Pernyataan ini disampaikan Amran setelah menerima laporan dari seorang penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang melaporkan pengembangan pompa air pertanian berbasis tenaga surya di daerah tersebut. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 31 Juli 2024.
Amran menyatakan bahwa Kementerian Pertanian siap mendukung pengembangan teknologi ini agar dapat diaplikasikan tidak hanya di Purbalingga, tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia.
Ia bahkan menginstruksikan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) untuk melakukan refocusing anggaran guna mendukung proyek ini.
"Kita akan anggarkan untuk uji coba 10 unit. Karena sudah ada di Purbalingga, tinggal kita cek di sana," ujar Amran.
Dirjen PSP Kementan, Ali Jamil, menambahkan bahwa ada kemungkinan untuk melakukan refocusing anggaran guna mendukung inisiatif ini.
"Kami akan melihat peluang untuk refocusing anggaran," ujar Ali.
Sebelumnya, Nanik Istiqomah, seorang PPL dari Purbalingga, meminta dukungan Menteri Pertanian untuk pengembangan pompanisasi tenaga surya. Nanik melaporkan bahwa seorang putra daerah telah mengembangkan teknologi ini sebagai solusi atas mahalnya biaya bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan dalam pompanisasi.
Menurut Nanik, biaya BBM yang dibutuhkan petani bisa mencapai Rp500.000 per bulan, dengan total anggaran BBM sekitar Rp43 juta untuk mengolah 120 hektare lahan sawah. Pemerintah Kabupaten Purbalingga, dengan dukungan bupati, sangat mendukung pengembangan pompanisasi tenaga surya.
Pengembangan Teknologi Pompa
Saat ini, pompa air tenaga surya di Purbalingga dikembangkan dengan biaya sekitar Rp30 juta hingga Rp40 juta, menggunakan enam panel surya. Nanik berharap Kementerian Pertanian dapat mendukung pengembangan teknologi ini sehingga dapat menggunakan pompa berukuran lebih besar, yaitu 6 inci, yang dapat mengalirkan air untuk 10 hektare lahan dalam satu hari tanpa biaya operasional.
Nanik juga menegaskan bahwa Purbalingga sudah memiliki banyak alat pompa air, namun masih membutuhkan dukungan untuk pengembangan pompa air tenaga surya.
"Kami berharap Kementan dapat mendukung pengembangan pompanisasi tenaga surya sehingga bisa menggunakan pompa 6 inci yang dapat mengalirkan air untuk 10 hektare dalam satu hari tanpa biaya," jelas Nanik.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Dukuh Sangiran, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, untuk meninjau program pompanisasi. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Presiden Jokowi melihat langsung operasional pompa air dan proses panen padi oleh para petani setempat. Ia menyampaikan bahwa program pompanisasi ini tidak hanya dilaksanakan di Jawa Tengah, tetapi juga di berbagai provinsi lain yang diprediksi akan mengalami kekeringan panjang pada bulan Juli hingga Oktober.
“Di semua provinsi yang kami perkirakan di Juli, Agustus, September, Oktober ini akan terjadi kekeringan yang panjang,” ujar Jokowi. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 19 Juni 2024.
Presiden berharap program pompanisasi ini dapat meningkatkan produktivitas padi para petani. Ia mencontohkan target produksi di Jawa Tengah yang mencapai 9,8 juta ton, dengan harapan adanya tambahan produksi sebesar 1,3 juta ton melalui program ini.
Untuk mendukung program tersebut, Jawa Tengah telah menerima 4.300 pompa air, yang disalurkan melalui pemerintah provinsi dan Kodam, dengan berbagai kapasitas seperti 8,5 PK dan 18 PK.
“Kami harapkan terjadinya kekeringan panjang yang sudah kami perkirakan lewat BMKG ini bisa ditutup dengan pengolahan air seperti ini. Water manajemen sangat penting sekali,” kata Jokowi.
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa sistem pompa air dapat memanfaatkan air dari sungai, air tanah, atau air sungai yang masuk ke irigasi, seperti yang dilakukan di Kabupaten Klaten. Selain itu, ia juga menyebutkan akan memaksimalkan penggunaan hujan buatan di akhir musim penghujan.
Jokowi juga berharap optimalisasi produksi beras melalui program ini dapat menekan impor beras, sehingga Indonesia tidak perlu melakukan impor besar-besaran.
“Agar impor kita tidak makin besar, sehingga kami harapkan panen maksimal tidak hanya di tahun tanam pertama, tahun tanam kedua, tapi tahun tanam ketiga juga tetap sama,” pungkas Jokowi.
Alat Mesin Pertanian
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak seluruh petani di Indonesia untuk memaksimalkan penggunaan alat mesin pertanian berupa mesin pompa air yang telah diberikan sebagai bagian dari upaya pompanisasi. Langkah ini penting guna mengantisipasi musim kering yang panjang.
“Kami berharap para petani di seluruh daerah memanfaatkan program pompanisasi yang disiapkan pemerintah untuk menghadapi musim kering panjang,” ujar Amran dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 29 Mei 2024. (*)