Logo
>

Ancaman Krisis Iklim Berlanjut, tapi Taksonomi Masih Sukarela

OJK uji coba skenario risiko iklim (CRMS) ke 17 bank besar. BI dukung insentif kredit hijau & mulai hitung emisi internal. Regulasi ESG diperluas.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Ancaman Krisis Iklim Berlanjut, tapi Taksonomi Masih Sukarela
Ilustrasi taksonomi hijau yang masih sukarela di tengah ancaman krisis iklim. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menanggapi terkait kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi perubahan iklim yang mengakibatkan bencana di Sumatera. 

    Mahendra mengklaim bahwa pihaknya telah memulai langkah baru dalam merespons risiko perubahan iklim, khususnya di sektor perbankan.

    “Di perbankan yang sekarang sedang berjalan itu adalah Climate Risk Management Scenario atau CRMS,” ujar Mahendra di Main Hall Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 3 Desember 2025.

    Menurutnya, program tersebut diterapkan secara percontohan kepada 17 bank, termasuk seluruh bank Himbara, untuk melihat dampak risiko perubahan iklim terhadap operasional dan keberlanjutan usaha perbankan.

    “Kami memberikan secara sukarela pada bank-bank ini untuk menerapkan CRMS Scenario tadi itu dalam proses bisnisnya,” katanya.

    Mahendra menjelaskan, hasil dari tahapan awal ini akan menjadi dasar evaluasi apakah kebijakan tersebut akan masuk ke tahap pengaturan yang lebih mengikat.

    Ia juga menyebut OJK juga tengah menyiapkan penerbitan versi ketiga Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia. Taksonomi ini akan memperluas sektor yang tercakup, tidak hanya transisi energi, tetapi juga konstruksi, transportasi, serta industri-industri dengan keluaran emisi karbon signifikan.

    “Yang ketiga nanti akan kami terbitkan berkaitan dengan konstruksi, transportasi maupun juga kegiatan-kegiatan industri yang berkaitan dengan keluaran emisi karbon,” ujar Mahendra.

    Sementara sisi bank sentral, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyampaikan bahwa dukungan terhadap ekonomi hijau telah dijalankan melalui berbagai insentif kebijakan moneter dan likuiditas.

    “Kami sudah memberikan insentif likuiditas kepada bank yang menyalurkan kreditnya kepada sektor-sektor yang hijau,” kata Destry.

    Insentif tersebut mencakup penyaluran kredit ke sektor energi terbarukan serta alokasi cadangan untuk pembelian surat berharga hijau dan berkelanjutan. Tidak hanya itu, Bank Indonesia juga mulai menerapkan penghitungan emisi karbon dalam kegiatan internal.

    “Kita sekarang ini tiap ada kegiatan, kita pasti akan menghitung berapa emisi yang kita keluarkan,” ujar Destry.

    Emisi tersebut kemudian diimbangi melalui berbagai skema, termasuk penanaman pohon maupun pembelian kredit karbon di bursa.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".