KABARBURSA.COM - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE (PGEO) menyatakan kesiapannya dalam membangun ekosistem panas bumi di Indonesia karena bisnis ini memiliki peluang yang bagus.
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi mengatakan pihaknya melihat potensi komersial yang tinggi dalam bisnis off-grid, termasuk green hydrogen dan green ammonia yang pasar domestiknya diprediksi akan tumbuh
signifikan di 2030.
"Hal ini menjadi kesempatan yang penting untuk ditangkap oleh PGE," ujar dia dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip, Jumat, 19 September 2025.
Julfi mengungkap PGE berupaya menjawab tantangan tersebut melalui strategi beyond electricity. Saat ini, kata dia, pihaknya sedang mempersiapkan ekosistem green hydrogen.
"Di Indonesia, Pertamina menjadi satu-satunya yang memiliki rantai proses end-to-end, mulai dari panas bumi, elektrolisis, infrastruktur midstream, hingga offtaker," tambahnya.
Adapun, PGE tengah fokus dalam mewujudkan target 1 GW dalam 2 - 3 tahun ke depan dan 1,7 GW pada 2034. Sejalan dengan itu, PGE juga telah mengidentifikasi potensi panas bumi hingga 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola secara mandiri.
Menurut Julfi, angka ini bukan sekadar data teknis, tetapi cerminan dari besarnya peluang yang dimiliki Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi nasional. "Lebih dari itu, potensi ini dapat menjadi motor penggerak transisi menuju energi
bersih,"jelas Julfi.
Lebih jauh disebutkan, PGE siap berperan aktif dalam membahas strategi penguatan industri panas bumi. Pasalnya, emiten energi panas bumi ini telah mengoperasikan PLTP Lumut Balai Unit 2, proyek eksplorasi (greenfield) Gunung Tiga, dan groundbreaking pilot project green hydrogen (hidrogen hijau) Ulubelu.
Sementara itu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa energi terbarukan saat ini dibutuhkan secara global, karena semakin banyak industri yang memprioritaskan produk ramah lingkungan.
Nantinya, kata dia, panas bumi itu tidak hanya disuplai untuk konsumsi rumah tangga, tetapi akan menjadi konsumsi industri mulai dari hilir hingga hulu sehingga permintaannya akan semakin besar lagi.
Pemerintah secara konsisten berkomitmen untuk mendukung energi baru terbarukan yang tertuang dalam RUPTL 2025 - 2034 di mana porsi EBT meningkat menjadi 69,5 GW, ujarnya.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani mengatakan bahwa pemerintah telah berhasil mempercepat proses perizinan panas bumi.
Ia menyebut perizinan yang tadinya 1,5 tahun sudah dipercepat menjadi hanya tujuh hari melalui Online Single Submission (OSS). Dalam 5 tahun ini, pihaknya berharap dapat mempercepat dan menambah kapasitias 1 GW, sehingga pemanfaatan panas bumi Indonesia menjadi nomor satu di dunia.
“Dengan semua sumber daya yang ada, kita juga dapat menjadi tempat belajar bagi negara-negara lain,” ungkapnya.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.