KABARBURSA.COM - Direktur Keuangan Sosial Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Dwi Irianti mengatakan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia menunjukkan tren positif di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun terakhir.
“Secara umum tren pertumbuhan ekonomi syariah di masa kepemimpinan Jokowi sangat positif,” kata Dwi Irianti kepada Kabar Bursa, Sabtu, 14 September 2024.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi syariah yang menonjol adalah meningkatnya nilai ekspor produk halal.
Pada tahun 2019 nilai ekspor produk halal Indonesia tercatat sebesar USD37 juta, pada 2023 melonjak menjadi USD50 juta.
Begitu juga dengan nilai aset keuangan syariah mengalami peningkatan signifikan, dari Rp1.800 triliun di tahun 2020, dan per Juni 2024 menjadi Rp2.756 triliun.
Pertumbuhan juga terjadi di sektor wakaf. Akumulasi aset wakaf uang pada tahun 2020 hanya mencapai Rp0,18 triliun, dan melonjak menjadi Rp2,56 triliun pada pertengah 2024.
“Pertumbuhan ini menggambarkan semakin besarnya kepercayaan masyarakat terhadap instrumen keuangan syariah,” ucap Dwi Irianti.
Sementara itu, kontribusi usaha syariah dan pembiayaan syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga mencapai angka yang mengesankan, yakni sebesar 46,72 persen atau sekitar Rp9.761 triliun pada 2023.
Sebagai informasi, KNEKS diketuai langsung oleh Presiden Jokowi, dan Wakil Presiden, Prof Dr. K.H. Ma'ruf Amin sebagai Ketua Harian.
13 Program Prioritas Ekonomi Syariah
Kata Dwi Irianti, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah, KNEKS telah meluncurkan 13 program prioritas, di antaranya Kodifikasi Data Industri Produk Halal, Percepatan Implementasi Sertifikasi Halal untuk UMK, hingga Master Plan Industri Halal Indonesia (MPIHI) 2023–2029.
Selain itu, percepatan pengembangan UMKM industri halal dan layanan syariah jaminan sosial juga menjadi fokus utama.
“Inisiatif seperti ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat ekonomi syariah di dalam negeri, tetapi juga untuk mendorong ekspor UKM halal Indonesia ke pasar global,” jelas Dwi Irianti.
Pengelolaan wakaf uang nasional juga mengalami transformasi besar-besaran, dengan adanya dukungan program Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Syariah dan digitalisasi pada BMT/IKMS melalui program transformasi digital dan keberlanjutan (BMT/IKMS 4.0).
“Kemudian, ditambah 17 program reguler,” tuturnya.
Berikut 13 Program Prioritas KNEKS untuk mempercepat perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia:
- Kodifikasi Data Industri Produk Halal
- Percepatan Implementasi Sertifikasi Halal UMK
- Master Plan Industri Halal Indonesia (MPIHI) 2023-2029
- Sinergi Akselerasi Pengembangan UMKM Industri Halal
- Percepatan Ekspor UKM Industri Halal
- Pusat Data Ekonomi Syariah (PDB Syariah)
- Zona Kuliner Halal, Aman dan Sehat
- Layanan Syariah Jaminan Sosial
- Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Syariah
- Transformasi Pengelolaan Wakaf Uang Nasional - BMT/IKMS 4.0: Transformasi Digital dan Sustainable
- Kelembagaan Ekonomi Syariah Tingkat Daerah
- Usaha Syariah Berbasis Teknologi, Kreativitas dan Inovasi
Penghargaan Internasional
Pertumbuhan ekonomi syariah Indonesia diakui oleh dunia internasional. Hal itu terlihat rating dan terpenuhinya standar internasional.
Beberapa penghargaan yang diraih Indonesia, termasuk peringkat Nomor 1 pada Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2023 dan 2024, serta Nomor 1 dalam kategori Impactful Achievement in Islamic Economics melalui program Cash Waqf Linked Sukuk.
Indonesia juga menempati posisi ketiga di sejumlah indikator penting lainnya, seperti Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2023, Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2023, dan Global Islamic Fintech Report 2023.
Peringkat ini menunjukkan lompatan besar yang dicapai Indonesia, mengingat pada tahun 2018, Indonesia hanya menempati peringkat ke-11 pada GIEI dan peringkat ke-10 pada IFDI.
Berikut Rating/Standar Internasional mengenai perkembangan ekonomi syariah di Indonesia:
- Nomor 1 Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 & 2024 (Nomor 2 pada 2022)
- Nomor 1 Impactful Achievement in Islamic Economics pada program Cash Waqf Link Sukuk
- Nomor 3 Biggest Shareholder IsDB
- Nomor 3 Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2023 (sebelumnya nomor 11 pada tahun 2018)
- Nomor 3 Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2023 (sebelumnya nomor 10 pada tahun 2018)
- Nomor 3 Global Islamic Finance Report (GIFR), 2023 (sebelumnya nomor 6 pada tahun 2018)
- Nomor 3 Global Islamic Fintech Report 2023 (sebelumnya nomor 4 pada tahun 2021).
Percepat Pertumbuhan Ekonomi Syariah, BI Luncurkan 3 Inovasi Digital
Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan mitra strategis untuk mempercepat pengembangan ekonomi syariah, juga keuangan syariah di pulau Jawa melalui tiga inovasi berbasis digital.
Tiga inovasi itu difokuskan pada perluasan literasi, pengembangan keuangan mikro, dan instrumen sosial ekonomi pemberdayaan umat.
Lebih rincinya, inovasi pertama yang dilakukan adalah digitalisasi literasi keuangan inklusif dan syariah dengan mengoptimalkan kolaborasi kanal komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) dengan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Provinsi untuk mendorong literasi ekonomi syariah kepada masyarakat luas.
Inovasi kedua yaitu, digitalisasi ekosistem halal end to end melalui pembentukan halal center, pengembangan database UMKM halal se-Jawa, dan fasilitasi onboarding pembiayaan UMKM bekerjasama dengan Baitul Maal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (BM KNEKS).
Dan, ketiga, digitalisasi dan optimalisasi Zakat, Infaq, Shodaqah dan Wakaf (Ziswaf) melalui kerja sama platform Satu Waqaf Indonesia (SWI) khusus Jawa.
Ketiga program inovatif tersebut diluncurkan dalam Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa pada hari Jumat, 13 September 2024 di Surabaya, Jawa Timur, dengan mengusung tema ‘Sinergi untuk Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Syariah Jawa’, yang digelar pada tanggal 13-15 September 2024.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia terus menunjukkan tren positif.
Berbagai indikator menunjukkan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia terus membaik. Mulai dari pembiayaan perbankan syariah pada Juli 2024 mencapai Rp597,89 triliun atau tumbuh 11,92 persen (yoy), capaian nominal tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 yang tercatat Rp569,37 triliun.
“Ekonomi syariah memiliki keunggulan yaitu berdaya tahan di tengah krisis karena ditopang oleh model bisnis yang solid, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Destry.
Adapun di Jawa Timur, penyaluran pembiayaan perbankan syariah juga tercatat tinggi, yakni tumbuh sebesar 12,44 persen (yoy) pada Juli 2024, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit umum di Jawa Timur yang sebesar 4,74 persen (yoy). (*)