Logo
>

WIFI (Surge) Melaju Cepat Jadi Pesaing Telekomunikasi

Surge (WIFI) agresif ekspansi dan targetkan 40 juta pelanggan. Siap tantang dominasi Telkom dan Indosat di pasar internet Indonesia.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
WIFI (Surge) Melaju Cepat Jadi Pesaing Telekomunikasi
Direksi Surge dalam sebuah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di tahun 2024. (Foto: Dok. Surge)

KABARBURSA.COM - Di tengah derasnya arus digitalisasi nasional, PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau yang lebih dikenal dengan nama Surge atau dalam kode saham WIFI, tampil sebagai pendatang baru yang mulai diperhitungkan dalam lanskap industri telekomunikasi Indonesia. 

Awalnya berdiri pada 2012 dengan nama PT Lucaffe Indonesia, perusahaan ini bertransformasi total menjadi penyedia solusi infrastruktur digital yang menyasar konektivitas modern di berbagai penjuru negeri.Perusahaan ini merupakan pendatang baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2025 ini. Ia berpotensi menjadi pesaing baru di sektor komunikasi.

Melalui anak usahanya, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (Weave), Surge telah membentangkan lebih dari 5.700 km jaringan serat optik, termasuk sepanjang rel kereta api di Pulau Jawa.

Komitmen Surge untuk inklusi digital semakin nyata dengan kolaborasi bersama OREX SAI, menghadirkan solusi 5G Fixed Wireless Access berbasis Open RAN. Program ini menargetkan penyediaan internet berkecepatan hingga 100 Mbps dengan harga terjangkau, menyasar wilayah yang belum terlayani. Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mewujudkan pemerataan akses internet di seluruh Indonesia.

Surge resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 30 Desember 2020 sebagai emiten ke-51 yang melantai di tahun itu. Dalam proses penawaran saham perdana (IPO), perusahaan berhasil menghimpun dana sebesar Rp83 miliar dari penerbitan 156,56 juta saham di harga Rp530 per lembar. Dana tersebut diarahkan untuk memperkuat modal kerja, terutama dalam pengembangan layanan periklanan dan penyewaan ruang media.

Harga sahamnya saat ini pada penutupan perdagangan terakhir Jumat, 9 Mei 2025 sudah naik empat kali lipat dari harga sebelumnya yakni dikisaran Rp2.020 per lembarnya.

Dengan kepemimpinan Direktur Utama Yune Marketatmo dan Direktur Shannedy Ong, Surge terus berinovasi, menghadirkan layanan digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital Indonesia.

WIFI muncul sebagai salah satu pemain muda yang agresif dalam membangun ekosistem infrastruktur digital Indonesia. Berbasis di Jakarta Selatan, kantor pusat perusahaan ini terletak di Fatmawati Mas Blok III No. 328–329, Jl. RS Fatmawati No. 20.

Untuk memperkuat struktur modal, Surge juga menerbitkan 283 juta saham baru guna mengonversi utang kepada PT Prambanan Investasi Sukses dan PT Investasi Gemilang Maju. Aksi ini berdampak pada peningkatan kepemilikan publik menjadi 22,58 persen.

Tidak hanya fokus pada penyediaan jaringan internet, Surge juga mengelola sejumlah anak perusahaan strategis. Salah satunya adalah PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE), yang mengembangkan jaringan serat optik di Pulau Jawa dan telah menarik investasi besar senilai Rp4 triliun dari NTT East Jepang, yang kini memiliki 49 persen saham di dalamnya.

Di bidang media, Surge memiliki PT Aspek Media Indonesia (AMI) yang pernah mencatatkan aksi divestasi atas PT Sinergi Apta Media senilai Rp360 juta. Anak usaha lainnya mencakup PT Integrasi Media Terkini, PT Mitra Digital Ekosistem, PT Kreasi Kode Digital, serta PT Graha Mamuju Indah—masing-masing berperan dalam pengembangan konten digital, teknologi informasi, serta infrastruktur pendukung bisnis.

Dengan membentangkan lebih dari 5.700 kilometer jaringan serat optik dan mengoperasikan 58 Edge Data Center yang tersebar strategis di sepanjang rel kereta api, jalan tol, dan jalan provinsi di Jawa, Surge menegaskan ambisinya sebagai pesaing serius di industri telekomunikasi Indonesia. Misi besarnya: memperluas konektivitas digital yang inklusif dan merata demi mendorong pertumbuhan ekonomi digital nasional.

Aksi korporasi Surge (WIFI)

PT Solusi Sinergi Digital Tbk tengah mencuri perhatian setelah belakangan ini gencar melakukan aksi korporasi. Terbaru, perusahaan dengan kode saham WIFI ini resmi mendapat dana investasi dari perusahaan Jepang, Nippon Telegraph and Telephone East Corporation (NTT East) senilai Rp4 triliun. 

Lantas, apakah gebrakan WIFI tersebut bisa menyaingi perusahaan telekomunikasi besar seperti PT Telkom Indonesia (Persero)  Tbk (TLKM) dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT)? 

Analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy Lubis mengatakan suntikan dana sebesar Rp4 triliun dari perusahaan Jepang, NTT e-Asia Corporation, menjadi langkah strategis yang membuka peluang WIFI ekspansi jaringan Fiber To The Home (FTTH) ke jutaan rumah tangga di Pulau Jawa.

"Langkah ini jelas memberi sinyal bahwa WIFI sedang bersiap memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas layanan internet tetap, sebuah area yang selama ini didominasi oleh TLKM dan ISAT," ujar dia kepada Kabarbursa.com dikutip Jakarta, Rabu, 16 April 2025.

Meski TLKM dan ISAT masih jauh unggul dari sisi  skala bisnis, jaringan, dan jumlah pelanggan, namun kehadiran WIFI dianggap menciptakan dinamika baru. Sebab, WIFI dinilai  memiliki struktur yang lebih ramping dan strategi yang terfokus. 

Menurut Abdul, keunggulan WIFI terletak pada kelincahan dalam berinovasi dan kemampuannya menggandeng mitra global seperti NTT East yang membawa teknologi dan efisiensi operasional. 

"Ini bisa menjadi nilai tambah yang signifikan di tengah kebutuhan pasar akan layanan internet yang cepat dan stabil," ungkapnya. 

Meski memiliki pergerakan yang luar biasa, Abdul menilai WIFI belum bisa memutus dominasi ISAT dan TLKM dalam waktu dekat. Namun dengan eksekusi yang konsisten dan kemampuan membangun kepercayaan pasar, kata dia, ancaman terhadap dominasi dua emiten besar itu bukan sekadar wacana. 

"Jika TLKM dan ISAT tidak mempercepat inovasi di sektor internet rumah tangga dan digitalisasi infrastruktur, dominasi mereka bisa mulai tergerus dalam beberapa tahun ke depan," kata dia.

President & CEO NTT East Naoki Shibutani, menyatakan pihaknya berkomitmen untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi masyarakat melalui teknologi dan kolaborasi.

"NTT East percaya bahwa strategic investment ini akan mempercepat misi SURGE untuk 'Internet Rakyat'. Investasi ini bukan sekadar soal infrastruktur, juga tentang pemberdayaan Masyarakat Indonesia," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 11 April 2025.

Melalui kolaborasi ini, WEAVE akan memperoleh akses terhadap program transfer teknologi dari NTT East, sistem manajemen kualitas, serta standar desain infrastruktur untuk memastikan keunggulan operasional dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan Fiber-To-The-Home (FTTH) berskala besar.

Kemitraan ini juga mencakup berbagi pengetahuan, pengembangan sumber daya manusia, dan kerja sama dengan para pemangku kepentingan di sektor ekonomi digital. 

President Director & CEO WIFI Yune Marketatmo, menyampaikan investasi strategis ini menjadi awal yang skalanya mencangkup luas. Dengan menggabungkan jangkauan infrastruktur Surge dan keunggulan operasional NTT East, pihaknya menargetkan untuk menghadirkan akses broadband terjangkau 'internet rakyat' ke lebih dari 40 juta rumah tangga di seluruh Indonesia. 

"Langkah berikutnya dalam roadmap kami adalah membangun infrastruktur edge computing lokal yang terjangkau dan terintegrasi dengan kapabilitas AI, sehingga usaha kecil dan menengah (UKM) dapat memperoleh akses yang lebih cepat dan cerdas terhadap layanan cloud, analitik real-time, dan alat otomatisasi," jelasnya. 

diberitakan sebelumnya, Surge memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan melalui ekspansi ke segmen pelanggan internet setelah menggandeng PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH). 

Dengan target 40 juta pelanggan dan skema harga Rp100.000 per bulan, perusahaan berpotensi meraup pendapatan hingga Rp4 triliun per bulan atau Rp48 triliun per tahun jika seluruh target tercapai, namun belum dikurangi berbagai poin. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan pendapatan WIFI saat ini, yang per kuartal III-2024 baru mencapai Rp506,42 miliar. Namun, keberhasilan strategi ini bergantung pada kecepatan akuisisi pelanggan, daya saing harga di industri penyedia layanan internet (ISP), serta efisiensi operasional dalam menyediakan layanan.

WIFI dan DOOH resmi menjalin kerja sama untuk mendukung proyek internet terjangkau bagi rakyat Indonesia dengan tujuan menjangkau 40 juta pelanggan. Dengan menawarkan paket internet unlimited 100 Mbps seharga Rp100.000 per bulan, mereka menargetkan segmen masyarakat yang selama ini belum memiliki akses internet stabil dan terjangkau. Strategi ini akan mengandalkan kerja sama dengan berbagai penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP) serta kontraktor lokal untuk mempercepat penetrasi pasar.

Direktur Utama DOOH Vicktor Aritonang, menekankan bahwa perusahaannya akan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang akan diintegrasikan ke seluruh ekosistem DOOH guna memaksimalkan jangkauan pemasaran serta meningkatkan efektivitas akuisisi pelanggan.

"Untuk memenuhi tantangan brand dan penetrasi 40 juta pelanggan yang perlu dicapai oleh WIFI, kami akan mengoptimalkan penggunaan AI dalam strategi pemasaran digital, memanfaatkan data secara lebih presisi, serta meningkatkan efektivitas kampanye media kami," ujar Vicktor dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 4 Maret 2025.

Sementara itu, Direktur Utama WIFI Yune Marketatmo menuturkan bahwa kemitraan dengan DOOH merupakan langkah strategis dalam mewujudkan target pertumbuhan pelanggan melalui inovasi dan kolaborasi digital.

"Kemitraan ini menjadi langkah maju dalam transformasi digital, menghadirkan solusi cerdas dan terintegrasi bagi masyarakat Indonesia, serta mempercepat akses internet yang lebih luas dan terjangkau," jelasnya.

Saat ini, sumber utama pendapatan WIFI berasal dari segmen periklanan dan telekomunikasi, dengan masing-masing memberikan kontribusi Rp243,54 miliar dan Rp254,01 miliar per kuartal III-2024. Jika strategi ekspansi pelanggan internet berjalan sesuai rencana, model bisnis perusahaan akan mengalami pergeseran signifikan, di mana layanan internet dapat menjadi sumber utama pendapatan. Namun, segmen periklanan tetap memiliki peluang pertumbuhan, terutama dengan pemanfaatan teknologi AI yang digunakan oleh DOOH dalam pemasaran digital berbasis data pelanggan.

Dalam kolaborasi ini, DOOH akan menggunakan AI dalam memperluas pemasaran melalui ekosistem yang dimilikinya, seperti Key Opinion Leader (KOL), Programmatic Advertising, pemasaran digital berbasis data, dan media sosial yang terhubung dengan komunitas serta event interaktif.

Bagaimana Kinerja Keuangan Surge (WIFI)?

Dalam keterangannya, manajemen Surge melaporkan bahwa laba bersih perusahaan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp82,6 miliar, atau melonjak 182,18 persen secara tahunan (year on year/yoy). 

Direktur Utama Surge, Yune Marketatmo, menyampaikan bahwa pencapaian laba ini bukan semata keberhasilan finansial, melainkan juga bukti nyata kontribusi perusahaan terhadap akses digital masyarakat. 

"Kami akan terus berinovasi dan memperluas jangkauan ‘Internet Rakyat’ karena setiap warga Indonesia berhak atas akses digital yang cepat, stabil, dan terjangkau," ujar dia dalam keterangan tertulisnya dikutip, Sabtu, 3 Mei 2025.

Pertumbuhan juga tercermin dari peningkatan pendapatan sebesar 65,66 persen yoy menjadi Rp231,56 miliar. Laba kotor tercatat naik 118 persen yoy menjadi Rp174,2 miliar. Di sisi lain, laba operasional melonjak 114 persen yoy menjadi Rp137,5 miliar, sedangkan EBITDA meningkat 81 persen yoy menjadi Rp180,3 miliar.

Hingga akhir Maret 2025, jumlah pelanggan layanan "Internet Rakyat" Surge telah mencapai 249.000 pelanggan, memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia internet residensial yang menjangkau lapisan masyarakat lebih luas.

Secara sektoral, pendapatan dari layanan konektivitas naik signifikan sebesar 104,4 persen yoy, menjadi Rp132,4 miliar. Sementara itu, layanan iklan digital juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 30,7 persen yoy menjadi Rp99,3 miliar.

Berdasarkan data laporan keuangannya, Emiten infrastruktur digital ini, yang dikenal dengan brand Surge, berhasil membukukan laba bersih sebesar 284 miliar rupiah dalam 12 bulan terakhir atau trailing twelve months (TTM), melonjak signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan juga sangat mencolok, mencapai 764 miliar rupiah dengan margin laba kotor sebesar 75,26 persen dan margin laba bersih mencapai 35,66 persen, mencerminkan efisiensi operasional yang tinggi dan struktur biaya yang terkontrol.

Dari sisi profitabilitas, perusahaan menunjukkan performa luar biasa. Return on equity (ROE) berada pada level 27,03 persen, mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengoptimalkan penggunaan modal dari pemegang saham. Return on assets (ROA) mencapai 8,69 persen, sedangkan return on capital employed (ROCE) berada di level 16,81 persen, menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang solid dari modal yang digunakan untuk operasi bisnis. Selain itu, return on invested capital (ROIC) sebesar 19,01 persen menegaskan efisiensi dan profitabilitas dalam pengelolaan investasi jangka panjang.

Dari sisi pembagian keuntungan, manajemen WIFI telah mulai mengembalikan nilai kepada pemegang saham dengan membagikan dividen tunai sebesar 1,06 rupiah per saham untuk tahun buku 2023. Dividen tersebut dijadwalkan akan dibayarkan pada tanggal 5 Juli 2024, dengan tanggal ex-dividen pada 19 Juni 2024. Meskipun perusahaan mulai menunjukkan konsistensi dalam pembagian dividen, dividend yield-nya masih relatif rendah yaitu hanya 0,05 persen, dengan payout ratio sebesar 0,76 persen, menandakan bahwa sebagian besar laba masih ditahan untuk mendanai ekspansi dan pengembangan infrastruktur digital.

Valuasi Saham WIFI Sudah Premium

Meski secara fundamental menunjukkan pertumbuhan dan efisiensi yang kuat, valuasi saham WIFI saat ini terbilang cukup premium dibandingkan rata-rata pasar. Price to earnings ratio (PER) berbasis TTM tercatat sebesar 16,76 kali, jauh di atas median PER Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada pada level 7,87 kali. 

Sementara itu, rasio price to book value (PBV) mencapai 4,53 kali, menunjukkan bahwa saham WIFI diperdagangkan pada valuasi yang tinggi terhadap nilai bukunya. Rasio price to sales (P/S) berada pada level 6,24 kali, yang memperkuat sinyal bahwa investor menaruh ekspektasi tinggi terhadap prospek pertumbuhan perusahaan.

Lebih lanjut, rasio price to free cash flow bahkan berada di angka negatif, yaitu minus 8,17 kali, mencerminkan bahwa perusahaan mencatat arus kas bebas negatif sebesar 583 miliar rupiah selama 12 bulan terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh belanja modal (capex) yang tinggi, yakni mencapai 1,1 triliun rupiah, seiring dengan ekspansi agresif dalam pembangunan infrastruktur dan jaringan digital. Meski demikian, cash from operations masih tercatat positif di angka 564 miliar rupiah.

Dari sisi struktur keuangan, solvabilitas perusahaan berada dalam kondisi cukup stabil. Debt to equity ratio tercatat sebesar 0,96 kali, sementara interest coverage ratio berada pada angka 4,36 kali, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bunga. 

Rasio current ratio dan quick ratio masing-masing berada di angka 1,22 kali, menandakan likuiditas jangka pendek yang terjaga. Total utang jangka panjang mencapai 861 miliar rupiah dengan total utang keseluruhan sebesar 1,006 triliun rupiah, sementara kas perusahaan berada pada posisi 183 miliar rupiah. Net debt perusahaan tercatat sebesar 823 miliar rupiah.

Harga saham WIFI telah mengalami lonjakan luar biasa selama setahun terakhir. Dalam jangka waktu satu tahun, harga sahamnya naik sebesar 1.186,62 persen. Sepanjang tahun berjalan atau year to date, harga sudah melonjak lebih dari 392 persen. 

Bahkan hanya dalam enam bulan terakhir, kenaikannya mencapai hampir 400 persen. Kinerja luar biasa ini menempatkan WIFI dalam kategori saham dengan relative strength rating tertinggi, yakni 99 persen. Namun, dengan pergerakan sebesar ini, muncul pertanyaan apakah valuasi sahamnya masih layak dikejar investor baru.

Melihat dari rasio price to earnings yang tinggi, price to book yang di atas empat kali, serta price to sales di atas enam kali, saham WIFI tergolong mahal jika dibandingkan dengan rerata emiten di BEI. Namun demikian, rasio PEG (price to earnings growth) dalam tiga tahun terakhir berada di angka 0,17 kali, menandakan bahwa valuasinya masih dapat dianggap wajar jika pertumbuhan laba perusahaan mampu dipertahankan. 

Di sisi lain, free cash flow yang negatif dan belanja modal yang besar tetap menjadi risiko utama yang harus dicermati oleh investor.

Secara keseluruhan, PT Solusi Sinergi Digital Tbk menunjukkan fundamental yang kuat dengan pertumbuhan laba dan pendapatan yang sangat agresif, serta manajemen yang mulai menunjukkan komitmen pada pembagian dividen. Namun, valuasinya saat ini sudah mencerminkan ekspektasi yang sangat tinggi dari pasar. 

Saham ini berpotensi tetap menarik bagi investor agresif yang percaya pada prospek jangka panjang sektor infrastruktur digital di Indonesia, tetapi bagi investor yang lebih konservatif, saat ini mungkin menjadi waktu yang tepat untuk menunggu koreksi harga sebelum masuk lebih dalam.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".