KABARBURSA.COM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan penelaahan mendalam mengenai penerapan biodiesel B50, yang merupakan campuran solar dengan bahan bakar nabati (BBN). Kajian ini bertujuan untuk memastikan komposisi B50 yang sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan, dengan target penyelesaian pada Oktober 2024.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa kajian tersebut mencakup berbagai opsi komposisi, termasuk kemungkinan penambahan hydrotreated vegetable oil (HVO). Biodiesel yang saat ini digunakan di Indonesia adalah campuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) dan solar.
“Apakah B40 ditambah 10 persen biohidrokarbon atau HVO, atau komposisinya 35 persen ditambah 15 persen, ataukah sepenuhnya CPO 50 persen,” ujar Eniya saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis 8 Agustus 2024.
Kajian ini juga didorong oleh kekurangan bahan baku yang mencapai 4,2 juta kiloliter.
Sebagai informasi tambahan, HVO adalah bahan bakar nabati yang diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses hidrogenasi, dan bahan bakunya berasal dari sawit. Program B40 sendiri direncanakan akan diimplementasikan pada 1 Januari 2024.
Biodiesel B50, yang diusulkan oleh calon presiden terpilih Prabowo Subianto, diprediksi akan berdampak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya mandatori dari B30 ke B35, ekspor CPO semakin tertekan karena permintaan biodiesel menggeser konsumsi untuk pangan dan pasar ekspor.
Calon presiden terpilih itu mengusulkan penerapan biodiesel B50 sebagai langkah strategis untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati di Indonesia. Usulan ini bertujuan untuk menggabungkan 50 persen biodiesel dengan solar dalam bauran bahan bakar, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dengan mengintegrasikan 50 persen biodiesel dalam bauran bahan bakar, Prabowo berharap dapat menurunkan emisi karbon dioksida secara signifikan, mendukung komitmen Indonesia terhadap pengurangan gas rumah kaca dan perubahan iklim.
Usulan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh sumber energi terbarukan seperti biodiesel, terutama yang berbasis minyak kelapa sawit.
Dengan memanfaatkan sumber energi domestik, B50 diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar.
Usulan ini juga mendukung industri kelapa sawit, yang merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Peningkatan permintaan biodiesel dapat memberikan manfaat ekonomi langsung bagi petani dan pelaku industri.
Gapki memperkirakan bahwa transisi menuju B40, bahkan B50, akan menghadapi tantangan serupa. Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, menyebutkan bahwa kebutuhan CPO untuk biodiesel B40 mencapai 14 juta ton per tahun, sementara kebutuhan sektor pangan adalah sekitar 11 juta ton per tahun. Dengan produksi CPO domestik sekitar 50 juta ton per tahun, ekspor maksimum hanya mencapai 32 juta ton, sementara stok dapat berkurang.
“Produksi CPO kita itu sekitar 50 juta ton per tahun. Artinya, ekspor maksimum di angka 32 juta ton per tahun, sedangkan stok bisa berkurang,” pungkas Eddy pada Selasa 30 April 2024 lalu.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.