KABARBURSA.COM – Di balik gemerlap panggung dan sorotan cahaya yang menyertai tur global artis-artis K-pop, muncul tantangan serius yang kini menjadi sorotan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP30 di Brasil.
Berdasarkan penelitian organisasi non-profit Inggris, Julie’s Bicycle, memperkirakan bahwa sekitar 73 persen emisi industri musik berasal dari penampilan langsung, yang setara dengan emisi karbon sekitar 92 ribu mobil per tahun.
Dalam konteks tersebut, laporan terbaru dari KPOP4PLANET bertajuk “Konser K-pop Rendah Karbon: Bernyanyi Bersama untuk Masa Depan Kita” mengungkap bahwa industri K-pop masih tertinggal dalam penerapan praktik konser berkelanjutan.
Laporan ini menilai lima perusahaan besar—CJ ENM, HYBE, JYP, SM, dan YG—melalui Kerangka Evaluasi Konser Rendah Karbon untuk melihat sejauh mana mereka mengatasi isu iklim dalam aktivitas konsernya.
Meski beberapa perusahaan telah menyebutkan konser rendah karbon dalam laporan keberlanjutan mereka, belum ada tujuan atau kerangka waktu yang spesifik untuk mengurangi emisi terkait konser atau penggunaan energi terbarukan.
Sejauh ini, YG Entertainment menjadi satu-satunya perusahaan besar yang menerbitkan laporan berkelanjutan, dengan fokus pada komitmen beralih ke konser berkelanjutan pada 2030.
Leader dari fanbase Blink Official Indonesia, Jevon Christian mengatakan, sebagai ambassador dari COP26, BLACKPINK sudah menginspirasi banyak BLINKs (fans BLACKPINK) untuk peduli dengan lingkungan dan krisis iklim.
“Kami berharap konser Blackpink selanjutnya dapat dilaksanakan dengan rendah emisi karbon, seperti kata BLACKPINK ‘Climate Action in Your Area!’,” ujar Jevon dalam keterangannya yang dikutip KabarBursa.com, Jumat, 7 November 2025.
Jumlah penggemar K-pop yang mencapai 75 juta orang di seluruh dunia turut memperbesar dampak karbon dari konser-konser berskala global. Grup seperti BTS dan BLACKPINK secara rutin melakukan tur internasional lintas benua, yang berarti mobilisasi besar-besaran bagi kru, peralatan, dan jutaan penonton.
“Bencana alam yang semakin sering terjadi seharusnya menjadi alarm memburuknya krisis iklim. Konser rendah karbon merupakan jalan untuk industri K-pop menunjukkan kepeduliannya terhadap masa depan K-pop, bumi kita, dan generasi mendatang,” ujar Nunik, ambasador Klimates KPOP4PLANET Indonesia dan leader dari fanbase My Day Jars Social Project.
Ia menambahkan, penyelenggara konser harus mulai mendengarkan suara kami (penggemar) yang ingin konser idola kami dilaksanakan secara lebih berkelanjutan.
Seruan Standarisasi Konser Rendah Karbon
Laporan yang didukung oleh Music Sustainability Alliance, Julie’s Bicycle, dan Music Declares Emergency ini menyerukan adopsi dan standarisasi konser K-pop rendah karbon di seluruh industri.
“Dengan menunjukkan praktik terbaik dan mengadvokasi perubahan dalam komunitas K-pop, KPOP4PLANET memfokuskan perhatian pada apa yang mungkin dilakukan salah satu genre musik yang paling cepat berkembang dan berpengaruh di zaman kita,” kata Lewis Jamieson, CEO Music Declares Emergency Inggris.
Sementara itu, KPOP4PLANET menyoroti beberapa langkah yang dapat diterapkan industri K-pop untuk mengurangi jejak karbonnya. Di antaranya adalah mengukur dan mengungkapkan emisi di seluruh area konser, menetapkan rencana pengurangan yang jelas, beralih ke sumber energi terbarukan, serta menghilangkan plastik sekali pakai dan memperbaiki pengelolaan sampah.
“Kami pernah hidup di dunia tanpa penampilan langsung idola selama pandemi–kami tidak akan membiarkan krisis iklim membuat kami mengalaminya lagi,” ujar Nayeon Kim, Juru Kampanye KPOP4PLANET di Korea Selatan.
Ia menegaskan bahwa K-pop memiliki kekuatan untuk memimpin. Menurutnya, konser rendah karbon telah terbukti dan meningkatkan skala konser sekarang akan menciptakan dampak nyata serta memperkuat reputasi K-pop di seluruh dunia.(*)