KABARBURSA.COM - Yen tergelincir pada awal pekan, Senin, seiring kepastian politik kian mengarah pada kemenangan Sanae Takaichi sebagai perdana menteri Jepang berikutnya. Tokoh konservatif itu dikenal sebagai pendukung kebijakan fiskal dan moneter longgar, dan kini berada di jalur kuat menuju kursi tertinggi berkat sokongan Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Partai Inovasi Jepang (JIP).
Pelemahan yen turut dipacu oleh meningkatnya selera risiko di pasar global. Meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta berkurangnya kekhawatiran atas kesehatan perbankan regional AS, menjadi katalis tambahan. Menurut laporan Reuters dari Tokyo, Senin 20 Oktober 2025, investor kembali melakukan apa yang disebut “Takaichi trade” — membeli saham Jepang sambil menjual yen - setelah media Kyodo mengabarkan bahwa LDP dan JIP akan memantapkan aliansi politik mereka, sehari jelang pemungutan suara parlemen.
Takaichi, yang berpeluang menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, sempat kehilangan pijakan politik usai bubarnya koalisi 26 tahun antara LDP dan Komeito awal bulan ini. Namun aliansinya dengan JIP, yang lebih selaras dengan visi ekonominya, diyakini memperkuat posisi politiknya.
Pada perdagangan pagi, dolar AS naik 0,2 persen menjadi 150,82 yen, setelah sempat melemah 1,1 persen pada sesi Jumat akibat kekhawatiran terhadap pinjaman bermasalah di bank-bank regional AS dan isu perdagangan logam tanah jarang asal China — komoditas vital bagi industri semikonduktor global. Kekhawatiran tersebut mulai mereda menjelang penutupan Wall Street, di mana seluruh indeks utama berakhir menguat.
“Isu kredit tampak lebih sebagai wacana ketimbang realitas. Secara umum, fundamental kredit masih kokoh,” ujar Jed Ellerbroek, Manajer Portofolio di Argent Capital.
Presiden AS Donald Trump juga menenangkan pasar dengan menyatakan tarif balasan 100 persen terhadap produk China “tidak akan berkelanjutan.” Ia memastikan pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping tetap berlangsung dalam dua pekan ke depan
Sementara itu, dolar Australia menguat 0,3 persen ke posisi USD0,6500, sedangkan euro naik tipis 0,1 persen menjadi USD1,1661. Pelaku pasar kini menantikan rilis data produk domestik bruto (PDB) China, mitra dagang utama Australia.
Kyle Rodda, analis pasar di Capital.com, menilai kedua negara adidaya itu kini mulai menyadari risiko ekonomi dari konflik yang berkepanjangan. “Amerika dan China sama-sama tahu, kebijakan ekstrem seperti larangan ekspor logam tanah jarang atau tarif 100 persen hanya akan merugikan keduanya,” ujarnya.
Pasar pun berharap situasi berangsur tenang. Meski begitu, volatilitas diyakini masih akan bertahan hingga muncul pernyataan resmi mengenai penurunan ketegangan dagang.(*)