KABARBURSA.COM - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan, secara sukarela mengajukan diri untuk menjalani proses audit oleh lembaga audit independen yang dikenal paling ketat di dunia, The Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA).
Proses audit yang telah dimulai pada Oktober tahun lalu ini, akan memasuki tahap kedua bulan April 2025. Ini akan menjadi yang pertama di Asia untuk perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi.
Auditor independen di Indonesia yang disetujui IRMA, SCS Global Services (SCS), akan melihat apakah perusahaan yang beroperasi di Halmahera Selatan, Maluku Utara ini telah menghormati hak-hak asasi manusia, mendengarkan aspirasi masyarakat di sekitar wilayah operasional, menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan suportif, sekaligus meminimalisir kerusakan lingkungan dan meninggalkan warisan yang positif. Total, ada lebih dari 400 persyaratan standar IRMA yang akan melalui proses audit. Hasil penilaian akan berupa laporan audit publik yang dirilis secara lokal dan di situs IRMA.
“Dengan mengajukan diri agar operasi pertambangannya untuk diaudit secara independen terhadap standar pertambangan global yang paling ketat di dunia, Harita Nickel menjadi contoh mengenai transparansi operasional pertambangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia,” ucap Executive Director IRMA, Aimee Boulanger, dalam siaran pers saat Harita Nickel memulai proses audit ini.
Semangat penyelarasan industri nasional dengan standar global, seperti yang dilakukan oleh Harita Nickel, tidak hanya memastikan manfaat jangka panjang untuk masyarakat dan lingkungan, namun juga menunjukkan industri nikel nasional semakin diakui dan selaras dengan standar kepatuhan tertinggi di kancah global. Ini menjadi penting mengingat krusialnya peran nikel dalam mendukung transisi energi dan tingginya tuntutan terhadap nikel yang ditambang secara bertanggung jawab.
Director of Health, Safety and Environment Harita Nickel, Tonny Gultom menyampaikan transparansi ini menunjukkan bahwa penerapan praktik penambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan merupakan komitmen Perusahaan. Sekaligus upaya mendukung visi pemerintah Indonesia untuk sektor pertambangan yang transparan serta bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial.”
Semangat yang kuat untuk terus melakukan perbaikan ditunjukkan Harita Nickel sejak awal kehadirannya; seperti menjadikan laporan assurances dan uji tuntas (due diligence) sebagai acuan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Harita Nickel juga secara konsisten menyelaraskan diri dengan standar keberlanjutan yang diakui secara global untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kepercayaan pemangku kepentingan.
Sebelum memulai proses pertambangan, Harita Nickel telah mengantongi berbagai kajian akademis yang menjadi fundamental praktik operasional yang bertanggung jawab. Diantaranya, kajian hidrologi dan perencanaan tata guna lahan yang menjadi acuan rencana pengelolaan air yang komprehensif, meliputi penggunaan, daur ulang dan penyaluran air secara bertanggung jawab di seluruh area operasional.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel, pengelolaan lingkungan Harita Nickel juga turut berkembang untuk memenuhi standar yang lebih tinggi. Fasilitas penimbunan sisa hasil produksi (Dry Stack Tailings Facility/DSTF) diterapkan di area bekas galian tambang, lengkap dengan sistem pengelolaan dan prosedur pengujian air yang secara signifikan meningkatkan aspek keselamatan pengelolaan tailing serta mencegah risiko pencemaran air.
Harita Nickel menerapkan pengelolaan lingkungan laut untuk memantau dan melindungi ekosistem laut sekitar kegiatan perusahaan. Pengelolaan mencakup kualitas air, plankton, benthos, ikan dan karang serta indikator kesehatan lingkungan laut lainnya.
Lebih lanjut Tonny memaparkan, “Kami juga memulai penilaian risiko alam berbasis lanskap yang mengacu pada rekomendasi Task Force on Nature-related Financial Disclosure (TNFD), untuk lebih memahami dan memitigasi risiko hidrologis dan ekologis.”
Komitmen terhadap standar internasional seperti IRMA, bukan satu-satunya yang diadopsi Harita Nickel. Perusahaan juga telah memulai proses penilaian kesesuaian atas praktik pengadaan bertanggung jawab melalui Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiatives (RMI).
“Status kesesuaian yang diperoleh dari audit ini menegaskan bahwa sistem manajemen risiko Harita Nickel telah diterapkan sesuai dengan standar yang berlaku. Perusahaan juga akan menerbitkan Laporan Keberlanjutan 2024 pada awal Mei, yang menyoroti kinerja dan menguraikan prioritas perbaikan di bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke depannya,” pungkas Tonny dalam keterangan persnya.
Catatan Kinerja Laba
Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), yang juga dikenal sebagai Harita Nickel, berhasil mencatatkan kinerja laba bersih yang mengesankan pada kuartal ketiga 2024. Dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp2 triliun, perusahaan mengalami kenaikan 12,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan tumbuh 18,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba bersih kumulatif untuk periode sembilan bulan pertama 2024 mencapai Rp4,8 triliun, naik sebesar 8,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil ini berhasil melampaui ekspektasi pasar yang memproyeksikan angka laba lebih rendah, mencerminkan kinerja yang lebih baik dari yang diperkirakan.
Di sisi operasional, Trimegah Bangun Persada menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pendapatan kuartal ketiga 2024 tumbuh 11,9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, sementara beban pokok pendapatan hanya meningkat moderat sebesar 3,7 persen.
Hal ini mengakibatkan margin laba kotor perusahaan melejit menjadi 37,5 persen, dibandingkan dengan 32,6 persen pada kuartal kedua 2024. Selain itu, pengelolaan beban operasional yang lebih efisien mengakibatkan penurunan 7,3 persen dalam biaya operasional, berkontribusi pada pertumbuhan laba usaha yang naik hingga 35,5 persen dibandingkan kuartal kedua 2024.
Meski demikian, perusahaan melaporkan peningkatan kerugian lain-lain yang tercatat sebesar Rp387 miliar, berbanding terbalik dengan laba kurs yang tercatat pada kuartal kedua 2024.
Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang
Kerugian ini terutama disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar mata uang yang menyebabkan kerugian kurs mencapai Rp67 miliar, berbeda jauh dengan laba kurs yang tercatat Rp104 miliar pada kuartal sebelumnya.
Salah satu faktor yang diperkirakan berkontribusi pada kinerja positif ini adalah beroperasinya smelter HPAL (High Pressure Acid Leach) milik anak usaha perusahaan, PT Obi Nickel Cobalt (ONC).
Smelter dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 65.000 ton nikel mixed hydroxide precipitate (MHP) mulai beroperasi penuh pada Agustus 2024. MHP adalah produk intermediate nikel hasil dari proses smelting yang memiliki margin dan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan produk feronikel.
Oleh karena itu, dengan peningkatan volume produksi dan pemasaran nikel MHP, tidak hanya akan meningkatkan pendapatan, tetapi juga berpotensi memperbaiki margin dan harga jual rata-rata produk Trimegah Bangun Persada.
Selain itu, perusahaan masih menyimpan potensi besar untuk mendongkrak kinerja lebih lanjut, dengan agenda analyst meeting yang dijadwalkan untuk membahas lebih detail metrik operasional, termasuk volume produksi, penjualan, dan proyeksi harga jual untuk tahun mendatang.
Dengan prospek yang positif dari smelter HPAL dan peningkatan efisiensi operasional, Harita Nickel berada dalam posisi yang kuat untuk mempertahankan pertumbuhannya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dengan pencapaian yang telah diraih dan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja operasional serta mengoptimalkan hasil produk nikel yang semakin bernilai tinggi, Trimegah Bangun Persada menunjukkan kesiapan untuk terus mendominasi sektor nikel dan kobalt di masa depan.(*)