KABARBURSA.COM - Jenis baru COVID-19 mulai menyebar secara global, meningkatkan kekhawatiran di kalangan pelaku bisnis. Beberapa pihak memprediksi kemungkinan lonjakan kasus pada musim panas, empat setengah tahun sejak awal pandemi.
Varian ini dikenal dengan nama FLiRT, diambil dari mutasi pada kode genetik varian tersebut.
Jumlah kasus varian ini meningkat di Amerika Serikat (AS) dan Eropa karena virus corona terus bermutasi dari jenis sebelumnya.
Pengelompokan baru ini merupakan turunan dari varian JN.1 yang sebelumnya dominan, cabang dari varian Omikron.
Saat ini, bukti menunjukkan strain baru ini tidak lebih parah, meskipun mereka mengalami mutasi serupa secara mandiri, menurut John Hopkins Bloomberg School of Public Health.
KP.2 kini menjadi strain dominan di AS, berdasarkan data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Jenis ini menyumbang 28,2 perseb dari seluruh kasus dalam dua minggu hingga 11 Mei 2024, naik dari 3,8 persen pada akhir Maret 2024, tidak lama setelah strain tersebut pertama kali ditemukan.
Kasus KP.1.1, varian FLiRT lainnya, juga meningkat hingga mencapai 7,1 persen dari total infeksi saat ini.
Di Eropa, kasusnya juga meningkat dengan varian baru kini terdeteksi di 14 negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pembaruan terbarunya awal bulan ini mengatakan kasus-kasus masih terbatas di semua negara yang melaporkan. Namun, masing-masing negara menunjukkan "sedikit peningkatan dalam deteksi dari tingkat yang sangat rendah".
Pekan lalu, Badan Keamanan Kesehatan (HSA) Inggris memantau data terkait varian baru di Inggris dan internasional. Pihaknya sedang menilai tingkat keparahannya dan efektivitas vaksin yang ada. “Tidak ada perubahan pada nasihat kesehatan masyarakat yang lebih luas saat ini,” ujar badan tersebut dalam pengumuman terbaru.
Menurut profesor epidemiologi Universitas Delaware, Jennifer Horney, tampaknya tidak mungkin jenis baru ini akan menyebabkan gelombang besar infeksi seperti yang terjadi di masa lalu, ketika kekebalan masyarakat lebih rendah.
Namun, ia mencatat jenis virus baru ini kemungkinan akan menyebabkan peningkatan kasus selama bulan-bulan musim panas mendatang.
"Meskipun gagasan kami tentang gelombang infeksi COVID-19 telah berubah selama pandemi ini, kemungkinan besar jenis virus baru ini akan menyebabkan peningkatan jumlah kasus di AS dalam beberapa bulan ke depan," jelas Horney seperti dikutip CNBC internasional, Sabtu, 25 Mei 2024.
"Meskipun banyak kasus yang bersifat ringan, berdasarkan kekebalan kita saat ini dan bukan perubahan pada jenis virus yang beredar," sambungnya.
Namun, para profesional kesehatan akan terus memantau dengan cermat untuk melihat seberapa efektif vaksin yang ada saat ini dalam melawan jenis baru tersebut.
Bulan depan, komite penasihat vaksin Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS akan bertemu untuk membahas rekomendasi campuran varian vaksin COVID-19 musim dingin ini, setelah menunda diskusi sebelumnya untuk mengumpulkan lebih banyak data.
Peningkatan kasus varian baru ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 masih belum sepenuhnya berakhir dan mutasi virus tetap menjadi tantangan bagi dunia.
Para ahli kesehatan global terus bekerja untuk memahami dan merespons perubahan ini dengan cepat demi melindungi kesehatan masyarakat.