KABARBURSA.COM - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) tengah mempercepat penyelesaian proyek Bendungan Jlantah di Karanganyar, Jawa Tengah, dengan target peresmian pada Januari 2025. Saat ini, progres konstruksi bendungan ini telah mencapai 98,54 persen.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, sebelumnya menekankan pentingnya menjaga kualitas dan keselamatan dalam pengerjaan proyek ini, meskipun jadwal penyelesaiannya dipercepat. Diana berharap, Bendungan Jlantah tidak hanya selesai tepat waktu, tetapi juga dapat memberikan manfaat besar untuk mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.
“Proyek ini harus tetap memperhatikan aspek kualitas dan keselamatan. Setelah konstruksi selesai, tahap selanjutnya adalah pengadaan jaringan irigasi untuk memastikan kelancaran distribusi air,” kata Diana dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Direktur Operasi II PT Waskita Karya, Dhetik Ariyanto, menambahkan bahwa keberadaan Bendungan Jlantah akan memberikan manfaat signifikan, terutama untuk sektor pertanian. Bendungan ini diharapkan mendukung upaya ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan kapasitas irigasi. Pemerintah, melalui Kementerian Pertahanan, telah memajukan target swasembada pangan dari tahun 2028 menjadi 2027.
“Pemerintah berkomitmen untuk memastikan produksi pangan nasional mencukupi kebutuhan dalam negeri tanpa bergantung pada impor. Keberadaan Bendungan Jlantah akan berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut, karena dapat meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Dhetik dalam keterangannya, Selasa, 24 Desember 2024.
Bendungan ini dirancang untuk mengairi lahan persawahan seluas 1.494 hektare di Kecamatan Jatiyoso dan Jumapolo, yang sebelumnya mengandalkan pengairan tadah hujan. Dengan adanya saluran irigasi dari Bendungan Jlantah, para petani dapat melakukan tiga kali panen dalam setahun, tidak lagi tergantung pada musim hujan.
Dhetik menjelaskan bahwa dengan saluran irigasi dari Bendungan Jlantah, Indeks Pertanaman (IP) dapat meningkat dari 172 persen menjadi 272 persen pada lahan seluas 806 hektare. Bahkan, pada lahan seluas 688 hektare, IP berpotensi mencapai 272 persen.
“Dengan pengairan yang lebih terjamin, kami optimis dapat meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah ini, yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan ketahanan pangan,” jelas Dhetik.
Bendungan Jlantah dirancang dengan tinggi 70 meter dari pondasi terdalam dan panjang 404 meter. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 10,97 juta meter kubik air. Selain mendukung ketahanan pangan, bendungan ini juga berpotensi menjadi sumber energi terbarukan, dengan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLMTH) sebesar 0,625 Megawatt (MW).
“Bendungan Jlantah juga berfungsi untuk mereduksi banjir di persawahan Desa Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dengan luas area yang terdampak mencapai 87 hektare,” tambah Dhetik.
Proyek pembangunan Bendungan Jlantah ini dikerjakan melalui Kerja Sama Operasional (KSO) antara PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dengan nilai kontrak sebesar Rp 1,025 triliun. Pembangunan bendungan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya untuk sektor pertanian, tetapi juga untuk ketahanan energi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Garap Bendungan di Papua
WSKT berhasil meraih kontrak baru senilai Rp215 miliar untuk proyek pembangunan gedung kantor Gubernur Provinsi Papua Selatan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
Direktur Operasi I Waskita Karya, Ari Asmoko, menyatakan bahwa perseroan akan membangun gedung kantor tiga lantai di atas lahan seluas 116.000 meter persegi (m2). Luas tapak bangunan tersebut adalah 3.055 meter persegi.
“Gedung ini dirancang sebagai pusat pemerintahan Papua Selatan dengan kapasitas sekitar 624 orang. Fasilitasnya akan mencakup ruang perkantoran, ruang penunjang, dan ruang layanan publik,” ungkap Ari dalam keterangannya pada Jumat, 20 Desember 2024.
Ari menambahkan bahwa proyek ini direncanakan selesai dalam 360 hari kalender. Waskita Karya berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan gedung ini secara tepat waktu.
“Sebagai BUMN Konstruksi dengan pengalaman hampir 64 tahun, Waskita Karya telah menyelesaikan berbagai proyek ikonik, termasuk Plaza Mandiri dan Tower BNI 46,” ujar Ari.
Konsep desain fasad Gedung Kantor Gubernur Papua Selatan terinspirasi dari Musamus, atau rumah semut yang terbuat dari tanah, sebuah mahakarya alam khas Merauke. Struktur Musamus ini dapat mencapai tinggi lima meter dengan diameter lebih dari dua meter.
Ari juga menjelaskan bahwa ruang terbuka di kantor ini akan mengusung dua konsep penghijauan: Hutan Konservasi Alami dan Hutan Produksi. Upaya ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi alami lingkungan dan mempercepat penghijauan di area terbuka kantor.
“Hutan Produksi akan dirancang sebagai lanskap yang mendukung ekonomi. Selain berfungsi sebagai area penghijauan, hutan ini juga dapat menghasilkan panen yang memberikan pendapatan tambahan bagi pengguna,” jelas Ari. (*)