Logo
>

Investasi Rp49 Miliar, Pilot Plant Green Hydrogen Pertamina Buka Lapangan Kerja Baru

Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu hadirkan energi bersih, kurangi emisi karbon, buka lapangan kerja, dan dorong transisi energi nasional.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Investasi Rp49 Miliar, Pilot Plant Green Hydrogen Pertamina Buka Lapangan Kerja Baru
Proyek Pilot Plant Green Hydrogen Pertamina di Ulubelu, Lampung menjadi terobosan energi bersih berbasis panas bumi. Diharap bisa memberikan dampak positif pada penciptaan lapangan kerja, peluang investasi, serta penurunan emisi karbon.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tengah memperkuat usahanya dalam transisi energi ramah lingkungan dengan mengembangkan Pilot Plant Green Hydrogen di Ulubelu, Lampung.

    Proyek Pilot Plant Green Hydrogen Pertamina di Ulubelu, tidak hanya menjadi terobosan energi bersih berbasis panas bumi, tetapi diharap bisa memberikan dampak positif pada penciptaan lapangan kerja, peluang investasi, serta penurunan emisi karbon.

    Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, pembangunan Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu dikabarkan melibatkan investasi signifikan dan menyerap tenaga kerja lintas bidang.

    “Pilot Plant ini merupakan wujud bagaimana energi bersih membuka peluang baru. Selain mendukung target Net Zero Emission 2060, proyek ini juga menghadirkan multiplier effect berupa penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,” ujar Fadjar dalam keteranagn resmi yang dikutip, Sabtu 13 September 2025.

    Sepanjang tahap pembangunan, proyek Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu membuka kesempatan karir bagi ratusan pekerja di wilayah sekitar.

    “Keterlibatan tenaga kerja lokal menjadi bagian dari strategi Pertamina untuk memberikan dampak langsung bagi masyarakat sekitar wilayah operasi,” kata Fadjar.

    Di samping itu, Green Hydrogen Ulubelu menjadi langkah penting dalam dekarbonisasi sektor energi nasional. Apabila dibandingkan dengan produksi grey hydrogen berbasis Steam Methane Reforming (SMR) yang menghasilkan emisi 12–14 kg (kilogram) CO₂ (Karbon dioksida) per kg H₂ (dihidrogen), maka green hydrogen berbasis PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) hanya menghasilkan sekitar 2 kg CO₂ per kg H₂.

    “Pertamina tidak hanya fokus pada penyediaan energi bersih, tetapi juga memastikan setiap langkah transisi energi berdampak pada masyarakat, membuka lapangan kerja baru, dan mengurangi emisi karbon. Green Hydrogen Ulubelu adalah tonggak penting menuju Indonesia hijau dan berkelanjutan,” ujar Fadjar.

    Dari sisi investasi, total belanja modal (CAPEX) untuk pembangunan Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu mencapai USD3 juta atau sekitar Rp49,2 miliar (kurs Rp16.416 per USD).

    Kini investasi ini diarahkan untuk pengadaan teknologi electrolyzer berbasis Anion Exchange Membrane (AEM), pembangunan infrastruktur pendukung, serta kolaborasi dengan berbagai vendor teknologi energi hijau.

    Diketahui, peletakan batu pertama proyek Pilot Plant Green Hydrogen diresmikan pada 9 September 2025 di Ulubelu. Lebih dari sekadar proyek energi, Green Hydrogen Ulubelu tetap menghadirkan peluang kerja, meningkatkan keterampilan masyarakat, dan membuka jalan bagi ekosistem ekonomi baru yang ramah lingkungan.

    Pertamina kini optimis, keberhasilan transisi energi dapat tercapai dengan melibatkan masyarakat sebagai bagian dari perubahan.

    Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi menekankan Pilot Project Green Hydrogen (Hidrogen Hijau) ini merupakan langkah strategis PGE menuju beyond electricity.

    “Proyek ini menjadi bagian penting dari upaya PGE membangun ekosistem green hydrogen secara end-to-end, mulai dari produksi, distribusi, hingga pemanfaatannya untuk mendukung transisi menuju industri rendah karbon," jelas Julfi.

    "Fasilitas ini tidak hanya sebagai pusat inovasi, tetapi juga model yang bisa direplikasi di wilayah kerja panas bumi lainnya, sekaligus membuka peluang percepatan off-grid solution untuk transportasi dan industri rendah karbon. Ke depan, peta jalan pengembangan PGE juga mencakup hilirisasi green ammonia dan green methanol sebagai solusi energi masa depan,” tambahnya.

    Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi di Indonesia, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).

    Seluruh komitmen tersebut dinyatakan sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

    Pertamina Catat Produksi Migas Tembus 1 Juta BOEPD, Pendapatan Tembus Rp672 Triliun

    PT Pertamina (Persero) berhasil menjaga kinerja operasional dan mencatat performa keuangan positif sepanjang semester pertama 2025 atau Januari hingga Juli tahun ini.

    Langkah strategis Pertamina ini, dinilai sejalan dengan target pemerintah melalui Asta Cita untuk mewujudkan swasembada energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

    Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan capaian tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis 11 September 2025.

    “Pertamina mencatat beberapa capaian, di antaranya temuan cadangan migas baru sebesar 724 juta barrel setara minyak (MMBOE) di wilayah kerja Rokan,” ujarnya dalam rilis resmi yang dikutip, Jumat 12 September 2025.

    Produksi Migas Stabil, Temuan Cadangan Baru

    Lebih lanjut, Pertamina hingga Juli 2025, mengungkapkan bahwa pihaknya mampu menjaga produksi migas (minyak dan gas) tetap di atas 1 juta barrel setara minyak per hari (BOEPD). Selain itu, penemuan cadangan migas baru ini bakal memperkuat ketahanan energi jangka panjang di dalam negeri.

    Simon mengatakan, paruh pertama tahun ini menjadi momentum penting karena Pertamina berhasil menjalankan sejumlah program strategis, mulai dari produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) pertama di Asia Tenggara dengan kapasitas 9.000 barrel per hari, hingga pengoperasian PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Lumut Balai berkapasitas 800 GWh (Gigawatt-hour) dan revitalisasi tangki Arun berkapasitas 127.200 meter kubik yang ditargetkan rampung pada akhir 2025.

    “Pertamina SAF merupakan bahan bakar pesawat berkelanjutan yang dihasilkan melalui teknologi co-processing antara Kerosene (minyak tanah) dan Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah. Ekosistem bisnis UCO SAF bukan hanya mendukung swasembada energi nasional namun juga mampu mendorong perekonomian mikro dan ekonomi sirkuler,” terang Simon.

    Proyek Energi dan Produk Hijau 

    Pertamina juga memperluas langkahnya melalui proyek Palawan di Filipina dengan kapasitas 285 MW (MegaWatt) serta meluncurkan Pertamax Green 95 di 160 SPBU dengan volume penjualan mencapai 4,83 ribu KL (Kiloliter) hingga Juli 2025.

    Langkah ini menunjukkan keseriusan Pertamina sebagai perusahaan milik negara dalam mempercepat transisi energi, memperkuat ketahanan energi, sekaligus mendukung implementasi energi bersih.

    Kinerja Keuangan Pertamina

    Meski menghadapi tekanan dari penurunan harga minyak mentah, solar, hingga kurs dolar AS (Amerika Serikat) dibandingkan periode 2024, Pertamina tetap mampu menjaga kinerja keuangan.

    Hingga Juli 2025, perusahaan energi pelat merah ini membukukan pendapatan USD40,9 miliar atau sekitar Rp672 triliun dengan EBITDA USD6,2 miliar atau sebesar Rp102,8 triliun.

    “Pertamina mampu mempertahankan kinerja keuangan dan operasional yang handal melalui berbagai upaya dan respon strategis,” kata Simon. (info-bks/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Harun Rasyid adalah jurnalis KabarBursa.com yang fokus pada liputan pasar modal, sektor komersial, dan industri otomotif. Berbekal pengalaman peliputan ekonomi dan bisnis, ia mengolah data dan regulasi menjadi laporan faktual yang mendukung pengambilan keputusan pelaku pasar dan investor. Gaya penulisan lugas, berbasis riset, dan memenuhi standar etika jurnalistik.