KABARBURSA.COM – PT Pertamina (Persero) mendukung kemajuan dunia pendidikan Tanah Air, khususnya mencetak generasi unggul di sektor energi nasional.
Melalui Pertamina Corporate University, perusahaan energi pelat merah ini menjaring 1.552 generasi muda dari berbagai daerah untuk bergabung sebagai calon Perwira Pertamina di seluruh Indonesia.
Para peserta mengikuti Program Pre Employment Training (PET), yang berlangsung sejak Februari hingga Oktober 2025, di sejumlah kota termasuk Cirebon, Jawa Barat.
Program ini bertujuan membekali para calon perwira baru dengan kompetensi, nilai-nilai, dan pemahaman mendalam terkait arah bisnis Pertamina.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan bahwa program PET merupakan langkah strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing global.
“Pertamina menempatkan pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas utama. Melalui pelatihan ini, para pekerja baru tidak hanya memahami proses bisnis Pertamina dari hulu hingga hilir, tetapi juga peran Pertamina sebagai lokomotif energi berkelanjutan,” ujarnya lewat keterangan resmi, Sabtu 25 Oktober 2025.
Fadjar menambahkan, selama pelatihan, peserta mendapatkan pemahaman mendalam tentang proses bisnis di seluruh Subholding Pertamina, seperti Upstream, Refining & Petrochemical, Integrated Marine Logistics, Gas, serta Pertamina New & Renewable Energy (PNRE).
Selain pembekalan teknis, para peserta juga dilatih menjadi talenta yang profesional dan berkarakter. Mereka dibekali materi tentang etika bersosial media, Respectful Workplace, Career & Talent Management, serta komunikasi positif dan kepemimpinan inklusif.
“Pertamina ingin memastikan setiap Perwira memiliki semangat melayani energi untuk negeri dengan cara yang profesional, berakhlak, dan adaptif terhadap perubahan,” lanjut Fadjar.
Fadjar menambahkan, pelatihan ini melibatkan pengajar lintas fungsi dari berbagai bidang seperti Corporate Communication, Human Capital, Internal Audit, Strategy & Investment, hingga HSSE (Health, Safety, Security, Environment). Pendekatan lintas fungsi ini mencerminkan semangat kolaboratif Pertamina dalam menyiapkan generasi penerus yang tangguh.
“Generasi baru Pertamina inilah yang akan menjadi garda depan dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendorong inovasi menuju Net Zero Emission 2060,” tutup Fadjar.
Sebagai perusahaan energi nasional yang memimpin transisi menuju energi bersih, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 melalui berbagai program berbasis keberlanjutan.
Langkah tersebut sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis Pertamina Group.
Pertamina Dorong Swasembada Energi dan Ekonomi Hijau Lewat Ekosistem Sustainable Aviation Fuel
PT Pertamina (Persero) mempertegas langkahnya dalam transisi energi nasional dengan mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF).
SAF yang dikembangkan Pertamina merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang diperuntukkan untuk pesawat terbang.
Langkah ini sekaligus menandai ambisi Pertamina demi menjadikan Indonesia sebagai pusat pasokan bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Asia Tenggara.
Komitmen tersebut disampaikan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono dalam ajang 15th International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) Regional Stakeholder Meeting Southeast Asia di Jakarta, Kamis 23 Oktober 2025.
“Peluang pengembangan SAF ini berawal dari visi Presiden kita, Presiden Prabowo Subianto, yang tertuang dalam ASTA CITA, delapan prinsip dasar pembangunan nasional,” ujar Agung lewat keterangan resmi, Jumat 24 Oktober 2025.
Dalam paparannya berjudul Advancing Indonesia’s Sustainability Commitment through Pertamina’s Sustainable Aviation Fuel Ecosystem, Agung menegaskan bahwa pengembangan SAF bukan sekadar proyek bisnis, melainkan kontribusi Pertamina terhadap visi nasional menuju ekonomi hijau dan swasembada energi.
Ia menjelaskan, arah kebijakan itu sejalan dengan Strategi Pertumbuhan Ganda Pertamina, yang menyeimbangkan bisnis energi konvensional seperti hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar dengan pengembangan bisnis rendah karbon di masa depan.
“Pada satu sisi, Pertamina tetap mengembangkan bisnis warisan seperti sektor hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar sebagai sumber bisnis utama. Sedangkan pada sisi lain, kami membangun bisnis rendah karbon untuk memastikan keberlanjutan energi di masa depan,” jelas Agung.
Ekosistem SAF: Dari Jelantah Jadi Energi Penerbangan
Pertamina kini memusatkan perhatian pada pembangunan ekosistem biofuel terintegrasi, mencakup produksi SAF, pengembangan energi panas bumi (geothermal), serta penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung target nasional Net Zero Emission (NZE).
Indonesia disebut memiliki potensi besar dalam pengembangan SAF karena ketersediaan bahan baku melimpah, khususnya dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). Pertamina telah membangun rantai ekosistem lengkap mulai dari pengumpulan UCO hingga pengolahan dan pemanfaatannya sebagai bahan bakar pesawat.
Dalam ekosistem ini, Subholding Kilang Pertamina International (KPI) berperan mengolah minyak jelantah menjadi SAF melalui fasilitas co-processing. Pertamina Patra Niaga menangani distribusi bahan bakar, sementara Pelita Air Service, maskapai milik Pertamina, menjadi pengguna langsung SAF dalam operasional penerbangan.
“Dengan demikian, kami memiliki rantai ekosistem lengkap. Mulai dari pengumpulan minyak jelantah hingga produksi SAF, lalu penggunaannya dalam penerbangan. Suplai UCO berpotensi meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dari kawasan, Eropa, dan Amerika Serikat,” papar Agung.
Kilang Cilacap dan Plaju Jadi Basis Produksi SAF
Pertamina juga memperluas kapasitas produksi SAF di dua lokasi strategis, yaitu Kilang Cilacap dan Kilang Plaju. Kilang Cilacap saat ini mampu memproduksi sekitar 238 ribu kiloliter SAF per tahun dengan teknologi co-processing yang memanfaatkan 2,4% bahan baku UCO. Produksi ini akan terus meningkat seiring penambahan fasilitas baru.
Langkah ini memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama dalam energi berkelanjutan kawasan. SAF disebut mampu mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari aktivitas penerbangan internasional.
Dengan kemampuan tersebut, SAF menjadi inovasi kunci dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi udara.
“Keberhasilan pengembangan SAF merupakan bukti nyata bahwa ekonomi sirkular dapat berjalan di Indonesia dan Asia Tenggara. Dampaknya, SAF dapat mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari penerbangan internasional. Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk mengembangkan SAF bagi Indonesia dan dunia,” tutup Agung. (info-bks/*)