KABARBURSA.COM - Manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), sebagai induk usaha PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (WIKA IKON), memberikan klarifikasi terkait permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan terhadap WIKA IKON.
Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya, mengungkapkan bahwa hingga saat ini WIKA IKON belum mengetahui detail nilai gugatan yang diajukan oleh Pemohon, yakni PT Delta Niaga Sinergi. Hal ini disebabkan WIKA IKON belum menerima relas sidang dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, termasuk petitum yang diajukan.
"WIKA IKON belum menerima relas sidang dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, termasuk petitum yang diajukan oleh PT Delta Niaga Sinergi," ujar Mahendra dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Jumat 23 Agustus 2024.
Mahendra menegaskan pihaknya sampaikan bahwa permohonan PKPU ini tidak memiliki dampak signifikan terhadap kinerja keuangan maupun operasional perseroan.
Sebagai tambahan informasi, kontribusi pendapatan WIKA IKON kepada perseroan tercatat sebesar Rp20,89 miliar per 31 Maret 2024. Angka tersebut hanya setara dengan 0,59 persen dari total pendapatan perseroan.
Dana Pelunasan Obligasi
Manajemen PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dalam laporannya akan segera melunasi Obligasi Berkelanjutan II Tahap I Tahun 2021 Seri A senilai Rp571 miliar yang akan jatuh tempo pada 4 September 2024. Mahendra Vijaya, Sekretaris Perusahaan WIKA dalam keterbukaan informasi menjelaskan dana pelunasan obligasi berasal dari kas Perseroan.
Untuk diketahui, Obligasi Berkelanjutan II WIKA Tahap I Tahun 2021 senilai Rp1,750 triliun diterbitkan pada 9 September 2021. Ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan II WIKA senilai total Rp3,5 triliun. Adapun Obligasi WIKA ini terdiri atas seri A dengan jumlah pokok sebesar Rp571 miliar memiliki tenor tiga tahun dan bunga tetap 8,25 persen per tahun, seri B senilai Rp197 miliar berbunga tetap 8,55 persen per tahun dengan jangka waktu lima tahun dan seri C Rp982 miliar dengan tenor tujuh tahun memiliki bunga tetap 9,25 persen per tahun.
Obligasi WIKA dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 September 2021. Dari sisi lainnya, dana hasil penerbitan obligasi ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, seluruhnya digunakan untuk pembayaran sebagian utang jangka pendek Perseroan.
Sebagai informasi, yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi WIKA Il Tahap I Tahun 2021 adalah PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT RHB Sekuritas Indonesia, serta PT Bank Mega Tbk (MEGA) sebagai wali amanat.
Tidak hanya itu, WIKA juga telah menyiapkan dana sebesar Rp325,5 miliar untuk melunasi utang sukuk yang akan jatuh tempo pada 8 September 2024. Dana ini, yang bersumber dari kas internal perusahaan, akan digunakan untuk melunasi Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 Seri A.
Mahendra mengonfirmasi melalui keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa perseroan telah menyiapkan dana tersebut untuk melunasi efek yang bersangkutan. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 Seri A memiliki kupon mengambang dengan frekuensi pembayaran bunga setiap tiga bulan.
Dari sisi lainnya, lembaga keuangan multinasional asal Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley memasukan saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ke dalam indeks MSCI Small Cap dalam rebalancing Agustus 2024. MSCI merupakan singkatan dari Morgan Stanley Capital International, indeks saham yang diluncurkan Morgan Stanley.
MSCI merupakan indeks saham dan obligasi dari lembaga riset Morgan Stanley sebagai salah satu acuan investor. Indeks ini banyak digunakan sebagai acuan manajer investasi dunia sebagai dasar pemilihan aset.
Beri Imbal Hasil
Indeks ini telah memiliki kepercayaan yang kuat di mata investor sebab mampu memberikan imbal hasil. Dalam industri keuangan, MSCI memiliki peran penting, kredibilitas MSCI membuat reksadana indeks atau ETF banyak menggunakan dan mengacu aset pilihan MSCI.
Berdasarkan hal tersebut, banyak investor beranggapan keluar masuk konstituennya dalam MSCI akan mempengaruhi perubahan harga. Padahal, berinvestasi dengan membeli indeks MSCI secara langsung tidak dapat dilakukan. Tujuan indeks ini adalah mereplikasi kinerja indeks tertentu. Kemudian, terdapat institusi yang mengacu pada MSCI dengan mencoba mencocokkan dan mengelola portofolio. Investor dapat membeli reksadana indeks tanpa memerlukan dana besar.
Sebelumnya pada akhir bulan lalu, PMN yang diajukan WIKA telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Dana tersebut disebut akan digunakan untuk menyelesaikan delapan proyek, termasuk pembangunan jalan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sedangkan dari sisi kinerja, WIKA telah meraih kontrak baru Rp10,25 triliun hingga akhir Juni lalu. Kontribusi terbesar perolehan ini berasal dari segmen industri, diikuti segmen infrastruktur, gedung, proyek EPC dan properti.
Adapun secara laporan keuangan, perr kuartal I-2024, WIKA meraup pendapatan bersih sebesar Rp3,53 triliun atau turun 18,75 persen secara tahunan atau Year on Year (YoY). Per Maret 2024, rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk WIKA mencapai Rp 1,13 triliun. Ini membengkak dari posisi per Maret 2023 sebesar Rp 521,25 miliar.
Hingga penutupan perdagangan saham hari ini, saham WIKA memerah pada level Rp332 menurun 0,60 persen setara dengan penurunan dua poin.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.