KABARBURSA.COM – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengingatkan kegagalan melakukan dekarbonisasi sektor transportasi akan menjadi ancaman serius bagi ambisi ekonomi pemerintahan Prabowo Subianto.
“Saya bisa mengatakan bahwa Presiden Prabowo kalau tidak bisa mengatasi ini bisa mengucapkan selamat tinggal terhadap target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicita-citakan pada akhir 2029 dan cita-cita Indonesia emas di 2045,” tegas Fabby dalam forum Indonesia Sustainable Mobility Outlook 2025, di Jakarta, Senin, 14 Juli 2025.
Menurut Fabby, dekarbonisasi sektor transportasi bukan hanya isu lingkungan, tetapi menjadi syarat mutlak dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi secara berkelanjutan. Ia menyebut ada tiga alasan utama yang mendasari urgensi tersebut.
Hemat Devisa dan Anggaran
Pertama, transisi ke kendaraan rendah karbon seperti kendaraan listrik dan transportasi publik akan menekan kebutuhan impor BBM, yang selama ini menjadi beban neraca perdagangan dan subsidi energi nasional.
“Ini berarti penghematan devisa negara yang signifikan, biaya operasional yang lebih rendah, serta mengurangi subsidi—di mana penghematan anggaran tadi bisa diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang lebih produktif,” jelasnya.
Kedua, polusi udara dari kendaraan berbahan bakar fosil telah menyebabkan beban berat pada sektor kesehatan dan menurunkan produktivitas tenaga kerja. Fabby menegaskan, pengurangan emisi akan langsung berdampak pada kualitas hidup masyarakat.
“Pengurangan pembakaran BBM akan membuat udara lebih bersih, masyarakat lebih sehat, lebih produktif, dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” ujarnya.
Ia menyebut kota-kota yang ramah lingkungan dan rendah emisi akan lebih kompetitif sebagai pusat aktivitas ekonomi dan investasi.
Ketiga, menurut Fabby, transisi menuju mobilitas berkelanjutan membuka peluang besar dalam inovasi teknologi dan penciptaan lapangan kerja. Sektor ini mencakup pengembangan kendaraan listrik, infrastruktur pengisian daya, hingga integrasi dengan energi terbarukan.
“Ini adalah ladang subur bagi penciptaan lapangan kerja baru dan pengembangan industri-industri Indonesia di masa depan,” katanya.(*)