Logo
>

Jauh Angan dan Realita Energi Terbarukan Jelang 2025

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Jauh Angan dan Realita Energi Terbarukan Jelang 2025

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya mencapai target transisi energi terbarukan yang telah ditetapkan. Berdasarkan laporan Indonesia Energy Transition Outlook 2025 yang dirilis oleh Institute for Essential Services Reform (IESR), kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi primer Indonesia hanya mencapai 13,1 persen pada 2023. Angka ini jauh dari target 23 persen yang tercantum dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) untuk tahun 2025.

    Laporan ini menyoroti berbagai faktor yang menjadi penghambat utama dalam pencapaian target tersebut. “Transisi energi Indonesia terhambat oleh rendahnya dukungan politik dan regulasi, meskipun ada kemajuan dalam teknologi rendah karbon,” tulis laporan tersebut.

    Salah satu hambatan utama adalah keberlanjutan subsidi bahan bakar fosil. Menurut laporan tersebut, subsidi ini tidak hanya menghambat pengembangan energi terbarukan tetapi juga menciptakan ketergantungan yang berlebihan pada energi fosil. “Penggunaan energi industri di Indonesia meningkat sebesar 9 persen pada tahun 2023, dengan batu bara masih dominan sebesar 56,9 persen,” jelas laporan IESR.

    IESR juga mencatat lambatnya perkembangan elektrifikasi di sektor transportasi dan rumah tangga. Pada 2023, hanya 59,8 persen sektor komersial dan rumah tangga yang beralih ke elektrifikasi, jauh dari target 72,3 persen pada 2025. Di sektor transportasi, penggunaan energi terbarukan hanya mencapai 13,5 persen, meskipun program pencampuran biodiesel (B35) telah menunjukkan kemajuan.

    Laporan tersebut juga menyoroti target KEN sering kali tidak realistis atau tidak sejalan dengan implementasi di lapangan. “Target awal program 35.000 MW pada tahun 2019-2022 lebih banyak memprioritaskan pembangkit listrik berbasis fosil, yang akhirnya menciptakan kelebihan kapasitas dan penguncian aset batu bara,” tulis laporan itu. Hal ini tentu memperburuk tantangan dalam transisi ke energi terbarukan.

    Agar tak Cuma Cuan dari Batu Bara

    [caption id="attachment_107057" align="alignnone" width="1200"] Tongkang batu bara terlihat antre untuk ditarik menyusuri Sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia, 31 Agustus 2019. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan.[/caption]

    Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mendorong para investor untuk memperhatikan berbagai aspek penting saat berinvestasi dalam penawaran umum perdana (IPO) perusahaan energi terbarukan. Inisiatif ini menjadi peluang strategis dalam mendukung pendanaan sektor energi bersih melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Menurut IESR, pasar modal memiliki potensi besar sebagai sumber pendanaan alternatif bagi perusahaan energi terbarukan. Dana yang terkumpul dapat digunakan untuk mereformasi kebijakan ketenagalistrikan sekaligus memperkuat implementasi skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) guna mempercepat transisi energi bersih di Indonesia.

    Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, mengungkapkan pentingnya para investor mencermati faktor-faktor pendukung seperti kebijakan pemerintah, regulasi yang kondusif, ekosistem bisnis yang matang, stabilitas negara, serta kondisi makroekonomi. Faktor-faktor ini, menurutnya, akan menjadi kunci dalam mempercepat pengembangan energi terbarukan di tanah air.

    Fabby mengingatkan investor mencermati fundamental perusahaan sebelum berinvestasi di sektor energi terbarukan. Ia menggarisbawahi sejumlah aspek yang perlu diperhatikan, seperti prospek pengembangan bisnis, daya saing, keunikan produk, keterampilan dan keahlian, pengalaman, kredibilitas perusahaan, kemitraan strategis, serta rencana pengembangan bisnis untuk mencapai profitabilitas jangka panjang.

    “Kalau saya sebagai investor, misalnya, akan memilih membeli saham energi terbarukan ketimbang saham batu bara. Namun, saya harus melihat prospek perusahaan energi terbarukan yang IPO, apakah proyeksinya berkembang cepat atau lambat,” katanya, Sabtu, 9 November 2024.

    Dalam konteks ini, visi pemerintah Indonesia untuk mencapai karbon netral atau net zero emission (NZE) pada 2060 menjadi relevan. Target bauran energi bersih telah ditetapkan sebesar 23 persen pada 2025 dan 40 persen pada 2030. Potensi energi terbarukan Indonesia yang besar menjadi fondasi utama dalam mendukung target tersebut.

    Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 3.295 gigawatt (GW), hidro 95 GW, bioenergi (biogas dan biomassa) 57 GW, angin 155 GW, arus laut 60 GW, dan panas bumi 24 GW. Secara keseluruhan, total potensi energi terbarukan mencapai 3.686 GW. Namun, hingga 2023, pemanfaatannya baru mencapai 12,54 GW.

    Emiten Energi Terbarukan

    [caption id="attachment_23765" align="alignnone" width="1207"] Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) digunakan di sebuah rumah di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)[/caption]

    Ernst and Young (EY) Indonesia sebelumnya memprediksi IPO dari sektor energi terbarukan akan ditunggu seiring dengan meningkatnya minat pasar. Dalam lima tahun terakhir, ada beberapa IPO yang sukses dari perusahaan energi terbarukan, yakni PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

    Saham KEEN menunjukkan tekanan yang signifikan dalam performa jangka pendek hingga menengah. Berdasarkan data Stockbit yang dikutip Selasa, 31 Desember, harga saham KEEN mengalami koreksi dalam beberapa periode. Dalam seminggu terakhir, saham KEEN teroreksi sebesar 1,67 persen. Jika dilihat dalam waktu sebulan, penurunannya sebesar 7, 81 persen. Dalam tiga bulan terakhir lebih tinggi lagi, yakni 13,24 persen. Lalu selama enam bulan terakhir harga saham KEEN turun hingga 15,11 persen.

    [caption id="attachment_87037" align="alignnone" width="711"] Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pakkat yang dikelola oleh Encana Energy. Fasilitas ini merupakan bagian dari upaya perusahaan dalam mengembangkan energi terbarukan di Indonesia, berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan energi bersih bagi masyarakat dan industri. Terlihat tim teknisi berada di depan bangunan utama PLTA dengan latar belakang aliran air terjun yang mendukung operasional pembangkit listrik. Foto: Dok. KEEN.[/caption]

    Secara tahunan, tekanan juga terlihat jelas dengan penurunan 23,87 persen dalam satu tahun terakhir, yang sama dengan kinerja year-to-date (YTD) perusahaan pada tahun ini. Namun, jika dilihat dari jangka panjang, performa saham KEEN memberikan indikasi stabilitas dengan kenaikan 32,29 persen dalam tiga tahun terakhir, meskipun hanya mencatat pertumbuhan 7,27 persen dalam periode lima tahun. Saham ini mencapai harga tertinggi selama 52 minggu di level Rp885, sedangkan titik terendahnya berada di Rp585.

    Saham emiten energi terbarukan yang lain, ARKO, mencatat kinerja harga yang beragam dalam beberapa periode waktu terakhir. Dalam satu minggu terakhir, saham ini mengalami penurunan sebesar 1,60 persen. Penurunan ini berlanjut jika dilihat dalam satu bulan terakhir dengan pelemahan sebesar 5,15 persen. Dalam periode tiga bulan, saham ARKO juga menunjukkan penurunan sebesar 4,66 persen.

    [caption id="attachment_87054" align="alignnone" width="1920"] Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) yang dikelola oleh PT Arkora Hydro Tbk (ARKO). Fasilitas ini merupakan bagian dari upaya ARKO dalam memanfaatkan energi terbarukan di Indonesia. Foto: Dok. ARKO.[/caption]

    Namun, performa jangka panjang ARKO terlihat lebih menjanjikan. Dalam satu tahun terakhir, saham ini mencatat kenaikan signifikan sebesar 30,50 persen, yang juga mencerminkan kinerja year-to-date (YTD) pada tahun ini. Secara teknikal, saham ARKO mencatat harga tertinggi selama 52 minggu di level Rp1.315, sedangkan harga terendahnya berada di Rp655.

    Lalu ada lagi PGEO, perusahaan milik Pertamina ini mencatat tren pelemahan dalam beberapa periode waktu terakhir. Dalam satu minggu terakhir, saham ini mengalami penurunan sebesar 2,60 persen. Kinerja ini diperburuk oleh penurunan dalam satu bulan terakhir yang mencapai 5,56 persen. Selama tiga bulan terakhir, tekanan semakin signifikan dengan koreksi hingga 17,62 persen.

    [caption id="attachment_98386" align="alignnone" width="1200"] Area operasi panas bumi Pertamina Geothermal Energy di Karaha, Jawa Barat. Foto: ANTARA.[/caption]

    Dalam jangka waktu enam bulan, saham PGEO terkoreksi lebih dalam dengan penurunan sebesar 21,43 persen. Hal ini tercermin pula dalam kinerja tahunan, di mana saham ini mencatat penurunan sebesar 20,09 persen, angka yang juga sama dengan performa year-to-date (YTD) tahun ini. Secara teknikal, saham PGEO sempat mencatat harga tertinggi selama 52 minggu di level Rp1.500, sedangkan harga terendahnya berada di Rp880.

    Sementara itu, saham BREN menunjukkan performa yang cukup menarik dalam beberapa periode waktu terakhir, meskipun tidak sepenuhnya konsisten. Dalam satu minggu terakhir, saham ini mengalami penurunan tipis sebesar 1,07 persen. Namun, dalam jangka waktu satu bulan dan tiga bulan terakhir, saham BREN mencatat lonjakan signifikan dengan kenaikan masing-masing sebesar 40,00 persen dan 40,53 persen.

    [caption id="attachment_104909" align="alignnone" width="1600"] Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi milik Barito Renewables (BREN) yang terus diperkuat dengan teknologi kecerdasan buatan dan cloud melalui kolaborasi bersama Kyndryl. Inisiatif ini mendukung efisiensi operasional sekaligus mendukung transisi menuju energi bersih dan keberlanjutan. Foto: Dok. BREN.[/caption]

    Di sisi lain, kinerja enam bulan terakhir menunjukkan penurunan sebesar 7,94 persen, menandakan adanya volatilitas dalam pergerakan harga. Namun, dalam satu tahun terakhir, saham ini berhasil membukukan kenaikan sebesar 24,08 persen, yang juga mencerminkan kinerja year-to-date (YTD) untuk tahun ini. Secara teknikal, saham BREN mencatat harga tertinggi dalam 52 minggu di level Rp12.200, sementara harga terendahnya berada di Rp3.930.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).