Logo
>

Dua Anak Perusahaan PTBA Sinergi Perdagangan Karbon

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Dua Anak Perusahaan PTBA Sinergi Perdagangan Karbon

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) dan PT Bukit Pembangkit Innovative (BPI), dua anak perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang bergerak di sektor pembangkit listrik tenaga uap, menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait komitmen prioritas dalam perdagangan Karbon. Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Anita Parma, Direktur Niaga HBAP, dan Wibisono, Direktur Utama BPI, di Jakarta.

    Dalam keterangan resmi PTBA 17 September 2024, disebutkan bahwa Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, beserta jajaran direksi PTBA, perwakilan Kementerian BUMN, dan tim Manajemen Portofolio Holding Industri Pertambangan MIND ID turut menyaksikan penandatanganan ini.

    Arsal menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah strategis yang menunjukkan komitmen PTBA dalam mendukung tujuan MIND ID dan Kementerian BUMN, serta mendorong sinergi antar anak dan afiliasi perusahaan.

    "Penandatanganan MoU ini menjadi bukti nyata komitmen PTBA untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kami percaya, melalui sinergi dan kepatuhan terhadap regulasi perdagangan karbon, PTBA dan entitas di bawahnya akan semakin aktif dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik," ujar Arsal.

    Arsal berharap kolaborasi antara HBAP dan BPI akan memperkuat manajemen karbon di seluruh lini bisnis perusahaan afiliasi PTBA. Ia juga menambahkan bahwa MoU ini memperkuat komitmen PTBA dalam mematuhi peraturan terkait perdagangan karbon yang sudah diberlakukan di Indonesia, sejalan dengan inisiatif pemerintah untuk mengurangi emisi karbon.

    "Melalui langkah ini, PTBA menegaskan komitmennya dalam mendukung agenda keberlanjutan nasional, sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance)," tutup Arsal.

    Rekor Penjualan Tertinggi

    PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sukses mencatatkan penjualan batu bara sebesar 20,1 juta ton pada enam bulan pertama tahun 2024, tumbuh 15 persen secara year on year (yoy). Ini merupakan rekor penjualan tertinggi perusahaan untuk periode semesteran.

    Jika ditarik ke belakang, penjualan batu bara PTBA pada semester I 2019 senilai 13,4 juta ton, semester I 2020 12,6 juta ton, kemudian semester I 2021 sebanyak 12,9 juta ton, naik menjadi 14,6 juta ton pada semester I 2022, dan 17,4 pada semester I 2023.

    Capaian tersebut ditopang oleh penjualan ekspor batu bara sebesar 8,5 juta pada Januari-Juni 2024, meningkat 20 persen secara tahunan. Sementara realisasi domestic market obligation (DMO) sebesar 11,6 juta ton, tumbuh 12 persen dibanding semester I 2023 yang sebesar 10,3 juta ton.

    Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bukit Asam, Farida Thamrin, mengatakan, perusahaan menargetkan volume penjualan sebesar 43,1 juta ton pada tahun ini.

    “Untuk itu, kami terus memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru,” ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 28 Agustus 2024.

    Adapun pasar ekspor PTBA berhasil mengoptimalkan beberapa pasar pada kuartal kedua tahun ini di antaranya adalah Bangladesh dan Filipina. Potensi pasar-pasar utama juga dimaksimalkan, seperti ekspor ke India berhasil meningkat 37 persen menjadi 3 juta ton.

    Selain itu, ekspor ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam, juga mengalami kenaikan signifikan. Penjualan ke Thailand pada semester I 2024 yakni 933 ribu ton, tumbuh 605 persen secara tahunan.

    Ekspor ke Malaysia meningkat 257 persen menjadi 488 ribu ton. Sementara ekspor ke Vietnam melonjak 164 persen dari 461 ribu ton menjadi 1,2 juta ton.

    Peningkatan penjualan batu bara tersebut didukung oleh realisasi produksi sebesar 18,8 juta ton dan angkutan kereta api sebesar 17,3 juta ton per semester I 2024.

    Di sisi lain, PTBA juga terus memperkuat efesiensi di bidang operasi dan produksi dalam rangka mempertahankan kinerja positif. Berkat berbagai langkah, di antaranya optimalisasi rasio nisbah kupas (stripping ratio) serta jarak angkut tanah dan batu bara.

    Biaya tunai (cash cost) turun 6 persen secara tahunan menjadi Rp844 ribu per ton. Terbukti, PTBA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp19,6 triliun dan laba bersih Rp2,0 triliun pada semester I 2024.

    “Kami fokus mengoptimalkan pencapaian kinerja operasional dan efisiensi secara berkelanjutan untuk menjaga kinerja positif perusahaan. Kami optimis dapat menjaga kinerja tetap positif dan sejalan dengan target hingga akhir tahun 2024,” pungkas Farida.

    Batu Bara Global

    PTBA telah membeberkan perkiraan supply demand untuk batu bara global dalam beberapa tahun ke depan masih menarik.

    Senior Vice President Project Management Office Setiadi Wicaksono, menjelaskan, sebagai gambaran untuk koreksi batu bara ke depannya memang secara demand masih ada sekitar untuk lima tahun ke depan.

    Setiadi menambahkan, melihat dari sisi negara-negara berkembang seperti di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, menjadi negara-negara tujuan yang menarik bagi wilayah ekspor batu bara

    “Hal tersebut karena di wilayah-wilayah itu sisi demand-nya masih cukup besar untuk komunitas batu bara, ” ungkap Setiadi dalam paparan publik PTBA, Selasa 27 Agustus 2024.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.