Logo
>

IDXCarbon Bergeliat: Siap Jadi Raja Karbon Asia Tenggara?

Pasar karbon indonesia mulai unjuk gigi, volume naik, proyek bertambah, dan ekspansi internasional jadi kunci menuju dominasi Asia Tenggara.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IDXCarbon Bergeliat: Siap Jadi Raja Karbon Asia Tenggara?
Ilustrasi perjalanan IDXCarbon sepanjang awal 2025.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pasar Karbon Indonesia di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang April 2025.

    Dilansir dari data idxcarbon.co.id, volume perdagangan karbon dan nilai perdagangan bergeliat dibandingkan bulan sebelumnya, namun aktivitas di sektor ini tetap mencerminkan langkah maju dalam ekosistem transisi energi nasional.

    Sepanjang April 2025, Bursa Karbon Indonesia mencatat total volume perdagangan sebesar 213.325 ton setara karbon dioksida (ton CO₂e)  dengan nilai total mencapai Rp34,76 miliar dengan 16 hari bursa dan 5 frekuensi transaksi. Dibandingkan Maret 2025 yang mencatat 368.919 ton CO₂e dengan nilai Rp39,44 miliar, dengan 19 hari bursa dan 11 frekuensi transaksi terjadi penurunan tajam baik dari sisi volume maupun nilai transaksi.

    Frekuensi perdagangan pun menurun dari 13 kali di bulan Maret menjadi hanya 5 kali pada bulan April. Meski demikian, rata-rata volume harian berada di kisaran 13.332 ton CO₂e dan nilai harian mencapai Rp2,17 miliar.

    Jika dilihat secara kumulatif sejak awal tahun hingga April 2025, total volume perdagangan telah mencapai 690.675 ton CO₂e dengan nilai akumulasi  Rp27,28 triliun dan frekuensi perdagangan 79 kali. Jumlah partisipan juga mengalami peningkatan menjadi 84 peserta aktif, naik dari 58 pada bulan sebelumnya.

    Aktivitas di Pasar Reguler dan Marketplace

    Di pasar reguler, dominasi masih dipegang oleh unit karbon dari sektor teknologi berbasis energi terbarukan (Technology-Based Standard Renewable Energy/IDTBS-RE) dan sektor berbasis teknologi lainnya (Technology-Based Standard/IDTBS), dengan total volume gabungan sebesar 1.705.200 ton CO₂e dan nilai transaksi mencapai Rp155,87 miliar.

    Namun menariknya, di Marketplace terjadi pergeseran peran. Transaksi IDTBS-RE sama sekali tidak terlihat pada April, dan seluruh volume sebesar 28 ton CO₂e berasal dari IDTBS, dengan nilai perdagangan sebesar Rp1,71 juta. Dibandingkan tahun berjalan (year-to-date/YTD), IDTBS sudah mencatat 549 ton CO₂e dengan nilai Rp33,65 juta.

    Sementara itu, pasar negosiasi mencatat aktivitas yang luar biasa sepanjang tahun berjalan. Meskipun tidak ada transaksi pada bulan April, hingga akhir bulan tersebut pasar negosiasi telah mencatat perdagangan sebesar 688.503 ton CO₂e, senilai Rp27,09 triliun. Sektor energi terbarukan menjadi motor utama, menunjukkan minat tinggi investor pada proyek-proyek berkelanjutan.

    Nihil Transaksi di Pasar Lelang

    Pada bulan April 2025, pasar lelang karbon belum mencatat aktivitas. Sejak awal tahun, belum ada transaksi yang terjadi di segmen ini. Hal ini menandakan perlunya peningkatan literasi serta mekanisme insentif bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan potensi lelang karbon sebagai alternatif perdagangan.

    Bulan April juga menghadirkan sejumlah proyek baru yang terdaftar di Bursa Karbon Indonesia. Beberapa proyek unggulan antara lain:

    1. PLTGU Blok 3 Muara Karang milik PT PLN Nusantara Power, dengan volume tCO₂e sebesar 926.873 ton dari tahun vintage 2022.
    2. PLTGU Priok Blok 4 oleh PT PLN Indonesia Power dengan volume 763.653 ton CO₂e.
    3. Konversi PLTGU Grati Blok 2 dan PLTGU Muara Tawar Blok 2, yang masing-masing menyumbang 407.390 dan 34.000 ton CO₂e.
    4. Proyek baru PLTMG Sumbagut Peaker 250 MW, yang mencatat total volume dari tahun 2021-2023 sebesar 173.878 ton CO₂e.

    Proyek-proyek ini terdaftar sebagai bagian dari Standar Berbasis Teknologi (IDTBS) dan Standar Berbasis Teknologi – Energi Terbarukan (IDTBS-RE), yang menjadi tulang punggung sertifikasi perdagangan karbon di pasar domestik.

    Sementara itu, proyek berbasis alam (Nature-Based Solution/NBS) seperti Lahendong Unit 5 & 6 milik PT Pertamina Power Indonesia dan PLTM Gunung Wugul oleh PT PLN Indonesia Power tetap menjadi simbol komitmen Indonesia dalam mendorong transisi energi rendah karbon berbasis sumber daya hayati.

    Meski volume menurun, pertumbuhan jumlah peserta dan diversifikasi proyek menunjukkan bahwa pasar karbon Indonesia mulai membangun pondasi yang kuat.

    Pasar karbon Indonesia terus berkembang meski menghadapi tantangan dari sisi volume dan nilai transaksi bulanan. Dengan bertambahnya proyek terdaftar dan meningkatnya jumlah partisipan, Bursa Karbon Indonesia menunjukkan sinyal positif bahwa transisi menuju ekonomi rendah emisi sedang berlangsung.

    IDXCarbon, sebagai pionir platform perdagangan karbon di Tanah Air, akan tetap menjadi motor utama dalam pengembangan pasar karbon domestik dan jembatan menuju keterlibatan Indonesia dalam pasar karbon internasional yang lebih luas.

    Peluang Tumbuh di Q2 2025

    IDX Carbon diprediksi bakal melanjutkan catatan positif pada kuartal II 2025. Bahkan, analis memprediksi bursa karbon Indonesia bisa bersaing di Asia Tenggara. 

    Diketahui, IDX Carbon memperoleh kinerja positif pada kuartal I 2025 dengan volume perdagangan mencapai 690.675 tCO₂e, melampaui total transaksi sepanjang tahun 2024 maupun 2023. 

    Analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy Lubis mengatakan, catatan itu menjadi sinyal kuat bahwa permintaan terhadap kredit karbon melonjak karena didorong oleh meningkatnya kesadaran korporasi terhadap pengurangan emisi, baik karena faktor regulasi maupun dorongan pasar global. 

    Menurut Abdul, IDX Carbon kian dipercaya sebagai platform kredibel, dengan langkah ekspansi yang agresif ke pasar Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. 

    "Tiga negara ini yang punya ambisi net zero tinggi dan kebutuhan besar terhadap kredit karbon berkualitas," ujar dia kepada Kabarbursa.com, Senin, 28 April 2025.

    Melihat tren tersebut, Abdul memproyeksikan kinerja IDX Carbon di kuartal II 2025 masih akan kuat. Dia memandang, volume perdagangan berpeluang tumbuh 30 - 50 persen dibanding kuartal sebelumnya, dengan tambahan volume transaksi yang bisa mencapai 900.000 hingga 1 juta tCO₂e. 

    "Dorongan permintaan asing juga diprediksi mendorong kenaikan harga karbon secara bertahap. Jika ekspansi internasional berjalan efektif, IDX Carbon tidak hanya akan memimpin pasar domestik, tapi juga siap bersaing menjadi hub karbon regional di Asia Tenggara," katanya. 

    Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) kini tengah membidik pasar internasional dalam rangka memperluas jangkauan perdagangan karbon dari Indonesia ke pasar Asia.

    Sejumlah negara potensial seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan menjadi target utama kerja sama lintas negara (G2G) untuk pengakuan unit karbon asal Indonesia di pasar global.

    Menurut Abdul, pemerintah dan BEI harus memastikan semua proyek karbon yang diperdagangkan memenuhi standar internasional seperti Verra (VCS), Gold Standard, atau ART TREES. 

    "Proyek karbon yang sudah terverifikasi internasional akan langsung menarik bagi investor global yang mengutamakan kualitas kredit karbon (high-integrity carbon credits)," jelasnya. 

    Serta, lanjut dia, Indonesia harus segera membangun skema perdagangan karbon bilateral dengan Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. 

    "Contohnya, menghubungkan IDX Carbon dengan bursa karbon Singapura (CIX) atau mekanisme karbon Jepang (J-Credit). Ini akan memudahkan investor asing membeli langsung tanpa proses legal yang rumit," pungkas dia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".