KABARBURSA.COM - PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) optimistis menyambut tahun 2025 yang disebut-sebut akan menjadi tahun kebangkitan properti.
Keyakinan tersebut didukung oleh berbagai indikator, mulai dari pemulihan ekonomi pasca pandemi, peningkatan daya beli masyarakat, hingga berbagai insentif pemerintah dalam mendorong sektor properti.
Selain itu, capaian marketing revenue Triniti juga terbilang positif. Hingga Oktober 2024, marketing revenue Triniti Land menyentuh Rp1,4 triliun secara year-to-date (YTD), naik 113 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Angka tersebut telah melewati target yang ditetapkan Perseroan yakni Rp1,2 triliun. Capaian ini ditopang oleh penjualan salah satu proyek landed house eksklusif yang berlokasi di Sentul, Sequoia Hills.
Dengan capaian tersebut, Triniti Land yakin dapat menutup tahun 2024 dengan capaian marketing revenue Rp1,5 triliun.
Co-Founder & Group CEO Triniti Land Ishak Chandra, mengatakan tahun 2025 pihaknya akan terus berupaya melanjutkan tren positif yang didapat perusahaan.
Apalagi, kata dia, tahun depan diprediksi akan menjadi momen kebangkitan properti menurut siklus properti terbaru pasca-pandemi.
"Kami memiliki strategi yang sudah disiapkan untuk meningkatkan performance yang sudah Triniti Land raih tahun ini. Beberapa project existing baik itu landed house, high-rise, maupun logistic akan kami lanjutkan sembari melihat peluang-peluang pengembangan project baru," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kabarbursa.com, Senin, 25 November 2024.
Outlook Triniti Land Tahun 2025
Triniti Land telah mempersiapkan langkah-langkah strategis guna memanfaatkan peluang bangkitnya industri properti pada 2025. Terdapat ada empat pilar strategi yang akan dijalankan Perseroan untuk memperkuat posisinya di industri properti.
Pertama, yaitu fokus pada penyelesaian proyek yang saat ini sedang berjalan. Kedua, mencari peluang baru untuk pengembangan landed house dan logistik, termasuk di dalamnya pengembangan business park. Ketiga, memperbaiki struktur permodalan untuk menciptakan fondasi keuangan yang lebih kuat.
Dan poin keempat atau terakhir adalah komitmen untuk menempatkan Human Capitalsebagai aset paling berharga. Dengan strategi tersebut, Triniti Land sangat yakin menyongsong tahun 2025 untuk meraih kesuksesan selanjutnya.
Selain membangun hunian berupa landed house dan high-rise, Triniti Land juga fokus ke industri logistik dengan mengembangkan proyek modern business park yang berlokasi di Lampung, yaitu Holdwell Business Park. Hadirnya Holdwell Business Park di Lampung menjadi bukti concern Triniti Land untuk turut mengembangkan industri logistik dalam negeri dengan.
Business park yang memiliki luas 12,5 hektare ini akan menjadi kawasan penting dalam jalur logistik dan perdagangan antara Jawa dan Sumatra.
Chief Operating Officer Holdwell Business Park Haris Aison, menyebut kehadiran Holdwell Business Park di Bandar Lampung menjadi solusi bisnis tepat yang terintegrasi bagi para pelaku usaha di bidang logistik.
Aison bilang, sumber daya alam yang banyak dihasilkan di daerah Lampung dan sekitarnya dapat diserap oleh Holdwell Business Park untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun ekspor.
"Lampung juga menjadi jalur penting untuk keluar masuk ke Jawa maupun Sumatra sehingga potensi pengembangan bisnis di Holdwell Business Park sangatlah besar," jelasnya.
Dampak Kenaikan PPN pada Sektor Properti
Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025 disebut bisa berdampak kepada sektor properti.
Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), Joko Suranto, menilai kebijakan ini berpotensi memukul sektor properti secara signifikan, termasuk penurunan angka penjualan hingga 50 persen.
“Bisa saja (tren penjualan) drop 50 persen,” kata Joko dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 25 November 2024.
Selain dampak langsung pada penjualan, Joko memprediksi adanya efek domino berupa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor properti, yang diperkirakan bisa mencapai 5 juta pekerja.
Gelombang PHK ini, menurutnya, akan berkontribusi pada tambahan tekanan inflasi di dalam negeri.
“PHK bisa mencapai hingga 5 juta pekerja. Dan dari situ akan muncul inflasi tambahan,” tambah Joko.
Kenaikan tarif PPN juga diperkirakan akan mengubah perilaku konsumen, yaitu banyak masyarakat akan menunda pembelian rumah karena beban pajak yang lebih tinggi.
Penundaan ini berpotensi memperparah kelesuan di sektor properti, salah satu sektor yang menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
Menyadari potensi dampak yang signifikan, Joko meminta pemerintah untuk segera merancang langkah mitigasi agar kebijakan ini tidak memperburuk kondisi ekonomi.
Ia juga menyoroti risiko munculnya rasa ketidakpercayaan dari masyarakat dan pelaku usaha terhadap pemerintah.
“Dampaknya pasti satu, ada distrust kepada pemerintah, ada ketidakpercayaan dunia usaha. Ada ketidakpastian di dunia usaha. Ini akan mendorong kelesuan dan penurunan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
REI berharap pemerintah dapat mempertimbangkan ulang kebijakan kenaikan PPN atau menyediakan solusi yang dapat menjaga stabilitas sektor properti sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.