Logo
>

JP Morgan Tancap Gas di Pembiayaan Hijau Eropa

JP Morgan telah mengalokasikan dana sebesar USD1 triliun untuk proyek-proyek yang mendukung aksi iklim.

Ditulis oleh Yunila Wati
JP Morgan Tancap Gas di Pembiayaan Hijau Eropa
Ilustrasi ekonomi hijau JP Morgan dan peta jalan tenaga kerja hijau Indonesia. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM - JP Morgan Chase kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung transisi hijau, khususnya di kawasan Eropa, dengan memperkuat lini bisnisnya di sektor pembiayaan hijau dan teknologi ramah lingkungan. 

Dalam sebuah langkah strategis, bank asal Wall Street ini, yang dikenal sebagai JP Morgan Chase Bank, telah menunjuk Kai-Christian Nerger sebagai kepala divisi baru bernama Green Economy Banking untuk kawasan Eropa. 

Penunjukan ini diumumkan dalam sebuah memo internal yang diperoleh Reuters dan menjadi sinyal bahwa JP Morgan Chase masih ingin mempertahankan perannya dalam peta pembiayaan hijau global. 

Langkah ini juga menjadi daya tarik baru bagi mereka yang tertarik dengan JP Morgan careers dan tren hijau dalam industri keuangan global.

Nerger sendiri bukan orang baru di lingkungan JP Morgan. Ia telah berkarya lebih dari satu dekade di dalam institusi ini dan membawa pengalaman luas dari sektor industri terdiversifikasi, serta energi dan pembaruan terbarukan. 

Dalam konteks JP Morgan internship dan jalur karier hijau, perjalanan Nerger dapat menjadi inspirasi. Baru-baru ini, ia berfokus pada klien industri, utilitas, dan ekonomi hijau di Jerman, menjadikannya sosok yang memahami kebutuhan perusahaan yang tengah bertransformasi menuju praktik berkelanjutan. 

Kini, di bawah bendera JP Morgan Chase careers, ia akan memimpin tim yang bertugas mendampingi klien di Eropa dalam mengurangi emisi karbon dan memanfaatkan peluang pertumbuhan di sektor hijau, yang juga bisa berdampak positif pada JP Morgan share price di masa mendatang.

Langkah ini menarik perhatian karena terjadi di tengah lanskap global yang penuh dinamika. Beberapa bank besar di Amerika Utara dan Eropa telah mulai mengendurkan ambisi iklim mereka, bahkan sebelum Donald Trump kembali menjabat Presiden AS. 

JP Morgan Chase, meskipun pada awal Januari 2025 sempat keluar dari aliansi perbankan untuk iklim, kini menunjukkan bahwa mereka tetap memiliki fokus strategis jangka panjang. 

Dalam memo internal terbaru, disebutkan bahwa JP Morgan Chase Bank terus mendukung pengembangan bisnis transisi energi dan teknologi iklim di seluruh dunia. Ini memperkuat posisi bank tersebut tidak hanya sebagai pemain finansial, tapi juga sebagai agen perubahan. Ini menjadi sebuah langkah yang mungkin akan berpengaruh pula pada persepsi publik dan JP Morgan stock di lantai bursa.

Tak hanya itu, fakta bahwa JP Morgan telah mengalokasikan dana sebesar USD1 triliun untuk proyek-proyek yang mendukung aksi iklim, dengan USD242 miliar di antaranya sudah tersalurkan sejak 2021, memperkuat komitmen nyata mereka. Angka tersebut bukan sekadar statistik, tetapi wujud keseriusan dalam membentuk ekonomi masa depan. 

Dengan strategi ini, JP Morgan net worth sebagai entitas institusi keuangan bisa semakin diperkuat, seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap layanan pembiayaan hijau. 

Nerger, melalui posisi barunya, diyakini mampu mendorong sinergi yang lebih luas di kawasan Eropa, mencerminkan arah baru yang diambil di bawah kepemimpinan JP Morgan CEO Jamie Dimon.

Akhirnya, langkah ini bukan sekadar strategi bisnis biasa. Di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian global, JP Morgan Chase tampak mantap menyeimbangkan antara profit dan keberlanjutan. 

Bagi pencari kerja, peminat magang, maupun investor yang mengikuti perkembangan JP Morgan internship, JP Morgan careers, atau JP Morgan stock, arah baru ini memberi harapan dan peluang. 

Di ujungnya, ini bukan sekadar tentang sektor keuangan, tetapi tentang peran nyata dalam membentuk masa depan ekonomi dunia yang lebih hijau dan lebih bertanggung jawab.

Jalan Baru Ekonomi Indonesia

Di Indonesia, sektor ekonomi hijau kian menunjukkan potensinya sebagai motor penggerak baru ekonomi Indonesia. Tak hanya menjanjikan keberlanjutan lingkungan, sektor ini juga membuka peluang besar dalam penciptaan lapangan kerja. 

Pemerintah memproyeksikan, kebutuhan tenaga kerja hijau di Tanah Air bisa menembus 5,3 juta orang dalam lima tahun ke depan.

Wakil Menteri PPN/Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard menyampaikan proyeksi ini dalam peluncuran Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia, bertepatan dengan gelaran Indonesia’s Green Jobs Conference (IGJC) 2025

Dalam kesempatan itu, Febrian mengungkapkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi terus menguat, jumlah tenaga kerja hijau tahun ini diperkirakan mencapai 4 juta orang, atau sekitar 2,7% dari total tenaga kerja nasional. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 5,3 juta pada 2029.

Bappenas juga mencatat bahwa jumlah pekerjaan yang berpotensi bertransformasi menjadi pekerjaan hijau sangat besar: mencapai 56 juta pada 2025 dan melonjak menjadi 72 juta pada 2029. Angka-angka ini menggambarkan bahwa mayoritas angkatan kerja Indonesia sejatinya memiliki peluang besar untuk beradaptasi dalam ekosistem ekonomi hijau. Tentu hal itu bisa tercapai dengan syarat tersedianya pelatihan keterampilan, kebijakan yang mendukung, dan akses teknologi yang memadai.

Namun, transformasi ini bukan tanpa tantangan. Menurut Febrian, tantangan terbesar saat ini adalah rendahnya partisipasi perempuan di sektor hijau, tingginya dominasi pekerjaan informal, serta ketimpangan pengupahan dan perlindungan sosial. 

“Prosesnya tidak akan mudah, tapi ini adalah pekerjaan besar yang harus kita jalani bersama,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 6 Mei 2025.

Di sinilah pentingnya keberadaan peta jalan. Dokumen strategis ini disusun sebagai panduan menyeluruh untuk membangun SDM yang siap menghadapi perubahan menuju ekonomi rendah karbon. 

Peta jalan ini tidak hanya memetakan sektor-sektor potensial seperti energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan pengelolaan limbah, tetapi juga mengidentifikasi keterampilan spesifik yang dibutuhkan agar tenaga kerja benar-benar siap bersaing.

Pemerintah juga menyesuaikan sistem pendidikan vokasi dan pelatihan kerja agar lebih selaras dengan kebutuhan pasar kerja hijau. Strategi ini dinilai penting agar transformasi tidak berhenti pada tataran ide, melainkan bisa diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan. 

“Saya membayangkan, lima tahun dari sekarang, saat seseorang ditanya pekerjaannya, jawabannya bukan cuma soal jabatan atau gaji, tapi seberapa besar dampak hijau yang ia berikan,” kata Febrian.

Peluncuran peta jalan ini merupakan hasil kerja kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak, dari pemerintah pusat, sektor swasta, serikat pekerja, akademisi, organisasi masyarakat sipil, hingga mitra pembangunan internasional seperti Pemerintah Jerman, Australia, dan Bank Dunia. 

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel, menyebut peluncuran peta jalan ini sebagai bagian dari peringatan 50 tahun kerja sama pembangunan Indonesia-Jerman. 

“Transformasi hijau hanya bisa berhasil jika dilakukan secara inklusif dan berkeadilan, dengan keterampilan sebagai kunci utama,” ujarnya.

Keberhasilan implementasi peta jalan ini akan sangat ditentukan oleh sejauh mana sinergi lintas sektor dapat terwujud. Pemerintah berharap, melalui dokumen ini, Indonesia tidak hanya mencetak tenaga kerja hijau, tetapi juga memperkuat posisi SDM sebagai pusat dari perubahan ekonomi. 

Sebab, pada akhirnya, transisi menuju ekonomi hijau bukan hanya soal teknologi atau investasi, tapi soal manusia dan peran aktif mereka dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79