KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengimbau nasabahnya agar lebih waspada terhadap ancaman penipuan dan kejahatan daring menjelang Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah pada Juni 2024.
Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, menjelaskan bahwa kebutuhan transaksi cenderung meningkat saat Idul Adha, mengingat banyaknya rencana pembelian hewan kurban dan keperluan rutin seperti pembayaran biaya sekolah.
“Kami menganjurkan nasabah untuk rutin memantau transaksi finansial dan menjaga kerahasiaan data pribadi, termasuk password dan OTP. Jangan berikan informasi tersebut kepada siapa pun, termasuk pihak yang mengaku dari BSI,” ujar Wisnu dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa 4 Juni 2024.
Nasabah BSI diminta waspada terhadap modus penipuan yang menyamar sebagai informasi perubahan tarif antar-bank melalui pesan WhatsApp pribadi.
Wisnu menekankan pentingnya kesadaran masyarakat, khususnya nasabah BSI, dalam menghadapi informasi ilegal yang masuk melalui pesan daring atau panggilan telepon.
BSI mengingatkan bahwa kejahatan siber perbankan telah menyebar ke berbagai kanal komunikasi, termasuk pesan WhatsApp.
BSI secara rutin mengimbau nasabah untuk memeriksa saldo rekening melalui BSI Mobile atau mencetak rekening koran secara berkala, serta mengganti kata sandi kartu debit atau BSI Hasanah Card dan BSI Mobile.
Nasabah juga diminta untuk memverifikasi informasi resmi dari BSI melalui berbagai kanal seperti BSI Call 14040, www.bankbsi.co.id, seluruh outlet BSI di Indonesia, serta media sosial BSI. Informasi terbaru mengenai biaya transaksi di BSI dapat diakses secara berkala melalui www.bankbsi.co.id.
Aset Perbankan Syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar perbankan syariah masih kecil terhadap perbankan nasional. Aset perbankan syariah hanya 7,27 persen terhadap keseluruhan aset perbankan hingga Februari 2024.
Sebagai perbandingan, mengacu Statistik Perbankan Syariah OJK, total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) per akhir Januari 2024 mencapai Rp845,61 triliun, tumbuh 10,48 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Aset tersebut berasal dari 33 perusahaan yang terdiri dari 14 BUS dan 19 UUS. Adapun aset terbesar datang dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Bank Muamalat, dan Bank BTPN Syariah Tbk.
Oleh karenanya, pangsa pasar bank syariah di Indonesia juga tergolong kecil dibandingkan negara lain, seperti Malaysia. Berdasarkan data Standard & Poor’s Financial Service, pangsa pasar bank syariah di Malaysia malahan telah mencapai 36,6 persen pada 2020, jauh di atas Indonesia.
OJK pun bergeliat meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia. Misalnya, regulator menuangkan kebijakan strategis dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah 2023-2027 yang memberikan arah kebijakan dari sisi industri dan masyarakat.
Dalam roadmap tersebut, OJK mendorong akselerasi konsolidasi bank syariah di Indonesia. Adapun, konsolidasi itu dilakukan untuk perbaikan struktur pasar perbankan syariah dengan mendorong hadirnya bank syariah berskala besar lebih banyak lagi. “Ukuran besar buat lembaga intermediasi itu penting,” kata Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dengan upaya tersebut, tahun ini pun dinilai sebagai tahun konsolidasi bagi industri perbankan syariah. Di tengah kondisi minimnya pangsa pasar, bank syariah mencatatkan kinerja keuntungan yang menurun, setidaknya pada awal tahun ini.
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dirilis OJK, raupan laba bank syariah telah mencapai Rp10,86 triliun hingga Februari 2024, turun 2,48 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,13 triliun.
Beberapa bank syariah memang masih mencatatkan pertumbuhan laba pada awal tahun ini, atau kuartal I 2024. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) alias BSI misalnya mencatatkan pertumbuhan laba 17,07 persen yoy menjadi Rp1,71 triliun pada kuartal I 2024.
Ade Cahyo Nugroho, Direktur Finance & Strategy BSI mengatakan, BSI menyadari perkembangan ekonomi global maupun kondisi ekonomi makro di Indonesia saat ini memberikan tekanan terhadap bisnis perbankan di Indonesia. “Namun BSI relatif beruntung, masih bisa tumbuh dengan baik,” katanya.
PT Bank BCA Syariah juga telah mencatatkan pertumbuhan laba 24,65 persen yoy menjadi Rp42,07 miliar pada kuartal I 2024. Namun, sederet bank syariah lainnya mencatatkan kinerja penurunan labanya pada awal tahun ini.
Laba Bersih Periode
Laba PT Bank Muamalat Indonesia Tbk misalnya, tercatat ambrol 72,7 persen yoy menjadi Rp2,78 miliar pada kuartal I 2024. Raupan laba PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) sebesar Rp35,51 miliar pada kuartal I 2024, turun 41 persen yoy. Laba bank syariah milik Chairul Tanjung, PT Bank Mega Syariah (BMS) juga turun 35,98 persen yoy menjadi Rp50,06 miliar pada kuartal I 2024, dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp78,2 miliar.
Sementara itu, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mencatatkan penurunan laba bersih 37,83 persen yoy menjadi Rp264,02 miliar pada kuartal I 2024. Meski begitu, Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan BTPN Syariah tetap menjaga rasio keuangan.
BTPS mencatat tingkat pengembalian aset (return on asset/RoA) berada pada level 6,3 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 47,6 persen. “Ini menunjukkan kesehatan bank untuk terus bertumbuh di masa mendatang,” kata Fachmy dalam pernyataan tertulisnya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.