KABARBURSA.COM – Agensi public relations (PR) dan publik affairs (PA), Praxis, mengungkapkan hasil survei berjudul “Potensi dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia dari Persepsi Pengguna”. Di dalam risetnya kali ini, Praxis mengungkapkan sejumlah fakta menarik terkait kepuasan konsumen mobil listrik di Indonesia.
“Survei ini secara komprehensif memotret perilaku, preferensi, dan aspirasi dari 1.200 pengguna mobil listrik di 12 kota besar di Indonesia, memberikan peta jalan yang jelas bagi para pemangku kepentingan industri,” kata President Director Praxis, Adwi Yudiansyah, di Jakarta, Kamis, 14 Agustus 2025.
Berdasarkan hasil risetnya, Praxis melihat lanskap preferensi konsumen otomotif di Indonesia menunjukkan pergeseran fundamental. Praxis mengklaim, konsumen mobil listrik tidak hanya terpikat harga murah, tapi telah berevoluasi menjadi konsumen yang lebih matang. Konsumen mobil listrik di Indonesia disebut telah memiliki pertimbangan yang berorientasi kepada fungsi dan nilai jangka panjang.
Di dalam surveinya, Praxis mendapati beberapa temuan menarik terkait daya tahan baterai, keputusan pembelian, infrastruktur, kepuasan dan platform yang memengaruhi keputusan pembelian.
Praxis menemukan fakta terkait daya tahan baterai (35,17 persen) menjadi faktor lebih penting bagi pengguna mobil listrik, mengungguli harga beli (21,33 persen) dan reputasi merek (18,5 persen).
Praxis juga mengungkapkan bahwa faktor yang paling memengaruhi keputusan pembelian mobil listrik adalah garansi baterai (52 persen). Sedangkan faktor terkait harga beli dan bundling wall charger masing-masing sebesar 30 dan 10 persen.
Fakta berikutnya adalah sebanyak 46 persen responden menempatkan ketersediaan infrastruktur sebagai prioritas kebijakan utama, yang mencakup perluasan akses Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan jaminan ketersediaan bengkel resmi yang mumpuni.
Selain itu, Praxis juga mengungkapkan bahwa 79 persen pengguna mobil listrik mendapatkan pengalaman berkendara yang lebih baik jika dibandingkan mobil konvensional. Meski begitu, 78 persen pengguna mobil listrik merasa durasi pengisian daya selama 6 jam terlalu lama. Angka ini jauh dari durasi ideal yang diharapkan konsumen, yakni selama 1-2 jam.
Terkait dengan platform yang efektif dalam pencarian informasi terkait mobil listrik adalah media sosial (51 persen). Sementara informasi terkait mobil listrik dari pameran otomotif justru menempati posisi yang rendah, yakni 22 persen.
Head of Research Praxis, Garda Maharsi, dalam paparannya menyatakan, riset Praxis diluncurkan untuk memberikan panduan berbasis data yang konkret bagi seluruh ekosistem.
Menurutnya, temuan ini menunjukkan bahwa pengguna mobil listrik di Indonesia telah bergerak melampaui ‘demam harga murah’, namun juga memprioritaskan faktor penggunaan hingga kebijakan untuk jangka panjang.
“Ini menjadi tanda pasar yang semakin dewasa. Harapan kami, data ini dapat menjadi jembatan yang menghubungkan ekspektasi pengguna dengan strategi yang akan diterapkan oleh produsen, pemerintah, dan penyedia infrastruktur, sehingga akselerasi adopsi mobil listrik berjalan lebih efektif dan tepat sasaran,” kata Garda.
Secara keseluruhan, hasil riset Praxis menegaskan bahwa Indonesia berada di titik krusial transisi menuju mobilitas listrik. Antusiasme dan kepuasan pengguna yang tinggi menjadi fondasi yang kokoh. Kini, tugas bersama bagi seluruh pemangku kepentingan adalah menjawab aspirasi pengguna dengan aksi nyata, membangun ekosistem yang andal, terjangkau, dan mudah diakses, demi mewujudkan masa depan transportasi yang lebih bersih dan efisien.(*)