Logo
>

Memilih Emiten Sawit Sesuai Filosofi Lo Kheng Hong

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Memilih Emiten Sawit Sesuai Filosofi Lo Kheng Hong

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Setelah mengulas dampak program B40 terhadap emiten sawit yang fokus pada hilirisasi biofuel, kini saatnya menyoroti emiten-emiten sawit yang memenuhi kriteria investasi ala Lo Kheng Hong. Program biodiesel B40 yang resmi diberlakukan sejak 1 Januari 2025 membuka peluang cerah bagi emiten sawit. Namun, bagi para investor ritel yang baru merintis jalan menuju portofolio, pertanyaan terbesarnya adalah: emiten mana yang murah, layak, dan tahan banting sesuai prinsip investasi sang Warren Buffett Indonesia tersebut?

    Belilah Saham Murah, tapi tak Murahan

    [caption id="attachment_113423" align="alignnone" width="1179"] Ilustrasi. Foto: IG @lo_kheng_hong_official.[/caption]

    Lo Kheng Hong, investor kawakan yang dijuluki Warren Buffett Indonesia, selalu mengedepankan investasi di saham-saham yang undervalued alias murah. Kuncinya terletak pada price earning ratio (PER) dan price to book value (PBV). Pak Lo, sapaan akrabnya, punya rumus sederhana namun jitu: belilah saham dengan PER maksimal 9 kali dan PBV maksimal 1 kali.

    "Indikatornya adalah PER rendah, price to book rendah. Jadi saya udah bikin satu rumusan: belilah saham perusahaan yang PER-nya maksimum 9 kali dan PBV maksimum 1 kali," ujar Lo Kheng Hong seperti dilihat di Podcast Today's Message.

    Mengapa angka ini penting? PER menggambarkan berapa tahun keuntungan bersih perusahaan diperlukan untuk menutupi harga sahamnya. Semakin rendah PER, semakin murah saham tersebut secara relatif. Sementara PBV menunjukkan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku perusahaan. PBV yang rendah berarti saham dihargai lebih murah dibandingkan aset bersih perusahaan.

    Menggunakan PER dan PBV sebagai panduan investasi memang bukan tanpa alasan. Lo Kheng Hong pernah mengingatkan risiko membeli saham dengan valuasi tinggi. "Kalau ada saham yang PER-nya 400 kali, itu bukan pilihan saya. Saya biasa beli perusahaan bagus dan murah," katanya dalam seminar CMSE 2024 di Jakarta, 7 November 2024, lalu.

    Dengan PER maksimum 9 dan PBV maksimum 1, investor pemula mendapat jaring pengaman agar tidak terjebak membeli saham overvalued. Ini menjadikan strategi ini cocok bagi kantong investor ritel yang ingin memulai dengan risiko terukur.

    Program B40 dan Potensi Guyuran Cuan bagi Emiten Sawit

    [caption id="attachment_69313" align="alignnone" width="1080"] Kementerian ESDM memastikan penerapan bahan bakar nabati jenis B40 akan mulai diberlakukan pada Januari 2025. Foto: Dok. Humas Kementerian Ditjen EBTKE.[/caption]

    Kembali ke B40. Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia mengemban misi ambisius dengan program B40. Kebijakan ini mengharuskan 40 persen campuran biodiesel dalam bahan bakar solar untuk mengurangi emisi karbon sekaligus upaya swasembada energi. Implementasi ini diyakini mampu meningkatkan permintaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), yang tentunya akan menjadi katalis positif bagi emiten-emiten sawit.

    Sentimen baik itu pun didukung dengan realisasi penggunaan biodiesel tahun lalu yang menunjukkan tanda-tanda bullish. Berdasarkan data Kementerian ESDM, penggunaan biodiesel pada kuartal kedua 2024 telah mencapai 6,2 juta kiloliter, atau setara dengan 54,2 persen dari target tahunan yang ditetapkan sebesar 11,3 juta kiloliter. Tahun ini, pemerintah telah menetapkan alokasi biodiesel B40 sebesar 15,6 juta kiloliter. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7,55 juta kiloliter dialokasikan untuk kebutuhan Public Service Obligation (PSO), sementara 8,07 juta kiloliter sisanya diperuntukkan bagi non-PSO tanpa mendapatkan insentif.

    Dari sisi operasional bisnis perusahaan, Menurut Analis Pasar Modal yang juga Founder Mikirduit.com, Surya Rianto, program B40 dapat mendongkrak kinerja emiten CPO, terutama yang sudah memiliki porsi bisnis biodiesel. "Dampak dari B40 ini pastinya bisa meningkatkan permintaan untuk emiten CPO yang sudah produksi biodiesel karena porsi kandungan nabati seperti CPO-nya meningkat," ujarnya kepada KabarBursa.com beberapa waktu lalu.

    Namun, investor tetap harus bijak dalam memilih saham di tengah hype biodiesel. Meski potensi kenaikan ada, kata Surya, risiko dari fluktuasi harga CPO global serta perubahan kebijakan selalu membayangi. Dengan kata lain, faktor harga jual komoditas minyak sawit ini akan menentukan seberapa besar harga biodiesel. Jika harga CPO naik dan berimpas pula pada kenaikan harga biodiesel, maka program B40 baru bisa dikatakan menguntungkan bagi emiten sawit.

    "Kalau produsen biodiesel punya biaya produksi di bawah itu, marginnya akan bagus. Tapi kalau harga acuan turun dan biaya produksi tinggi, marginnya bisa tergerus," kata Surya.

    [caption id="attachment_113424" align="alignnone" width="675"] Bentangan perkebunan sawit milik PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Foto: Dok. SIMP.[/caption]

    Hingga artikel ini ditulis, harga CPO acuan di bursa Malaysia mencatat penguatan pada 15 Januari 2025. Berdasarkan data terbaru Reuters, kontrak CPO MDX untuk pengiriman Februari diperdagangkan di level 4.534 ringgit Malaysia per ton (setara dengan sekitar Rp15.869.000 per ton dengan kurs Rp3.500). Kenaikan ini mencatatkan lonjakan sebesar 22 poin atau 0,49 persen dari penutupan sebelumnya di 4.512 ringgit per ton (sekitar Rp15.792.000).

    Sementara biodiesel, berdasarkan ketentuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harganya sebesar Rp14.389 per liter, belum termasuk biaya pengangkutan. Angka ini mengalami kenaikan Rp1.005 per liter dibandingkan harga bulan sebelumnya yang berada di level Rp13.384 per liter.

    Pemerintah menetapkan harga biodiesel B40 untuk non-PSO lebih terjangkau dibandingkan PSO. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, harga untuk konsumen non-PSO saat ini berada di kisaran Rp13 ribu per liter dan diperkirakan akan naik lagi sekitar Rp1.500 hingga Rp2.000 per liter.

    Emiten Sawit yang Lo Kheng Ho-able

    [caption id="attachment_113153" align="alignnone" width="1600"] Proses pengangkutan tandan buah segar (TBS) di perkebunan milik PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Aktivitas ini menjadi bagian dari rantai produksi yang berkontribusi pada suplai bahan baku minyak sawit mentah (CPO) untuk mendukung program hilirisasi biofuel dan produk turunannya. Foto: Dok. SMAR.[/caption]

    Dari 28 emiten sawit yang melantai di bursa, hanya beberapa yang sesuai dengan kriteria Lo Kheng Hong. Berikut adalah daftar emiten yang memenuhi kriteria PER maksimum 9 kali dan PBV maksimum 1 kali berdasarkan data terkini:

    1. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT)

    • PER: 7,48
    • PBV: 0,75

    Dari sisi laba, sepanjang 2024, BWPT menunjukkan perbaikan keuntungan bersih yang signifikan. Pada kuartal pertama, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp47 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal yang sama tahun 2023 sebesar Rp18 miliar. Pada kuartal kedua, laba BWPT melonjak menjadi Rp72 miliar, disusul capaian Rp59 miliar pada kuartal ketiga. Dengan hasil ini, perolehan laba bersih hingga kuartal ketiga 2024 mencapai Rp236 miliar secara trailing twelve months (TTM), meningkat dibandingkan Rp177 miliar pada 2023. Nilai kapitalisasi pasar BWPT mencapai Rp1,76 triliun dengan jumlah saham beredar sebesar 31,53 miliar lembar.

    2. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)

    • PER: 6,34
    • PBV: 0,59

    LSIP berhasil membukukan performa cemerlang sepanjang 2024. Laba bersih kuartal pertama tercatat Rp269 miliar, melesat dibandingkan Rp112 miliar pada periode yang sama di 2023. Di kuartal kedua, laba bersih mencapai Rp329 miliar. Meski mengalami penurunan pada kuartal ketiga menjadi Rp205 miliar, hasil ini tetap mengungguli kinerja tahun sebelumnya. Secara tahunan (annualized), LSIP mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,07 triliun pada 2024, naik jauh dibandingkan Rp762 miliar di tahun 2023. Dengan kapitalisasi pasar Rp7,02 triliun dan jumlah saham beredar sebesar 6,82 miliar lembar, LSIP menunjukkan performa yang stabil di tengah dinamika pasar.

    3. PT Pinago Utama Tbk (PNGO)

    • PER: 7,29
    • PBV: 1,45

    Kinerja PNGO terbilang fluktuatif pada 2024. Kuartal pertama menghasilkan laba bersih sebesar Rp59 miliar, kemudian menurun menjadi Rp51 miliar pada kuartal kedua, dan kembali merosot di kuartal ketiga dengan perolehan Rp28 miliar. Total laba bersih TTM hingga kuartal ketiga tercatat Rp177 miliar, sedikit lebih rendah dari capaian Rp191 miliar pada 2023. Secara proyeksi tahunan, labanya pun kalah rendah dari tahun sebelumnya, yakni dari Rp191 miliar menjadi Rp185 miliar. Nilai kapitalisasi pasar PNGO mencapai Rp1,29 triliun dengan saham beredar sebanyak 781,25 juta lembar.

    4. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

    • PER: 5,36
    • PBV: 0,33

    SIMP memulai 2024 dengan performa positif. Kuartal pertama mencatatkan laba bersih sebesar Rp307 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan Rp150 miliar di periode yang sama tahun 2023. Namun, pada kuartal kedua, laba bersih menurun menjadi Rp222 miliar. Kuartal ketiga kembali mencatatkan perbaikan menjadi Rp277 miliar. Secara tahunan (TTM), laba bersih mencapai Rp1,1 triliun, naik dari Rp736 miliar di 2023. Dengan kapitalisasi pasar Rp5,92 triliun dan saham beredar 15,5 miliar lembar, SIMP tetap menunjukkan daya tahan bisnis yang cukup kuat di tengah tantangan harga komoditas.

    5. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)

    • PER: 7,28
    • PBV: 0,53

    SMAR mencatatkan kinerja yang cukup fluktuatif sepanjang 2024. Pada kuartal pertama, laba bersih perusahaan mencapai Rp178 miliar, menurun dibandingkan periode yang sama di 2023 sebesar Rp248 miliar dan jauh di bawah capaian Rp911 miliar di 2022.

    Memasuki kuartal kedua 2024, laba bersih SMAR melonjak menjadi Rp245 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan hanya Rp36 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini kemudian berlanjut di kuartal ketiga dengan capaian laba bersih sebesar Rp613 miliar, meningkat tajam dari Rp238 miliar di tahun sebelumnya, meskipun masih lebih rendah dibandingkan Rp1,66 triliun pada 2022.

    Untuk performa tahunan yang dianualisasi, SMAR membukukan laba sebesar Rp1,38 triliun pada 2024, naik dari Rp918 miliar di 2023. Namun, angka ini masih cukup jauh dibandingkan kinerja puncaknya di 2022 sebesar Rp5,5 triliun. Kapitalisasi pasar SMAR sebesar Rp10,42 triliun dan jumlah saham beredar 2,87 miliar lembar.

    6. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)

    • PER: 5,52
    • PBV: 0,44

    TBLA mencatat pertumbuhan laba bersih yang cukup stabil sepanjang 2024. Pada kuartal pertama, laba bersih perusahaan sebesar Rp220 miliar, naik tipis dari Rp219 miliar di 2023 dan Rp203 miliar di 2022. Namun, di kuartal kedua 2024, laba bersih menurun ke Rp81 miliar, di mana angka ini juga lebih rendah dari Rp117 miliar pada tahun sebelumnya. Performa TBLA kembali menunjukkan pemulihan di kuartal ketiga dengan mencatat laba bersih sebesar Rp200 miliar, melampaui Rp100 miliar di 2023 dan Rp153 miliar pada 2022.

    Secara tahunan, TBLA membukukan laba sebesar Rp668 miliar di 2024, naik dari Rp611 miliar di 2023 namun masih di bawah capaian Rp801 miliar di 2022. Kapitalisasi pasar perusahaan ini sebesar Rp3,73 triliun dan jumlah saham beredar sebanyak 6,03 miliar lembar.

    Meski PER dan PBV menjadi indikator utama, Lo Kheng Hong juga menganjurkan investor untuk membaca laporan tahunan perusahaan. Penilaian terhadap margin keuntungan, laba bersih, dan track record manajemen sangat penting agar investasi tidak sekadar murah tapi juga memiliki potensi pertumbuhan.

    "Kenali investasinya. Jangan beli kucing dalam karung, bursa tidak memberi ampun kepada yang tidak paham apa yang dia beli," ucapnya saat berbicara dalam acara Investment Festival (INFEST) 2024 di ITB, Bandung, Sabtu, 5 Oktober 2024, lalu.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).