KABARBURSA.COM - Sejumlah komoditas mengalami penguatan harga saat libur Hari Raya Idulfitri 2024. Kenaikan harga beberapa komoditas disebabkan oleh data inflasi AS dan tensi geopolitik Iran dan Israel.
Sementara beberapa komoditas yang lain lebih dipengaruhi dari supply issue dan prospek demand yang lebih baik.
Hendriko Gani, Investment Analyst Stockbit menerangkan jika data inflasi dan tensi geopolitik berlanjut, maka selain potensi dampak positif dari kenaikan harga komoditas, sejumlah emiten juga berpotensi diuntungkan dari penguatan dolar AS sebagai mata uang pendapatannya.
Adapun beberapa komoditas yang mengalami kenaikan signifikan yaitu logam mulia, minyak mentah, timah, tembaga , nikel dan pulp.
Secara rinci, Hendriko menerangkan harga emas mencapai USD2.382 per ounce, angka tersebut naik 15,5 persen secara year to date ( YTD). Sedangkan perak mencapai USD28,98 per ounce, naij 20,6 persen YTD.
"Selain dipengaruhi tensi geopolitik dan pembelian masif oleh bank sentral, rally harga emas dan perak berpotensi untuk terus berlanjut seiring dengan meningkatnya ketidakpastian terkait prospek ekonomi, inflasi, dan potensi kebijakan moneter AS ke depan," terangnya.
Jika menelisik emiten logam mulia yang agresif meningkat adalah ARCI, BRMS, MDKA, ANTM, PSAB, SQMI.
Dari sisi lainya,peningkatan harga minyak disebabkan oleh ekspektasi terjadinya defisit minyak dunia pada 2024. Ekspektasi tersebut didorong oleh supply yang rendah akibat pemotongan produksi OPEC+ dan ekspektasi permintaan yang lebih tinggi dari perkiraan awal seiring data ekonomi AS dan China yang lebih kuat dari ekspektasi.
Bahkan minyak mentah (WTI) mencapai USD85,8/barel, naik 19,7 persen secara YTD. Dengan hal tersebut emiten minyak mentah seperti MEDC, ENRG, WINS, ELSA, LEAD akan mendulang kenaikan.
Adapun sektor lainya seperti timah berada di harga USD32.353 per ton, naik 27,3 persen secara YTD. Sedangkan emiten yang bisa dijadikan pilihan adalah TINS. Secara faktor peningkatan harga terjadi akibatnya rendahnya supply dari ketidakpastian ekspor Indonesia dan Myanmar.
Selain itu, data aktivitas manufaktur di AS dan China yang lebih baik, serta dilarangnya produksi tambang metal Rusia untuk diperdagangkan di LME, mendorong permintaan timah.
Selanjutnya adalah Tembaga dengan kisaran harga USD4,367 per pound, meningkat 12,2 persen YTD dengan demikian emiten yang diuntungkan adalah AMMN dan MDKA.
"Peningkatan harga melanjutkan rally akibat potensi terjadinya kekurangan supply akibat tutupnya salah satu tambang tembaga terbesar di dunia, The Cobre, yang berada di Panama. Selain itu, penguatan harga juga didorong potensi peningkatan permintaan tembaga untuk keperluan transisi energi," terangnya.
Yang tidak kalah mendapatkan keuntungan adalah nikel dan pulp, Nikel berada di harga USD17.991 per on, naik 8,4 persen YTD. Emiten yang bisa menjadi pilihan adalah INCO, NCKL. Sedangkan Pulp berpada di harga CNY6.264 per ton, naik 10,2 persen YTD. Pilihan emitenya adalah INKP, TKIM.
Hendeiko menambahkan, faktor pendorong nikel karena Pemerintah AS dan Inggris mengeluarkan sanksi larangan perdagangan terhadap komoditas asal Rusia, yakni nikel, tembaga, dan aluminium. Hal ini berdampak pada meningkatnya volatilitas pergerakan harga komoditas-komoditas tersebut. Sedangkan pulp faktornya karena gangguan suplai dari produsen di Finlandia seiring demonstrasi di pelabuhan Finlandia sejak awal Maret 2024.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.