Logo
>

Ultrajaya Siapkan Strategi Hadapi PPN 12 Persen, Rekomendasinya?

Ditulis oleh Yunila Wati
Ultrajaya Siapkan Strategi Hadapi PPN 12 Persen, Rekomendasinya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kenaikan PPN sebesar 1 persen, menjadi 12 persen, akan dimulai pada awal Januari 2025. Sebagai salah satu emiten produk susu premium, PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk (ULTJ) bersiap akan kenaikan tersebut. Perseroan mengaku memiliki beberapa langkah strategis untuk menghadapinya.

    Perseroan tidak mengelak jika Klkebijakan itu nantinya akan berdampak langsung pada beberapa kategori produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Corporate Secretary ULTJ Helina Widayani, menjelaskan bahwa kenaikan PPN berisiko menambah beban biaya produksi, termasuk biaya operasional lainnya. Meski demikian, manajemen masih melakukan kajian menyeluruh untuk memahami dampak lebih dalam dari perubahan ini.

    Di tengah potensi kenaikan biaya operasional, ULTJ tetap optimistis terhadap prospek pertumbuhan kinerja penjualan produk susu mereka di tahun depan. Salah satu faktor pendorong optimisme tersebut adalah peluncuran berbagai produk baru sepanjang 2024 yang diharapkan mampu menarik minat konsumen. Untuk lebih memperkuat posisinya di pasar, ULTJ juga berkomitmen meningkatkan penetrasi di berbagai jalur distribusi, baik melalui mitra distributor maupun anak perusahaan.

    Strategi perluasan pasar juga mencakup pendekatan inovatif, termasuk memaksimalkan jalur e-commerce guna menjangkau segmen pasar yang lebih luas. Selain itu, perseroan berupaya memperluas distribusi secara nasional, memastikan produk-produknya dapat diakses oleh konsumen di berbagai wilayah.

    Dalam menghadapi volatilitas harga komoditas, perusahaan menerapkan berbagai strategi mitigasi, seperti monitoring intensif terhadap fluktuasi harga, proyeksi pasar, dan kolaborasi erat dengan pemasok. Perusahaan juga memanfaatkan peluang dengan membeli bahan baku dalam jumlah besar saat harga berada di tingkat terbaik untuk menjaga efisiensi biaya.

    Tantangan Internal

    Namun, tantangan internal tetap menjadi perhatian. Dalam laporan keuangannya, Ultrajaya menyebut terjadi kenaikan pendapatan namun tidak dengan labar bersihnya. Diketahui, laba bersih Ultrajaya justru merosot di semester ketiga 2024.

    ULTJ mencatat pendapatan sebesar Rp6,58 triliun, naik dari Rp6,12 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, kenaikan pendapatan ini tidak berhasil mengimbangi tekanan beban operasional yang meningkat, sehingga laba bersih mengalami penurunan.

    Kenaikan pendapatan perusahaan sebesar 7,6 persen disertai dengan peningkatan beban pokok penjualan menjadi Rp4,36 triliun, naik dari Rp4,13 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini menyebabkan laba bruto meningkat menjadi Rp2,22 triliun dari sebelumnya Rp1,99 triliun.

    Namun, beban penjualan yang melonjak tajam hingga mencapai Rp848,03 miliar, naik 34,4 persen dari tahun lalu, serta beban administrasi yang juga meningkat menjadi Rp198,83 miliar, berdampak pada penurunan laba usaha perusahaan.

    Laba dari usaha tercatat sebesar Rp1,1 triliun, turun dari Rp1,19 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kerugian selisih kurs sebesar Rp59,18 miliar ikut menekan laba, di mana fluktuasi kurs mata uang menjadi tantangan utama bagi Ultrajaya pada tahun ini.

    Laba dari usaha tercatat sebesar Rp1,1 triliun, turun dari Rp1,19 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kerugian selisih kurs sebesar Rp59,18 miliar ikut menekan laba, di mana fluktuasi kurs mata uang menjadi tantangan utama bagi Ultrajaya pada tahun ini.

    Akibat dari kenaikan beban tersebut, laba bersih perusahaan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat turun 6,2 persen, dari Rp939 miliar pada 2023 menjadi Rp881,18 miliar pada 2024. Penurunan ini juga tercermin dalam laba per saham dasar yang turun dari Rp90 menjadi Rp85.

    Laba yang dapat diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali mengalami sedikit penurunan menjadi Rp11,99 miliar, menunjukkan bahwa beban dan tekanan operasional juga memengaruhi unit usaha anak perusahaan.

    Jika melihat total penghasilan komprehensif, ULTJ mencatat Rp890,88 miliar pada 2024, menurun dari Rp948,74 miliar pada 2023. Penurunan ini disebabkan oleh kerugian pada pengukuran kembali liabilitas imbalan pascakerja yang tercatat sebesar Rp2,29 miliar.

    Melihat hasil tersebut, Investment Analyst Stockbit Amara Beatrice H. S. menyoroti penurunan laba usaha yang diperparah oleh kerugian kurs. Meski pendapatan naik, pertumbuhan tersebut diimbangi oleh kenaikan operational expenditure (opex) yang signifikan seiring kenaikan beban iklan dan promosi serta beban umum dan administrasi.

    “ULTJ sendiri memiliki kas berdenominasi dolar AS senilai USD114 juta sehingga perseroan membukukan kerugian kurs dan lain-lain sebesar Rp170 miliar di kuartal III 2024,” jelas Amara dalam laporannya, Rabu, 30 September 2024.

    Ia menambahkan, dengan mengecualikan rugi kurs tersebut, dapat diestimasikan core profit (laba inti) ULTJ pada triwulan III 2024 mencapai Rp292 miliar. “Angka ini kami nilai masih cukup sehat. Pertumbuhan core profit tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan laba usaha karena kerugian kurs tidak merubah tax rate,” tegas dia.

    Rekomendasi Saham

    Amara, masih melihat ULTJ kemungkinan melakukan reinvestasi keuntungan dari rendahnya harga bahan baku kepada pos iklan dan promosi, seperti yang dilakukan produsen dairy lainnya.

    “Hal ini terlihat dari tren di mana margin laba kotor ULTJ mengalami ekspansi signifikan pada triwulan III 2024,” ungkapnya.

    Meski demikian, karena kenaikan beban penjualan ULTJ, margin laba usaha menjadi turun. Tren serupa juga terlihat selama sembilan bulan tahun 2024.

    MNC Sekuritas dalam analisis tertulisnya yang dipublikasikan di Jakarta, Jumat, 27 Desember 2024 merekomendasikan "buy" untuk Ultrajaya.

    Analisisnya seperti ini: Saham PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mencatatkan koreksi sebesar 0,60 persen ke level 1.650, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan jual.

    Berdasarkan analisis teknikal, posisi ULTJ saat ini diperkirakan sedang berada dalam fase wave (c) dari wave [y] pada skenario hitam atau wave (C) pada skenario merah. Fase ini menunjukkan potensi penyelesaian koreksi sebelum melanjutkan tren berikutnya.

    Bagi investor yang berminat, level 1.600-1.640 dianggap sebagai area ideal untuk melakukan aksi beli dengan strategi buy on weakness. Strategi ini memanfaatkan pelemahan harga sebagai peluang untuk masuk, dengan harapan bahwa saham akan kembali menguat menuju target harga di level 1.725 dan 1.805. Namun, penting untuk menjaga disiplin dalam berinvestasi dengan menetapkan batas kerugian (stop loss) di bawah level 1.560, sebagai antisipasi jika skenario pelemahan berlanjut.

    Pendekatan ini didukung oleh proyeksi bahwa saham ULTJ memiliki peluang teknikal untuk rebound dari fase konsolidasi saat ini, menjadikannya menarik bagi investor jangka pendek maupun jangka menengah yang ingin mengoptimalkan potensi kenaikan harga saham.

    Dengan kombinasi antara peluncuran produk baru, penetrasi pasar yang agresif, dan strategi mitigasi risiko terhadap volatilitas harga bahan baku, manajemen ULTJ berharap mampu mengatasi tantangan yang muncul, termasuk dampak dari kebijakan kenaikan tarif PPN, sembari tetap mendorong pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79