Logo
>

Pemotongan Suku Bunga The Fed Dorong Investasi Energi Hijau

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Pemotongan Suku Bunga The Fed Dorong Investasi Energi Hijau

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Keputusan Federal Reserve atau The Fed untuk mulai memangkas suku bunga diperkirakan akan mendukung investasi energi hijau yang sempat terguncang akibat kenaikan tajam biaya pinjaman dalam dua tahun terakhir. Kebijakan ini diambil menyusul upaya Bank Sentral AS meredam inflasi pasca-pandemi.

    Pada pertemuan yang berlangsung pukul 14.00 waktu setempat, The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin atau setengah persen, lebih besar dari yang diprediksi Wall Street sebelumnya yang hanya memperkirakan penurunan seperempat poin.

    Namun, para analis menyatakan pasar memerlukan penurunan lebih lanjut untuk memulihkan proyek-proyek energi bersih yang tertunda atau dibatalkan, yang memperlambat transisi global dari bahan bakar fosil. Banyak sektor energi bersih yang masih berkembang, seperti tenaga nuklir generasi baru dan bahan bakar hidrogen, dinilai memerlukan dukungan tambahan melalui perubahan kebijakan pemerintah.

    "Ini tidak akan banyak membantu proyek-proyek yang bermasalah dengan biaya utang," ungkap Peter Martin, kepala ekonom di perusahaan konsultasi energi Wood Mackenzie yang berbasis di Inggris, dilansir dari Huffpost, Senin, 23 Maret 2024.

    "Ini hanya memberikan dorongan psikologis bahwa kita akan segera menutup babak kenaikan suku bunga yang agresif,” imbuhnya.

    Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga 11 kali, mulai dari kenaikan seperempat poin dan berkembang menjadi kenaikan biaya pinjaman terbesar sejak 1980-an. Pada Oktober, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan kenaikan suku bunga telah meningkatkan biaya pembangunan proyek energi bersih.

    Pada akhir bulan yang sama, pengembang turbin lepas pantai terbesar di dunia, Orsted dari Denmark, membatalkan proyek ladang angin lepas pantai yang menjadi sorotan di New Jersey. Sebulan kemudian, startup reaktor NuScale menghentikan proyek landmark mereka untuk membangun unit tenaga atom modular kecil pertama di Amerika Serikat.

    Biaya pinjaman pribadi meningkat lebih tinggi dari suku bunga yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga menurunkan jumlah pemilik rumah yang mampu meminjam uang untuk memasang panel surya dan mengganti peralatan berbahan bakar fosil dengan yang bertenaga listrik, atau membeli mobil listrik. Instalasi surya rumah tangga turun 20 persen tahun ini, sementara penjualan pompa panas dan mobil listrik juga melambat.

    Selama bertahun-tahun, investor menganggap proyek bahan bakar fosil lebih berisiko daripada energi surya dan angin, mengingat dorongan global untuk mengurangi emisi yang memanaskan planet. Sebagai akibatnya, perusahaan minyak dan gas sudah harus membayar suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan pengembang energi terbarukan, yang dapat meminjam dengan suku bunga rendah berkat kontrak jangka panjang untuk menjual listrik hijau.

    Kenaikan suku bunga lebih terasa pada proyek energi terbarukan. Menurut analisis Martin yang diterbitkan pada April 2024 lalu, kenaikan 2 persen suku bunga dapat meningkatkan biaya listrik dari energi terbarukan hingga 20 persen, sementara biaya pembangunan pembangkit gas turbin gabungan hanya meningkat sebesar 11 persen.

    Arus dana telah berkurang dari perusahaan investasi berisiko tinggi dalam dua tahun terakhir. Industri modal ventura yang sebelumnya mendorong ledakan teknologi selama beberapa dekade terakhir, dulunya mencatatkan 2.500 kesepakatan per kuartal. Hari ini, jumlah kontrak yang ditandatangani hanya sekitar seperlima dari puncaknya, kata Sean O’Sullivan, pendiri perusahaan modal ventura SOSV, yang memiliki portofolio besar di bidang teknologi iklim dan energi.

    Banyak startup teknologi iklim berhasil bertahan dalam dua tahun terakhir karena investor memperingatkan perusahaan yang mendapatkan pendanaan besar pada 2022 — setelah pengesahan paket pengeluaran iklim terbesar dalam sejarah AS — untuk menghemat dana dalam menghadapi masa sulit di masa depan.

    Namun, menurut O’Sullivan, sifat industri teknologi iklim kini berubah seiring transisi energi yang mulai terbentuk. Alih-alih mencari perusahaan yang berpotensi mendominasi dan menggantikan seluruh industri seperti raksasa Silicon Valley di masa lalu, para investor kini lebih tertarik pada perusahaan-perusahaan khusus yang dapat menguasai rantai pasokan energi bersih yang penting namun sempit.

    "Pasar untuk baterai dan teknik produksi energi baru sangat besar, bahkan hanya menjadi perusahaan dengan pendapatan puluhan hingga ratusan juta dolar kini sudah menarik, sementara sebelumnya semua orang berpikir Anda harus menjadi Exxon berikutnya dengan pendapatan USD10 miliar," kata O'Sullivan. "Lupakan itu,” ujarnya lagi.

    Meski begitu, ia menambahkan, banyak perusahaan menunda peluncuran proyek percontohan untuk industri kritis namun baru muncul, seperti bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau teknologi penghilangan karbon, akibat biaya pinjaman yang tinggi.

    Kini setelah The Fed memangkas suku bunga setengah poin, O'Sullivan mengatakan, "orang-orang akan mulai lebih longgar." Jika pemotongan hanya dilakukan seperempat poin — seperti yang disarankan oleh Michelle Bowman, satu-satunya anggota dewan gubernur bank yang menentang keputusan ini — O'Sullivan meyakini "tidak akan ada perubahan signifikan dalam semalam." Namun, jika pemotongan mencapai satu poin penuh, dia memperkirakan "puluhan miliar dolar akan lebih mudah diakses untuk proyek energi bersih ini."

    "Bagaimanapun juga, Anda akan melihat antusiasme," katanya. "Jika pemotongannya lebih besar, Anda akan melihat kelegaan besar, dan orang-orang akan mulai membangkitkan kembali rencana bisnis yang kemarin tidak mungkin didanai."(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).