Logo
>

Jepang Berambisi Maksimalkan Energi Nuklir untuk Masa Depan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Jepang Berambisi Maksimalkan Energi Nuklir untuk Masa Depan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Jepang sedang bersiap menghadapi tantangan besar memenuhi kebutuhan energi yang kian melonjak di era kecerdasan buatan sambil tetap menjaga janji untuk menurunkan emisi karbon. Di tengah debat panjang soal energi yang tepat untuk masa depan, sebuah rancangan kebijakan baru muncul ke permukaan.

    Panel ahli yang ditugaskan pemerintah kini menyuarakan dukungannya pada strategi yang berani, yakni memaksimalkan energi terbarukan hingga setengah dari kebutuhan listrik pada 2040 dan menghidupkan kembali nuklir sebagai pemain utama di tengah panggung energi Jepang.

    Rancangan ini dipresentasikan oleh Kementerian Perindustrian kepada panel yang terdiri dari 16 anggota, mayoritas pro-nuklir, dari kalangan bisnis, akademisi, dan kelompok masyarakat.

    Kebijakan tersebut berbalik arah dari keputusan sebelumnya untuk menghentikan penggunaan nuklir pasca-krisis reaktor Fukushima Daiichi pada 2011 yang menyebabkan perpindahan besar-besaran penduduk dan membangkitkan sentimen anti-nuklir yang kuat.

    Rencana ini dijadwalkan mendapat persetujuan kabinet pemerintahan Jepang pada Maret 2025 setelah melalui proses konsultasi publik. Targetnya, nuklir akan menyumbang 20 persen dari total pasokan energi Jepang pada 2040, naik dari 8,5 persen tahun lalu.

    Energi terbarukan ditingkatkan hingga 40-50 persen dari 22,9 persen, sementara pembangkit listrik tenaga batu bara akan dikurangi menjadi 30-40 persen dari hampir 70 persen tahun lalu.

    Sebagai perbandingan, kebijakan energi saat ini menargetkan 20-22 persen untuk nuklir, 36-38 persen untuk energi terbarukan, dan 41 persen untuk bahan bakar fosil pada 2030.

    Permintaan energi rendah karbon, termasuk energi terbarukan dan nuklir, melonjak karena kebutuhan dari pusat data kecerdasan buatan dan pabrik semikonduktor yang tersebar di Jepang.

    Menteri Perindustrian Yoji Muto, dalam pertemuan panel, menegaskan pentingnya diversifikasi sumber energi. “Bagaimana kita memastikan pasokan energi rendah karbon akan menentukan masa depan pertumbuhan Jepang,” kata Muto dilansir dari AP di Jakarta, Kamis, 26 Desember 2024

    “Sudah saatnya kita berhenti memperdebatkan pilihan antara energi terbarukan dan nuklir. Kita harus memaksimalkan penggunaan keduanya.”

    Jepang telah menetapkan target nol emisi gas rumah kaca pada 2050 dengan pengurangan 73 persen pada 2040 dibandingkan tingkat 2013.

    Rancangan kebijakan ini menempatkan energi terbarukan sebagai sumber utama dan mendorong pengembangan teknologi energi generasi baru seperti baterai surya dan panel surya portabel. Meski begitu, beberapa ahli menyoroti kelemahan dalam rancangan tersebut, khususnya soal proyeksi kelayakan untuk 2040 dan roadmap yang jelas untuk penghapusan bahan bakar fosil.

    Kebijakan ini juga menyerukan percepatan pengaktifan kembali reaktor yang memenuhi standar keamanan pasca-Fukushima, serta pembangunan reaktor generasi baru di lokasi reaktor yang sedang dinonaktifkan.

    Namun, untuk mencapai target 20 persen nuklir, seluruh 33 reaktor yang layak di Jepang harus kembali beroperasi, padahal saat ini baru 14 yang aktif pasca-bencana Fukushima. Dengan kecepatan pemeriksaan keamanan saat ini, banyak ahli meragukan target tersebut bisa tercapai.

    Energi Nuklir di Indonesia

    Di tengah fokus Jepang pada kombinasi energi terbarukan dan nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik, Indonesia juga mulai melirik energi nuklir sebagai bagian dari strategi ketahanan energi. Pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengoptimalkan penggunaan nuklir dengan target yang lebih konkret.

    Hal itu disampaikan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Senin, 2 Desember 2024.

    “Menyangkut nuklir, ini adalah langkah terobosan yang harus kita ambil. Di DEN, hal ini telah dibahas secara serius. Targetnya, pada 2032, energi nuklir sudah bisa jalan,” kata Bahlil dalam keterangannya.

    Bahlil menilai, pembentukan komite pelaksana program energi nuklir telah disusun ke dalam draft R-Perpres. Sementara untuk diskusinya juga telah dilakukan sebagai transisi energi menuju net zero emission (NZE) 2060.

    Politisi dari Partai Golkar itu juga menuturkan bahwa program pemanfaatan energi nuklir adalah untuk memperluas bauran energi terbarukan. Program ini juga diklaim mampu turunkan biaya penyediaan listrik dan menjadi solusi terkait tantangan energi pada masa depan.

    “Terobosan ini bisa menekan nilai cost listrik sekaligus memperluas penggunaan energi baru-terbarukan. Sebagai tahap awal, kita akan memulai dalam skala kecil, mungkin sekitar 250-500 megawatt. Namun, ke depan, pengembangan akan dilakukan dalam skala yang lebih besar,” jelas Bahlil.

    Pemerintah mengklaim Indonesia butuh solusi energi jangka panjang dan ramah lingkungan untuk mendukung kebutuhan energi. Penggunaan energi nuklir juga dinilai tepat dalam rangka menurunkan emisi karbon sehingga kebijakan pengembangan PLTN dapat selaras dengan target pemerintah mendukung komitmen NZE.

    Anggota Dewan Pengarah Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), Rohadi Awaludin, mengatakan Indonesia sudah memiliki modal kuat untuk mengembangkan teknologi nuklir, baik dari segi sumber daya manusia maupun ketersediaan bahan baku.

    Menurut Rohadi, pengembangan reaktor nuklir untuk mendukung pembangunan PLTN merupakan langkah strategis. Ia meyakini bahwa kemampuan yang dimiliki bangsa ini memungkinkan gagasan besar tersebut direalisasikan.

    Namun, Rohadi mengingatkan pentingnya menyusun peta jalan yang komprehensif untuk pembangunan industri berbasis nuklir. Ia mengatakan ide besar ini harus diikuti dengan perencanaan matang agar tidak hanya berhenti sebagai wacana.

    “PLTN merupakan sistem yang kompleks. Membangun PLTN sendiri merupakan cita-cita yang menantang. Agar mampu membangun PLTN sendiri perlu peta jalan (roadmap) yang sistematis dan terukur,” kata Rohadi dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

    Selain itu, kata Rohadi, diperlukan komitmen dan konsistensi dalam menapaki peta jalan tersebut karena proses penguasaan teknologi maju ini memerlukan waktu yang tidak pendek.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).