Logo
>

Pertamina Dapat 11 Penghargaan Soebroto 2025, Bukti Inovasi Energi

Pertamina sabet 11 penghargaan Soebroto 2025. Dirut Simon Mantiri berikan apresiasi atas kinerja Perwira Pertamina di seluruh negeri.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Pertamina Dapat 11 Penghargaan Soebroto 2025, Bukti Inovasi Energi
Pertamina sabet 11 penghargaan Soebroto 2025. Dirut Simon Mantiri puji Perwira energi yang terus berinovasi wujudkan ketahanan energi nasional. Foto: dok. Pertamina

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh Perwira Pertamina di Indonesia.

    Apresiasi kepada para pegawai Pertamina di seluruh negeri tersebut, diberikan atas dedikasi dan inovasi mereka dalam memperkuat ketahanan energi nasional.

    Sebab kerja keras mereka telah mengantarkan Pertamina memborong 11 penghargaan sekaligus dalam ajang bergengsi Penghargaan Soebroto ke-8 tahun yang dihelat tahun 2025.

    Diketahui, ajang Penghargaan Soebroto merupakan bentuk penghargaan tertinggi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Penghargaan ini ditujukan bagi perusahaan dan lembaga yang berkontribusi besar terhadap kemajuan sektor energi dan sumber daya mineral di Indonesia.

    “Atas nama jajaran Direksi, saya mengapresiasi sumbangsih seluruh Perwira Pertamina yang telah memberikan kontribusi terbaik bagi industri energi nasional. Kami juga berterima kasih kepada Kementerian ESDM atas penghargaan yang diberikan kepada Pertamina,” ujar Simon dalam acara penganugerahan Penghargaan Soebroto 2025 di Jakarta, dikutip dari keterangan resmi Minggu 26 Oktober 2025.

    Simon menegaskan, Pertamina terus mendukung kebijakan Kementerian ESDM yang berperan penting dalam mewujudkan visi Asta Cita terkait ketahanan energi nasional.

    Ia juga optimistis, kolaborasi dan inovasi yang berkelanjutan akan mempercepat terwujudnya Indonesia Emas 2045.

    “Sejalan dengan arahan Menteri ESDM, Pertamina berkomitmen untuk bersinergi dengan berbagai pihak agar mampu mendukung tercapainya ketahanan energi nasional, sebagaimana diamanatkan Presiden Prabowo Subianto,” tegas Simon.

    Pada kesempatan yang sama, Kementerian ESDM juga meluncurkan logo baru yang mengusung filosofi Pancar Dipa. Filosofi ini menggambarkan energi yang menyinari seluruh aspek kehidupan, memberi manfaat bagi bangsa, sekaligus menjadi simbol inovasi dan arah baru pengelolaan sumber daya energi Indonesia.

    “Kami mengucapkan selamat atas peluncuran logo baru Kementerian ESDM. Ini menjadi simbol semangat baru dalam mencapai target ketahanan energi dan kesejahteraan bangsa,” tutup Simon.

    Dengan 11 penghargaan ini, Pertamina semakin menegaskan posisinya sebagai perusahaan penggerak transisi dan kemandirian energi nasional, sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus menghadirkan energi bersih, berkelanjutan, dan berdaulat bagi Indonesia.

    Pertamina Dorong Swasembada Energi dan Ekonomi Hijau Lewat Ekosistem Sustainable Aviation Fuel

    PT Pertamina (Persero) mempertegas langkahnya dalam transisi energi nasional dengan mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF).

    SAF yang dikembangkan Pertamina merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang diperuntukkan untuk pesawat terbang.

    Langkah ini sekaligus menandai ambisi Pertamina demi menjadikan Indonesia sebagai pusat pasokan bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Asia Tenggara.

    Komitmen tersebut disampaikan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono dalam ajang 15th International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) Regional Stakeholder Meeting Southeast Asia di Jakarta, Kamis 23 Oktober 2025.

    “Peluang pengembangan SAF ini berawal dari visi Presiden kita, Presiden Prabowo Subianto, yang tertuang dalam ASTA CITA, delapan prinsip dasar pembangunan nasional,” ujar Agung lewat keterangan resmi, Jumat 24 Oktober 2025.

    Dalam paparannya berjudul Advancing Indonesia’s Sustainability Commitment through Pertamina’s Sustainable Aviation Fuel Ecosystem, Agung menegaskan bahwa pengembangan SAF bukan sekadar proyek bisnis, melainkan kontribusi Pertamina terhadap visi nasional menuju ekonomi hijau dan swasembada energi.

    Ia menjelaskan, arah kebijakan itu sejalan dengan Strategi Pertumbuhan Ganda Pertamina, yang menyeimbangkan bisnis energi konvensional seperti hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar dengan pengembangan bisnis rendah karbon di masa depan.

    “Pada satu sisi, Pertamina tetap mengembangkan bisnis warisan seperti sektor hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar sebagai sumber bisnis utama. Sedangkan pada sisi lain, kami membangun bisnis rendah karbon untuk memastikan keberlanjutan energi di masa depan,” jelas Agung.

    Ekosistem SAF: Dari Jelantah Jadi Energi Penerbangan

    Pertamina kini memusatkan perhatian pada pembangunan ekosistem biofuel terintegrasi, mencakup produksi SAF, pengembangan energi panas bumi (geothermal), serta penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung target nasional Net Zero Emission (NZE).

    Indonesia disebut memiliki potensi besar dalam pengembangan SAF karena ketersediaan bahan baku melimpah, khususnya dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). Pertamina telah membangun rantai ekosistem lengkap mulai dari pengumpulan UCO hingga pengolahan dan pemanfaatannya sebagai bahan bakar pesawat.

    Dalam ekosistem ini, Subholding Kilang Pertamina International (KPI) berperan mengolah minyak jelantah menjadi SAF melalui fasilitas co-processing. Pertamina Patra Niaga menangani distribusi bahan bakar, sementara Pelita Air Service, maskapai milik Pertamina, menjadi pengguna langsung SAF dalam operasional penerbangan.

    “Dengan demikian, kami memiliki rantai ekosistem lengkap. Mulai dari pengumpulan minyak jelantah hingga produksi SAF, lalu penggunaannya dalam penerbangan. Suplai UCO berpotensi meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dari kawasan, Eropa, dan Amerika Serikat,” papar Agung.

    Kilang Cilacap dan Plaju Jadi Basis Produksi SAF

    Pertamina juga memperluas kapasitas produksi SAF di dua lokasi strategis, yaitu Kilang Cilacap dan Kilang Plaju. Kilang Cilacap saat ini mampu memproduksi sekitar 238 ribu kiloliter SAF per tahun dengan teknologi co-processing yang memanfaatkan 2,4% bahan baku UCO. Produksi ini akan terus meningkat seiring penambahan fasilitas baru.

    Langkah ini memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama dalam energi berkelanjutan kawasan. SAF disebut mampu mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari aktivitas penerbangan internasional.  

    Dengan kemampuan tersebut, SAF menjadi inovasi kunci dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi udara.

    “Keberhasilan pengembangan SAF merupakan bukti nyata bahwa ekonomi sirkular dapat berjalan di Indonesia dan Asia Tenggara,” tegas Agung.

    Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina menegaskan komitmennya mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan memperkuat inisiatif yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis.

    “Dampaknya, SAF dapat mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari penerbangan internasional. Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk mengembangkan SAF bagi Indonesia dan dunia,” tutup Agung. (info-bks/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Harun Rasyid adalah jurnalis KabarBursa.com yang fokus pada liputan pasar modal, sektor komersial, dan industri otomotif. Berbekal pengalaman peliputan ekonomi dan bisnis, ia mengolah data dan regulasi menjadi laporan faktual yang mendukung pengambilan keputusan pelaku pasar dan investor. Gaya penulisan lugas, berbasis riset, dan memenuhi standar etika jurnalistik.