KABARBURSA.COM – Pekerja Migran Indonesia (PMI) selama ini berperan besar dalam menggerakkan perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga di Tanah Air.
Sayangnya, tak sedikit Purna PMI atau para pekerja migran yang telah menyelesaikan masa kontrak di luar negeri justru menghadapi tantangan saat kembali ke Indonesia.
Tantangan bagi Purna PMI saat kembali ke negerinya sendiri, mulai dari keterbatasan keterampilan usaha hingga sulitnya mengakses permodalan.
Sebagai wujud komitmen dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat, Bank Rakyat Indonesia (BRI) bergerak melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BRI Peduli kembali meluncurkan Program Pemberdayaan Purna Pekerja Migran Indonesia.
TJSL BRI kali ini, dirancang untuk membekali Purna PMI agar mampu berwirausaha dan membangun sumber penghasilan berkelanjutan di tanah air.
Program pemberdayaan tersebut menyasar para Purna PMI dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebanyak 30 peserta mengikuti pelatihan intensif yang digelar di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur yang menjadi wilayah sentra kerajinan bambu.
Beragam pelatihan diberikan dalam program ini, mulai dari pengembangan produk bambu berbasis tren pasar dan preferensi konsumen, pelatihan teknik anyaman lanjutan, diversifikasi produk berkualitas ekspor, hingga pelatihan pengelolaan keuangan, pemasaran, dan inovasi desain produk.
Corporate Secretary BRI, Dhanny mengungkapkan bahwa tujuan utama program BRI Peduli: Pemberdayaan Purna Pekerja Migran Indonesia yaitu untuk menciptakan kemandirian bagi para Purna PMI.
“Dengan dukungan mentor yang berpengalaman, purna PMI akan memiliki kesempatan dalam mengembangkan usahanya secara mandiri atau memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang atau keterampilan mereka. Hal ini nantinya dapat mendorong kemandirian dan kesejahteraan serta diharapkan dapat berkontribusi secara aktif dalam pembangunan ekonomi masyarakat,” ujarnya lewat keterangan resmi, Selasa 7 Oktober 2025.
Desa Loyok, Sentra Bambu yang Bangkit Kembali
Diketahui, Desa Loyok sendiri merupakan daerah penghasil anyaman bambu legendaris di Lombok Timur. Namun dalam beberapa tahun terakhir, para perajin menghadapi tantangan berat seperti keterbatasan bahan baku dan ketatnya persaingan dengan produk modern.
Sejumlah tantangan tersebut membuat pemasaran kerajinan lokal asal Desa Loyok jian melemah.
Kehadiran program BRI ini menjadi angin segar. Selain karena Desa Loyok banyak dihuni Purna PMI, lokasi ini dinilai strategis untuk menciptakan ekosistem pemberdayaan berbasis potensi lokal.
BRI Peduli di Desa Loyok turut mengintegrasikan antara pelatihan kerajinan, inovasi desain, dan strategi pemasaran modern diharapkan mampu memperkuat daya saing produk bambu asal Lombok.
Potensi Pasar Global Kerajinan Bambu
Kerajinan bambu dari Desa Loyok menyimpan potensi besar, terutama di pasar global yang kini semakin tertarik pada produk ramah lingkungan. Permintaan terhadap perabot rumah tangga dan dekorasi berbahan bambu terus meningkat di berbagai negara dengan kesadaran tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan.

Melalui pelatihan yang diberikan BRI, para peserta tidak hanya diajarkan cara meningkatkan kualitas produk, tetapi juga mengelola keuangan usaha, menentukan harga pokok penjualan, dan memasarkan produk secara digital agar mampu bersaing di pasar lokal maupun internasional.
“Program ini pun diharapkan dapat menciptakan ekosistem usaha berbasis komunitas yang dapat memberikan dampak ekonomi secara lebih luas bagi para peserta maupun bagi masyarakat sekitar,” imbuh Dhanny.
Dorongan Nyata BRI untuk Kemandirian Ekonomi
Langkah BRI ini menunjukkan perbankan pelat merah dengan kode saham BBRI tersebut, d dalam memperkuat pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
Upaya program BRI Peduli melalui pendekatan terarah dan pelatihan berkelanjutan, para Purna PMI akan lebih percaya diri saat kembali ke Tanah Air. Sebab telah memiliki bekal keterampilan, semangat kewirausahaan, dan peluang untuk tumbuh bersama ekonomi daerah.
BRI Tancap Gas Salurkan KPR FLPP, Dukung Target 3 Juta Rumah
BRI memperkuat posisinya sebagai mitra strategis pemerintah dalam menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi masyarakat.
Melalui percepatan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP), BRI menjadi motor penggerak program nasional 3 Juta Rumah yang masuk dalam agenda prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Program ini juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya cita keempat terkait peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghapusan kemiskinan ekstrem, serta cita kelima terkait pembangunan infrastruktur yang merata dan berkualitas.
Akad Massal KPR FLPP 2025: 26 Ribu Debitur di 33 Provinsi
Sebagai langkah konkret, pemerintah menggelar akad massal KPR FLPP 2025 dan serah terima kunci untuk 26.000 debitur secara serentak di 33 provinsi pada 29 September 2025. Acara utama dipusatkan di Perumahan Pesona Kahuripan 10, Kabupaten Bogor, dengan kehadiran Presiden RI Prabowo Subianto, jajaran Menteri Kabinet Merah Putih, Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho, Direktur Utama BRI Hery Gunardi, serta Direktur Consumer Banking BRI Nancy Adistyasari.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya sektor perumahan sebagai solusi kebutuhan rakyat sekaligus penggerak ekonomi nasional.
“Perumahan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Selain itu, perumahan juga bisa dan selalu menjadi motor dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Karena itu kita kasih target yang sangat tinggi, yaitu tiga juta rumah,” tegas Presiden Prabowo lewat keterangan resmi, Jumat 3 Oktober 2025.
Dukungan BRI terhadap Program 3 Juta Rumah Prabowo
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menyampaikan dukungan penuh terhadap program tiga juta rumah yang digagas pemerintah. Menurutnya, program tersebut selaras dengan visi BRI dalam membangun ekonomi inklusif.
“BRI memandang program ini sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk memperluas akses perumahan sekaligus mendorong pemerataan pembangunan. Program ini memberikan multiplier effect melalui peningkatan aktivitas usaha, penciptaan lapangan kerja, dan perputaran ekonomi di daerah. Dukungan terhadap program ini adalah bagian dari komitmen BRI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Hery.
KPR FLPP BRI 2025 Tembus Rp14,21 Triliun
Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, BRI mencatat kinerja cemerlang dalam penyaluran KPR FLPP BRI 2025. Total pembiayaan yang sudah digelontorkan mencapai Rp14,21 triliun kepada 103.807 debitur.
Dari sisi kualitas, portofolio kredit tetap terjaga sehat dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) KPR FLPP di level 1,52 persen.
Awalnya, BRI mendapat alokasi penyaluran KPR Sejahtera FLPP tahun 2025 sebanyak 17.700 unit, namun jumlah tersebut meningkat menjadi 25.000 unit. Hingga 25 September 2025, realisasi penyaluran telah mencapai 23.925 unit, dengan rata-rata 2.658 unit per bulan atau mengalami pertumbuhan lebih dari dua kali lipat dibanding rata-rata 2024 yang hanya 1.258 unit per bulan.
Dengan capaian tersebut, BRI tak hanya menjalankan mandat sebagai bank penyalur KPR subsidi pemerintah, tetapi juga berperan dalam menggerakkan perekonomian rakyat. Program ini terbukti memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi sektor konstruksi, lapangan kerja, hingga bisnis UMKM yang bergerak di sekitar kawasan perumahan.
BRI kian optimistis, dukungan penuh terhadap program tiga juta rumah akan menjadi motor pemerataan pembangunan sekaligus solusi nyata dalam menyediakan hunian layak bagi masyarakat Indonesia. (info-bks/*)