KABARBURSA.COM - Youth Energy and Environment Council (YEC) berkomitmen menyuarakan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) serta pelestarian lingkungan di era transisi energi agar Indonesia mendapat posisi terhormat di kancah global.
YEC merupakan organisasi yang baru didirikan oleh sekelompok anak muda dengan latar belakang ilmuwan, aktivis lingkungan, dan pengusaha sosial.
Chairman YEC Fadli Rahman mengatakan bahwa untuk menandai upaya YEC dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan dan pelestarian lingkungan digelar dialog strategis Road to ISF (Indonesia International Sustainability Forum) 2024. Seperti dalam keterangan di Jakarta, Selasa 6 Agustus 2024.
Dialog menggabungkan peluncuran YEC dengan diskusi mendalam yang melibatkan berbagai tokoh penting lintas sektor dari pemerintah, industri, dan masyarakat sipil.
Diskusi Road to ISF pada tersebut juga membahas berbagai topik krusial seperti infrastruktur dan transportasi berkelanjutan, transisi energi, pengendalian polusi, dan industri berkelanjutan.
"Dialog juga menyoroti tantangan dan peluang dalam mencapai target bauran energi baru dan terbarukan, serta bagaimana kolaborasi antara kebijakan pemerintah dan inovasi sektor swasta dapat memainkan peran kunci dalam proses ini," kata Fadli Rahman yang menjabat Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New and Renewable Energy (PNRE).
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin berbicara tentang pentingnya transformasi sektor transportasi untuk mendukung inisiatif hijau.
Rachmat Kaimuddin yang juga Advisory Board YEC, menekankan perlunya sistem transportasi massal yang efisien, peningkatan penggunaan kendaraan listrik dan perencanaan tata ruang kota yang ramah lingkungan.
Staf Khusus Presiden RI Billy Mambrasar menegaskan pentingnya melibatkan generasi muda dalam proses transisi energi. Ia mengungkapkan komitmen untuk bekerja sama dengan Dewan Energi Nasional dan melibatkan anak-anak muda melalui YEC dalam sosialisasi dan diskusi tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Dalam konteks ini, YEC berharap dapat menciptakan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk tantangan lingkungan yang semakin kompleks. Dialog ini akan memberikan masukan berharga bagi pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan masyarakat sipil dalam upaya membangun Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Kolaborasi lintas sektor dan keterlibatan generasi muda merupakan kunci utama dalam mencapai target-target transisi energi di masa depan.
Sambut Masa Depan Energi
Di era digital yang penuh dengan perubahan, Indonesia bersiap menyambut masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), baru saja menyampaikan usulan perubahan kebijakan energi nasional kepada DPR RI.
Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Perubahan ini didorong oleh berbagai faktor, seperti target pertumbuhan ekonomi untuk menjadi negara maju di tahun 2045, kemajuan teknologi energi baru dan energi terbarukan, serta komitmen untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca dan net zero emission pada tahun 2060.
Tantangan Menuju Energi Masa Depan
Rancangan Peraturan Pemerintah mematok target bauran energi baru dan energi terbarukan antara 19 persen sampai dengan 22 persen pada tahun 2030 dan terus naik sampai 72 persen di tahun 2060. Angka ini terbilang ambisius, mengingat hingga akhir tahun 2023 pencapaiannya baru mencapai 13,09 persen.
Saat ini, kewenangan urusan energi masih terpusat di pemerintah pusat dan provinsi. Diperlukan desentralisasi hingga ke daerah kabupaten/kota agar daerah turut bertanggung jawab terhadap pengembangan energi di masa depan.
Penyediaan energi, khususnya tenaga listrik, selama ini terpusat di PT PLN (Persero). Diperlukan keterlibatan lebih luas dari berbagai pihak, seperti subholding BUMN seperti Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) dan Pertamina Geothermal Energy (PGE), serta pihak swasta, untuk mencapai target bauran energi.
Peluang Menuju Energi Masa Depan
Pembahasan RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan serta perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan membuka peluang bagi keterlibatan lebih luas dalam pengembangan energi baru dan energi terbarukan.
Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), swasta, dan masyarakat, untuk mencapai target bauran energi dan mewujudkan transisi energi yang sukses.
Tak hanya itu, kemajuan teknologi energi baru dan energi terbarukan membuka peluang untuk pengembangan energi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau.
Perubahan kebijakan energi nasional ini merupakan langkah penting untuk menuju masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan sinergi dan kerja sama dari semua pihak, Indonesia dapat mencapai target bauran energi dan mewujudkan transisi energi yang sukses.
Institute for Essential Services Reform (IESR) melihat investasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia tahu ini diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan 2023 karena banyaknya proyek-proyek besar yang akan dieksekusi tahun ini.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, target investasi energi terbarukan Kementerian ESDM tahun ini mencapai USD2,6 miliar, lebih tinggi dari pencapaian tahun lalu.
“Kalau melihat perkembangan hingga kuartal I-2024 di mana belum terlihat ada realisasi investasi pada proyek energi terbarukan yang besar dari PLN, ditambah dengan pelaku usaha yang wait and see karena pemilu dan mungkin menunggu kabinet baru, maka saya agak pesimis target ini bisa tercapai,” ungkap Fabby.(*)