atau Price to Book Value sebesar 0,50. Nilai 0,50 berarti saham perusahaan dijual setengah dari nilai bukunya. Ini bisa menunjukkan saham undervalued, tetapi juga bisa menjadi tanda bahwa pasar memiliki ekspektasi negatif terhadap prospek Jababeka.
Harga saham Jababeka saat ini dibandingkan dengan arus kas (Price to Cashflow) TTM adalah 3,24. Sementara rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) TTM juga berada di angka 3,24. Rasio EV (Enterprise Value) terhadap EBITDA adalah 3,00.
Per Saham
Pendapatan per saham (EPS) TTM saat ini adalah -3,86. EPS yang dianualisasi menunjukkan angka -24,10. Pendapatan per saham atau Revenue Per Share secara TTM tercatat sebesar Rp 153,89.
Kas per saham atau Cash Per Share pada kuartal ini adalah Rp 68,96, sementara nilai buku per saham saat ini adalah Rp 256,49. Arus kas bebas per saham (Free Cashflow Per Share) TTM mencapai Rp 39,76.
Solvabilitas
Rasio saat ini (Current Ratio) untuk kuartal ini adalah 4,74, dengan rasio cepat (Quick Ratio) mencapai 4,79. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) adalah 0,76.
Profitabilitas
Pengembalian aset (Return on Assets) TTM adalah -0,60 persen, dan pengembalian ekuitas (Return on Equity) TTM tercatat -1,51 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal ini adalah 52,83 persen. Margin laba operasi (Operating Profit Margin) berada di angka 41,14 persen, dan margin laba bersih (Net Profit Margin) adalah -18,22 persen.
Dividen
Berdasarkan data yang ada, KIJA tidak mencatatkan pembayaran dividen dalam periode TTM. Informasi mengenai rasio pembayaran dividen (Payout Ratio) dan yield dividen juga tidak tersedia. Ini mengindikasikan perusahaan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham selama periode tersebut. Selain itu, tanggal ex-dividen terbaru tercatat pada 22 Juni 2017, yang menandakan sudah cukup lama sejak perusahaan terakhir kali membayar dividen kepada pemegang saham.
Neraca Keuangan
Pada kuartal ini, perusahaan memiliki kas sebesar Rp 1,436 triliun. Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 13,484 triliun, sementara total kewajiban mencapai Rp 6,661 triliun.
Utang jangka pendek perusahaan adalah Rp 9 miliar, dengan utang jangka panjang sebesar Rp 4,147 triliun. Total utang perusahaan mencapai Rp 4,156 triliun, dan total ekuitas adalah Rp 5,341 triliun.
Laporan Arus Kas
Dalam laporan arus kas, KIJA mencatatkan arus kas dari operasi sebesar Rp 828 miliar dalam periode TTM. Di sisi lain, arus kas dari aktivitas investasi tercatat negatif Rp 436 miliar.
Selain itu, arus kas dari aktivitas pembiayaan juga menunjukkan angka negatif, yaitu Rp 338 miliar. Belanja modal perusahaan selama periode ini tercatat sebesar Rp 414 miliar. Setelah dikurangi belanja modal, perusahaan memiliki arus kas bebas sebesar Rp 150 miliar.
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan pendapatan KIJA jika merujuk data Stockbit menunjukkan penurunan sebesar 11,23 persen baik pada kuartal maupun periode YTD (Year to Date) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, secara tahunan, pendapatan perusahaan meningkat sebesar 21,01 persen. Sementara itu, laba bersih kuartalan dan YTD perusahaan mengalami penurunan drastis sebesar 148,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi secara tahunan, laba bersih perusahaan melonjak hingga 577,20 persen.
Pertumbuhan laba per saham atau EPS juga menunjukkan pola yang serupa. EPS kuartalan dan YTD mengalami penurunan sebesar 148,15 persen, sementara EPS tahunan menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 577,85 persen.
Kinerja Harga Saham
Kinerja harga saham KIJA menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan dalam berbagai periode waktu. Dalam satu minggu terakhir, harga saham turun sebesar 12,84 persen. Namun, dalam satu bulan terakhir, harga saham meningkat sebesar 11,21 persen, dan dalam tiga bulan terakhir meningkat sebesar 4,88 persen. Dalam periode enam bulan, harga saham meningkat sebesar 2,38 persen.
Dalam jangka waktu satu tahun, harga saham menunjukkan penurunan sebesar 28,33 persen. Jika dalam tiga tahun terakhir, harga saham turun sebesar 24,12 persen. Penurunan yang lebih signifikan terlihat dalam periode lima tahun, dengan harga saham turun sebesar 57,57 persen. Sementara dalam sepuluh tahun, harga saham turun sebesar 50,00 persen. Hingga tahun ini, harga saham turun sebesar 3,73 persen. Harga tertinggi saham dalam 52 minggu terakhir tercatat sebesar Rp 189, sementara harga terendah dalam periode yang sama adalah Rp 110. (alp/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.