KABARBURSA.COM – Kenaikan inflasi kembali membebani pasar saham Amerika Serikat. Sebagian besar indeks utama tertekan pada Rabu, 16 Juli 2925, menyusul laporan inflasi yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Satu-satunya pengecualian datang dari sektor teknologi yang diselamatkan oleh lonjakan saham Nvidia.
Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu, sebanyak 90 persen saham di indeks S&P 500 melemah, mendorong indeks turun 0,4 persen ke posisi 6.243,76. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average anjlok 436 poin atau setara 1 persen, ditutup di level 44.023,29.
Namun, berbeda dengan dua indeks besar itu, Nasdaq composite justru naik tipis 0,2 persen ke 20.677,80, mencetak rekor baru. Kenaikan ini didorong oleh performa saham Nvidia yang melonjak 4 persen, setelah pemerintah AS memberi kepastian bahwa izin ekspor untuk chip H20 akan kembali diberikan.
Laporan inflasi terbaru menunjukkan angka tahunan naik dari 2,4 persen pada Mei menjadi 2,7 persen pada Juni. Kenaikan terutama terjadi pada barang-barang impor seperti pakaian dan mainan, yang menurut ekonom dipicu oleh usulan tarif baru dari Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara.
“Ini sinyal awal bahwa inflasi mulai mengalami dampak langsung dari tarif,” kata Ellen Zentner, Kepala Strategi Ekonomi di Morgan Stanley Wealth Management.
Meskipun angka inflasi itu masih sesuai ekspektasi analis, indeks inflasi inti—yang menjadi acuan utama The Fed—juga ikut naik, meski tidak separah yang dikhawatirkan. Akibatnya, pasar obligasi sempat berfluktuasi sebelum akhirnya imbal hasil (yield) Treasury 10 tahun naik ke 4,48 persen dari sebelumnya 4,43 persen. Yield obligasi dua tahun juga naik menjadi 3,95 persen.
Dilema The Fed di Tengah Tekanan Politik
Naiknya inflasi memperkecil ruang bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga acuan. Saat ini, The Fed masih menahan suku bunga tetap setelah sempat memangkasnya akhir tahun lalu. Kebijakan suku bunga rendah biasanya mendorong harga saham naik, dan menjadi dorongan politik dari Presiden Trump yang kembali meminta The Fed bergerak lebih cepat.
Namun, Ketua The Fed Jerome Powell tetap hati-hati. Ia menyatakan akan menunggu lebih banyak data tentang dampak tarif terhadap ekonomi sebelum mengambil langkah.
Pasca laporan inflasi, mayoritas pelaku pasar masih memperkirakan pemangkasan suku bunga akan terjadi sebelum akhir tahun. Namun ekspektasi jumlah pemangkasan mulai dikurangi, menurut data dari CME Group.
Sementara itu, Trump mengumumkan bahwa ia telah mencapai kesepakatan dagang dengan Indonesia—negara berpenduduk keempat terbesar di dunia. Dalam kesepakatan itu, Indonesia akan membeli energi, produk pertanian, dan pesawat dari AS.
Sebagai gantinya, tarif untuk barang impor dari Indonesia akan turun dari ancaman 32 persen menjadi 19 persen.
Di sektor perbankan, saham JPMorgan Chase turun 0,7 persen meskipun mencatat laba di atas ekspektasi analis. CEO Jamie Dimon memperingatkan risiko ekonomi akibat tarif dan ketidakpastian global.
Citigroup justru naik 3,7 persen setelah membukukan laba yang juga lebih tinggi dari prediksi. Tapi Wells Fargo anjlok 5,5 persen setelah memangkas proyeksi pendapatan dari margin bunga—salah satu sumber pendapatan utama bank.
Di pasar global, indeks saham Eropa melemah usai sesi perdagangan campuran di Asia. Indeks saham Hong Kong naik 1,6 persen, namun Shanghai turun 0,4 persen setelah laporan menunjukkan pertumbuhan ekonomi China hanya melambat sedikit di tengah tekanan tarif dari AS.(*)