KABARBURSA.COM – Peran Asia Tenggara dalam sistem energi global diperkirakan akan melonjak dalam satu dekade mendatang. Menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA) berjudul Southeast Asia Energy Outlook 2024, pertumbuhan penduduk, ekspansi industri, dan peningkatan daya beli mendorong kawasan ini menjadi salah satu mesin utama permintaan energi dunia.
Berdasarkan proyeksi kebijakan saat ini, Asia Tenggara akan menyumbang seperempat dari total pertumbuhan permintaan energi global hingga 2035. Angka ini menjadikan kawasan ini sebagai kontributor terbesar kedua setelah India. Bahkan, pada pertengahan abad, konsumsi energi Asia Tenggara akan melampaui Uni Eropa.
Permintaan tertinggi datang dari sektor kelistrikan. IEA mencatat lonjakan kebutuhan listrik mencapai 4 persen per tahun, dipicu oleh penggunaan pendingin ruangan yang meningkat seiring makin seringnya gelombang panas. Namun, lonjakan permintaan ini memunculkan persoalan. Emisi karbon Asia Tenggara diperkirakan naik 35 persen hingga 2050 jika tidak ada perubahan signifikan dalam bauran energinya.
Meski sumber energi bersih seperti surya, angin, bioenergi modern, dan panas bumi diproyeksi memenuhi sepertiga dari kenaikan permintaan energi, itu belum cukup menahan laju emisi. Untuk menekan emisi hingga setengah dari level saat ini pada 2050, kawasan ini perlu akselerasi besar-besaran, sejalan dengan hasil konferensi iklim COP28.
Delapan dari sepuluh negara anggota ASEAN telah menetapkan target emisi nol bersih. Tapi IEA mengingatkan, ketergantungan tinggi pada impor energi fosil membuat negara-negara ini rawan terhadap gejolak global. Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menyebut Asia Tenggara memiliki potensi energi terbarukan yang kompetitif, namun teknologi bersih belum tumbuh cukup cepat.
“Asia Tenggara telah mencatat kemajuan dalam akses energi dan produksi energi bersih. Namun kini saatnya mempercepat adopsi teknologi tersebut secara lokal,” ujar Birol, dikutip dari laman IEA, Selasa, 29 Juli 2025.
Birol menambahkan, kunci dari transisi energi Asia Tenggara adalah akses terhadap pendanaan yang kuat. IEA mencatat ironi yang mencolok: Asia Tenggara hanya menarik 2 persen dari total investasi energi bersih global, meski menyumbang 6 persen PDB dunia dan 9 persen populasi global.
Untuk mencapai target iklim, kawasan ini butuh investasi lima kali lipat dari saat ini atau mencapai USD190 miliar pada 2035. Tak hanya itu, modernisasi pembangkit listrik tenaga batu bara yang masih muda (rata-rata usia di bawah 15 tahun) juga menjadi prioritas penting.
Investasi tak hanya dibutuhkan untuk panel surya dan turbin angin, tetapi juga untuk membangun infrastruktur pendukung. IEA menyebut pembangunan dan modernisasi jaringan listrik—termasuk ASEAN Power Grid dan microgrid berbasis energi terbarukan di wilayah terpencil—akan memerlukan investasi tahunan hingga USD30 miliar.
Namun, secercah harapan sudah terlihat. Sejak 2019, lebih dari 85 ribu pekerjaan telah tercipta dari sektor energi bersih di kawasan. Indonesia, dengan cadangan nikel melimpah, kini menjadi produsen utama baterai lithium-ion. Sementara Vietnam, Thailand, dan Malaysia bersaing sebagai produsen panel surya terbesar setelah China.
Singapura, pelabuhan bunkering terbesar dunia, juga berpotensi memainkan peran strategis dalam dekarbonisasi sektor pelayaran melalui bahan bakar alternatif seperti amonia dan metanol.
IEA menegaskan pentingnya kerja sama regional dalam memastikan transisi energi bersih yang inklusif dan tangguh di tengah ketegangan geopolitik dan krisis iklim. Pembukaan kantor IEA di Singapura—yang pertama di luar markas besar Paris sejak lembaga itu berdiri—menjadi simbol kedekatan IEA dengan kawasan Asia Tenggara dalam mendukung ketahanan dan transformasi energi.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.