KABARBURSA.COM – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan transformasi sistem transportasi jalan berbasis elektrifikasi menjadi langkah strategis dalam menekan emisi gas rumah kaca sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Fabby menyebut tren kendaraan listrik, khususnya mobil listrik berbasis baterai, terus menunjukkan momentum positif. “Kami memproyeksikan tahun ini penjualan mobil listrik berbasis baterai bisa mencapai 12 persen dari penjualan mobil baru atau tumbuh 40–45 persen dari tahun sebelumnya. Dan tren ini akan semakin meningkat dalam 5 tahun mendatang,” ujar Fabby dalam forum Indonesia Sustainable Mobility Outlook 2025, di Jakarta, Senin, 14 Juli 2025.
Menurutnya, transportasi jalan membutuhkan transisi sistemik yang melibatkan inovasi kebijakan, teknologi, dan model bisnis untuk melaksanakan elektrifikasi yang cerdas atau smart electrification.
Fabby menegaskan kunci dari keberhasilan elektrifikasi sektor transportasi terletak pada pemanfaatan energi bersih dan terbarukan dalam sistem tenaga listrik nasional. “Hal ini membutuhkan langkah-langkah inovatif untuk memanfaatkan listrik dari sumber-sumber energi terbarukan dan menaikkan porsi energi terbarukan yang tinggi dalam sistem tenaga listrikan,” jelasnya.
Merespons kritik yang menyebut kendaraan listrik hanya memindahkan emisi dari jalan ke pembangkit listrik atau proses pembuatan baterai, Fabby menyatakan bahwa tren peningkatan energi terbarukan justru akan memperkuat manfaat lingkungan kendaraan listrik ke depan.
“Hari ini misalnya kita sering mendengar kritik bahwa memang kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca tapi emisinya dihasilkan dari pembangkitan listrik atau pembuatan baterai yang masih menggunakan bahan bakar fosil. Kami sangat percaya bahwa dengan semakin meningkatnya penetrasi energi terbarukan di dalam sistem kelistrikan kita maka bisa menjadi lebih bersih,” terangnya.
Bahkan dengan kondisi saat ini pun, Fabby mengungkapkan kendaraan listrik tetap unggul dari sisi emisi dibandingkan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak.
“Dengan kondisi intensitas emisi gas rumah kaca di pasokan listrik kita, penggunaan mobil listrik itu bisa menghasilkan emisi gas rumah kaca 20–25 persen lebih rendah daripada menggunakan motor bakar,” paparnya.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya integrasi perencanaan sektor kelistrikan dan transportasi dalam satu strategi nasional jangka panjang.
“Oleh karena itu memang diperlukan perencanaan strategis terpadu untuk sektor kelistrikan dan transportasi. Dan yang tidak kalah penting, juga diperlukan perubahan perilaku serta perubahan struktur perekonomian kita yang hari ini masih bertumpu pada pertumbuhan ekonomi yang berbasis konsumsi,” katanya.
Di sisi lain, Fabby juga menyoroti tantangan klasik yang masih menghambat dekarbonisasi sektor transportasi: minimnya ketersediaan dan konektivitas transportasi umum, terutama di kota-kota besar.
“Perjalanan dekarbonisasi ini tidak mudah dan menghadapi banyak tantangan. Antara lain adalah hari ini ketersediaan dan konektivitas transportasi umum masih sangat terbatas di kota-kota besar. Oleh karena itu memperluas jangkauan transportasi publik itu menjadi sangat penting,” katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.