Logo
>

Dekarbonisasi Transportasi Jadi Syarat Menuju Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR minta strategi transportasi rendah emisi diterapkan demi jaga pertumbuhan 8 persen dan wujudkan Indonesia Emas 2045.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Dekarbonisasi Transportasi Jadi Syarat Menuju Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Sejumlah kendaraan bermotor, termasuk taksi listrik dan sepeda motor konvensional, melintas di salah satu ruas jalan protokol Jakarta. Pemerintah didorong untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik demi menurunkan emisi sektor transportasi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pemerintahan Prabowo-Gibran menghadapi desakan serius untuk menyusun strategi transportasi rendah emisi dan berkelanjutan jika tak ingin target Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Emission (NZE) 2060 sekadar jadi utopia. Tanpa peta jalan yang solid, Indonesia tak hanya akan menanggung beban emisi karbon yang melonjak, tapi juga krisis sosial akibat akses mobilitas yang timpang serta peningkatan konsumsi dan impor bahan bakar.

    Institute for Essential Services Reform (IESR) mengingatkan hal itu dalam peluncuran laporan Indonesia Sustainable Mobility Outlook (ISMO) 2025 yang mereka susun bersama ViriyaENB dan Drive Electric Campaign pada Senin, 14 Juli 2025. Dokumen ini menyodorkan pendekatan terintegrasi bernama Avoid–Shift–Improve (ASI) sebagai strategi dekarbonisasi sektor transportasi.

    Pendekatan ASI berisi tiga elemen utama, yakni Avoid (mengurangi kebutuhan mobilitas), Shift (mengalihkan ke moda transportasi rendah emisi), dan Improve (meningkatkan efisiensi dan teknologi). IESR menyebut pendekatan ini mampu memangkas emisi transportasi hingga 76 persen—dari 561 juta ton CO₂e menjadi 117 juta ton CO₂e pada 2060. Sektor transportasi barang masih menjadi celah emisi 24 persen yang belum tersentuh dalam kajian ini.

    Dari ketiga strategi, Shift dinilai paling potensial. Jika transportasi umum bisa diperluas hingga menyumbang 40 persen dari keseluruhan mobilitas, maka emisi bisa ditekan sebanyak 101 juta ton. Sementara dari sisi Improve, adopsi kendaraan listrik sebanyak 66 juta mobil dan 143 juta motor listrik hingga 2060 bisa mengurangi 210 juta ton emisi.

    CEO IESR, Fabby Tumiwa, menyebut ASI sebagai jalan yang tak bisa ditawar jika Indonesia ingin mengejar pertumbuhan hijau. Pada 2024, emisi sektor transportasi sudah mencapai 202 juta ton CO₂e atau seperempat dari total emisi energi nasional. Tanpa intervensi, angka ini bisa melonjak hampir tiga kali lipat pada 2060.

    “Dari hasil pemodelan kami, pada tahun 2050 jarak tempuh per kapita diperkirakan melonjak hingga dua kali lipat. Tanpa strategi dekarbonisasi sektor transportasi, lonjakan ini akan memperburuk kemacetan, kenaikan impor bahan bakar minyak, dan polusi udara yang memperparah krisis kesehatan dan beban fiskal,” kata Fabby.

    Fabby mengatakan absennya langkah transformatif dalam sektor ini akan mengubur ambisi pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029 dan impian Indonesia Maju pada 2045.

    Laporan ISMO menggarisbawahi bahwa 80 persen emisi transportasi berasal dari aktivitas di jalan raya—baik dari mobil pribadi (35 persen), angkutan barang (30 persen), sepeda motor (28 persen), maupun bus (6 persen). Menurut IESR, dominasi kendaraan pribadi terjadi karena masih minimnya daya tarik transportasi umum.

    analis kebijakan lingkungan IESR, Ilham R. F. Surya, menjelaskan berdasarkan data BPS 2023, mayoritas pengguna sepeda motor memilih moda ini karena dinilai cepat dan andal. Sementara 42 persen pengguna mobil memilih kenyamanan sebagai alasan utama. Naiknya pendapatan juga memperkuat kecenderungan masyarakat meninggalkan motor atau transportasi umum demi kendaraan pribadi.

    “Di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, transportasi umum masih belum menjadi pilihan yang menarik. Para komuter atau mereka yang rutin bepergian ke tempat kerja memandang keterbatasan akses, waktu tempuh yang tidak menentu, dan keterlambatan menjadi faktor yang membuat mereka enggan menggunakan kendaraan umum,” ujar Ilham.

    Strategi Avoid diterjemahkan melalui pengembangan kota berbasis Transit Oriented Development (TOD), manajemen permintaan perjalanan (TDM), serta regulasi ganjil-genap dan hari bebas kendaraan. Untuk Shift, perluasan transportasi publik seperti TransJakarta dan skema Buy The Service (BTS) dianggap kunci. Pemerintah juga perlu menggarap jaringan transportasi di luar Jawa agar tak menambah kesenjangan akses antarwilayah.

    Sementara Improve difokuskan pada adopsi kendaraan listrik lewat insentif, keberpihakan fiskal, dan regulasi jangka panjang yang pasti. Diversifikasi produsen kendaraan dan penerapan standar emisi EURO IV juga menjadi bagian dari upaya ini.

    “Implementasi pendekatan dan strategi Avoid–Shift–Improve (ASI) secara bersamaan akan memberikan dampak positif, seperti mengurangi kendaraan pribadi, mendorong transportasi publik, menekan konsumsi bahan bakar fosil, dan mempercepat adopsi teknologi rendah emisi,” ujar Koordinator Riset Manajemen Permintaan Energi IESR, Faris Adnan Padhilah.

    Faris memproyeksikan pendekatan ini bisa menekan emisi sektor transportasi pada 2030 hingga 18 persen, dari 201 juta ton menjadi 164 juta ton. Bila konsisten dijalankan, dekarbonisasi transportasi bukan hanya menjadi mungkin, tapi juga bisa terjadi lebih cepat dari target NZE 2060.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).