KABARBURSA.COM - Kementerian Pertanian resmi meluncurkan biodiesel B50 di PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, beberapa waktu. Adapun peluncuran biodiesel B50 bentuk komitmen pemerintah dalam mendorong pemanfaatan energi hijau.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono menyambut baik penerapan energi hijau di sektor pertanian. Menurutnya, hal tersebut memberikan nilai tambah pada setiap komoditas pertanian.
Sebagai penyedia bahan baku, kata Mukti, GAPKI mengaku tak keberatan dengan kehadiran biodiesel B50. "Jadi kami sebenarnya kalau dari sisi bahan baku tidak ada masalah, karena produksi kita sekitar 54 juta ton dan kalau ini digunakan untuk B50 itu masih mencukupi," kata Mukti dalam keterangannya, Senin, 19 Agustus 2024.
Dengan pemanfaatan B50, Mukti berharap peningkatan produksi sawit bisa lebih terakselerasi. "Karena kalau tidak maka kita terpaksa harus mengurangi ekspor, karena sebagian besar akan digunakan untuk B50. Harapan kedepan, paling tidak tadi saya sudah sampaikan bahwa nanti kita harus bisa meningkatkan produktivitas" imbuhnya.
Lebih lanjut, Mukti menjelaskan bahwa ada beberapa hal untuk meningkatkan produktivitas, yaitu melalui Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit dengan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas harus digenjot dan peningkatkan luas areal, antara lain di Papua.
"Saya kira ini sangat bagus kalau misalnya nanti ada kebun khusus untuk energi, sehingga tidak akan mengganggu supply kita untuk ekspor," ujarnya.
Untuk memastikan peningkatan produksi dan menjamin terpenuhinya kebutuhan minyak sawit dalam negeri dan ekspor, pemerintah dalam hal ini Kementan bersama swasta berupaya melalui beberapa kegiatan pengembangan kebun sawit untuk energi khususnya pada kawasan yang sudah terdegradasi, sehingga kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak mengganggu kebutuhan untuk pangan, industri dalam negeri dan ekspor.
Sementara itu, CEO PT Eshan Agro Sentosa (Jhonlin Group), Bambang Aria Wisena, mengungkapkan bahwa soft launching hari ini merupakan milestone besar dalam dunia biodiesel yang sudah dimulai selama ini menuju Indonesia Mandiri Energi.
"Ternyata hari ini kita melihat bahwa masa depan biodiesel semakin cerah, yang tadinya kita tidak mengira bahwa kita harus loncat langsung ke B50. Ini tentunya sesuatu hal yang luar biasa, yang sangat membahagiakan bagi dunia perkelapa sawitan pada umumnya," pungkasnya.
Sejarah Kemandirian Energi
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menilai Biodiesel B50 di Kalimantan Selatan menjadi sejarah kemandirian energi nasional yang menjadi mimpi besar Indonesia untuk 5-10 tahun ke depan. Ke depan, Amran meyakini kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.
Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Angka Sementara Tahun 2023 Kelapa Sawit memiliki lahan seluas 16,8 Juta ha dengan produksi sebesar 46,9 juta ton. Amran menyebut, energi terbarukan terus diimplementasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak penggunaan B15 ditahun 2015, B20 ditahun 2019, B30 ditahun 2022, hingga B35 saat ini sudah dijalankan sejak tahun 2023.
Ke depan, melalui program prioritas energi nasional yaitu implementasi program biodiesel B50 dan Bioetanol E10, diharapkan penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) terus mengalami peningkatan secara nasional, sehingga dapat menekan impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).
“B50 ini sangat penting, sangat strategis. Ini bisa dijadikan politik ekonomi untuk dunia. Saya ulangi, ini kekuatan kita. Yang menjadi krisis dunia sekarang adalah pangan dan energi. Itu solusinya ada di Indonesia,” katanya.
Amran menuturkan, pemerintah telah menginisiasi pemanfaatan minyak sawit pada program biodiesel sejak tahun 2019 dimana terdapat prototipe pengembangan biodiesel yang terbuat dari 100 persen minyak kelapa sawit (B100).
Dia meyakini, prototipe dan uji-uji biodiesel serupa telah banyak dijalankan oleh Kementerian dan Lembaga teknis dan Industri biodiesel walaupun masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri.
Saat ini, kata Amran, Indonesia memiliki kekuatan pangan dan biodiesel, di mana secara umum 58 persen CPO di dunia berasal dari produksi dalam negeri. Dengan begitu, B50 akan memberikan dampak ekonomi, dampak politik, dan seluruhnya, sebagai contoh negara di benua Eropa, membutuhkan 2,6 juta KL per tahun.
“jadi sudah jelas target kita adalah bersiap untuk implementasi penggunaan biodiesel B50. Melalui kegiatan soft launching ini akan menjadi catatan sejarah tersendiri sebagai pelopor implementasi B50 di tanah air,” tegasnya.(*)