KABARBURSA.COM - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah dipercaya untuk melaksanakan proyek Pembangunan Jetty 1 Baru di Integrated Terminal Manggis, Bali.
Menurut Agung Budi Waskito, Direktur Utama WIKA, proyek ini diberikan oleh PT Pertamina Patra Niaga dengan nilai kontrak sebesar Rp475 miliar.
"Pembangunan Jetty 1 Baru di Integrated Terminal Manggis bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bongkar muat di Terminal Manggis, serta memperkuat keandalan dan ketahanan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di Pulau Bali dan pulau-pulau kecil di sekitarnya," ujarnya dalam pernyataan resminya.
Dalam pelaksanaan proyek ini, WIKA akan bertanggung jawab atas pembangunan dermaga, mulai dari persiapan lahan hingga operasional, dengan target penyelesaian pada tahun 2026.
"Perolehan proyek ini semakin menegaskan kemampuan WIKA dalam mendukung infrastruktur EPCC di Indonesia," tambahnya.
Proyek-proyek WIKA
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memaparkan perkembangan terbaru terkait proyek yang telah selesai pada semester I 2024 dan proyek yang masih berjalan pada semester II.
Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya, menjelaskan bahwa saat ini perusahaan sedang mengerjakan 112 proyek yang masih berlangsung.
Dari 112 proyek tersebut, beberapa yang diharapkan selesai pada semester II 2024 antara lain adalah proyek SPAM Jatiluhur, Simpang Terpadu Karianggo Balikpapan, Jalan Sumbu Timur IKN, PLTU Palu, Bendungan Lausimeme, Bendungan Jragung, Jalan Tol Bayung Lencir – Tempino, Bendungan Boyolali, dan Istana Presiden IKN.
Sebagai informasi, hingga Juni 2024, WIKA telah berhasil memperoleh kontrak baru senilai Rp10,25 triliun.
"Saat ini, WIKA juga sedang mengerjakan sembilan proyek di IKN dengan total nilai kontrak sebesar Rp11,05 triliun," kata Mahendra.
Untuk menjaga arus kas dan memastikan kesehatan keuangan, WIKA fokus menerima proyek yang menjamin pembayaran rutin secara berkala.
"Kami menjaga portofolio ini dengan ketat. Kami menghindari proyek-proyek yang memiliki pembayaran dengan milestone besar lebih dari 10 persen. Idealnya, pembayaran awal adalah 90 persen dan pembayaran progresif dilakukan setiap bulan. Tujuannya agar perputaran kas tetap cepat," jelas Mahendra.
Selain itu, WIKA juga berencana melakukan divestasi sejumlah aset untuk mengurangi beban keuangan. Saat ini, perusahaan tengah merumuskan rencana divestasi untuk periode 2025-2029.
"Total nominal dari divestasi belum bisa kami ungkapkan karena masih dalam tahap kajian dan sangat tergantung pada pembicaraan dengan calon investor," ungkap Mahendra.
Beberapa aset yang direncanakan untuk dilepas antara lain adalah ruas Tol Manado-Bitung (Mabit), Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam), Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja), Tol Semarang-Demak, Tol Serang-Panimbang, dan SPAM Jatiluhur. Namun, beberapa proyek tersebut masih dalam tahap pengerjaan, seperti Tol Serang-Panimbang dan SPAM Jatiluhur.
"Untuk SPAM Jatiluhur, kami berencana menyelesaikan proyek ini pada Oktober 2024. Sementara untuk Tol Serang-Panimbang, target penyelesaiannya adalah tahun 2025," tambahnya.
Mahendra juga menegaskan bahwa WIKA masih menghadapi sejumlah tantangan finansial. Meskipun demikian, WIKA optimis dapat mulai mencatatkan kinerja positif di atas tahun 2027.
"Meskipun laporan keuangan untuk semester I 2024 belum dirilis, kami memperkirakan ada sedikit perbaikan dalam kinerja pada periode ini. Kami masih memerlukan waktu untuk mencapai kinerja yang benar-benar positif, tetapi strategi yang kami terapkan sudah mulai menunjukkan hasil yang signifikan," tutup Mahendra.
Rights Issue
WIKA hanya mampu menyerap dana Rp 87,9 miliar porsi publik dalam aksi Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) II atau rights issue.
Asal tahu saja, WIKA akan menawarkan 46,81 miliar saham baru seri B yang setara dengan 83,92 persen dari modal disetor dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Harga pelaksanaan rights issue sebesar Rp 197 per saham. Dengan demikian, perkiraan total dana yang akan diperoleh dari aksi korporasi ini mencapai Rp 9,2 triliun.
Rights issue ini juga merupakan bagian dari penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 6 triliun untuk WIKA. Sementara sisanya, hingga Rp 3,2 triliun, akan diserap dari porsi publik. Sehingga, target awal rights issue WIKA sebesar Rp 9,2 triliun.
Direktur Keuangan WIKA Adityo Kusumo menyebutkan, partisipasi publik dalam pelaksanaan rights issue perseroan hanya mencapai Rp 87,9 miliar. Jumlah tersebut mencerminkan 2,7 persen dari target yang diincar sebesar Rp 3,2 triliun.
“Kurang lebih dana publik yang diserap sekitar Rp 87,9 miliar di samping dana PMN dari pemerintah sebesar Rp 6 triliun,” ujarnya.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan, pihaknya menyadari bahwa adanya tantangan pada saat pelaksanaan rights issue dalam keadaan perdagangan saham yang sedang tersuspensi.
“Selain itu, kinerja keuangan WIKA juga masih dalam tekanan sejak tahun 2023,” ujarnya. (*)