KABARBURSA.COM – Perusahaan minyak asal Italia, Eni, memasang target ambisius untuk menyetarakan laba dari bisnis energi transisi dengan sektor minyak dan gas (migas) pada 2035. Langkah ini menjadi manuver berani di tengah kecenderungan sejumlah raksasa migas seperti Shell dan BP yang justru menarik diri dari ekspansi energi terbarukan akibat rendahnya tingkat pengembalian investasi.
“Pada 2035, laba usaha dari perusahaan baru kami akan seimbang dengan sektor minyak dan gas. Pada 2040, bahkan akan melampauinya,” kata CEO Eni, Claudio Descalzi, dalam wawancara dengan Financial Times, Senin, 28 Juli 2025.
Pernyataan ini menegaskan komitmen Descalzi pada transformasi energi rendah karbon, meski banyak pesaing Eni justru balik arah dan kembali fokus pada fosil. Saat ini, pendapatan dari divisi migas Eni masih lebih dari 10 kali lipat dibanding dua lini bisnis transisi energinya: Enilive (biofuel) dan Plenitude (energi terbarukan dan pengisian daya kendaraan listrik).
Dalam laporan keuangannya pekan lalu, Eni mencatat laba usaha Enilive dan Plenitude sebesar 598 juta euro sepanjang semester I 2025 atau turun 15 persen dibanding periode sama tahun lalu. Di sisi lain, laba dari sektor hulu migas serta gas dan kelistrikan Eni mencapai 6,6 miliar euro.
Kendati demikian, kedua unit transisi energi tersebut memang dirancang sebagai entitas hibrida. Eni menggabungkan aset hijau yang masih merugi dengan unit usaha penghasil arus kas untuk menopang ekspansi. Strategi ini, menurut Descalzi, penting untuk menjaga kepercayaan investor.
“Saya percaya pertumbuhan itu penting, tapi bisa juga jadi gelembung. Untuk tumbuh, Anda harus berinvestasi dan itu membuat arus kas bebas Anda negatif,” ujarnya. “Investor bisa percaya satu, dua, tiga, atau empat tahun, tapi setelah itu bisa runtuh.”
Enilive saat ini mengoperasikan kilang biofuel yang terintegrasi dengan jaringan 5.000 SPBU, sementara Plenitude menjual listrik dari energi terbarukan dan layanan pengisian daya, serta gas untuk pelanggan residensial.
Keduanya disebut sebagai “satellite companies” alias perusahaan satelit yang sejak awal telah mencetak untung dengan EBITDA sekitar 1 miliar euro per tahun. Sebagian saham kedua unit ini dijual ke investor ekuitas privat seperti KKR dan Energy Infrastructure Partners dengan valuasi gabungan 22 miliar euro, hampir setengah dari kapitalisasi pasar Eni saat ini. Dari transaksi ini, Eni memperoleh kas 3,8 miliar euro.
Tak hanya itu, Eni juga membentuk perusahaan patungan dengan Global Infrastructure Partners (anak usaha BlackRock) untuk menjalankan bisnis carbon capture and storage (CCS).
“Modalnya tersedia. Dana infrastruktur mencari bisnis yang bagus, tapi mereka ingin tahu isinya. Pertumbuhan saja tidak cukup,” kata Descalzi. Ia menambahkan, “Transisi energi ini sangat membantu untuk mulai melepaskan Eni dari ketergantungan harga minyak yang fluktuatif.”
Descalzi juga mengkritik perusahaan minyak Barat lainnya yang enggan beranjak dari masa lalu dan enggan berinovasi. Menurutnya, keberhasilan Eni menunjukkan bahwa model transisi bisa bernilai ekonomis jika dirancang matang.
Strategi satelit Eni jelas berbeda dari Shell dan BP yang menahan ekspansi energi terbarukan setelah merugi dari investasi besar. “Absennya perubahan ini cukup mencolok, mengingat banyak pesaing Eni justru menarik diri dari ambisi rendah karbon,” tulis analis HSBC awal tahun ini.
Analis RBC Capital, Biraj Borkhataria, menilai pendekatan Eni unik dan memiliki logika yang kuat. “Awalnya saya skeptis karena kelihatan rumit. Tapi bisa tidak sih menjelaskan transisi energi dengan narasi yang sederhana? Ini memang kompleks.”
Namun, pendekatan ini juga membawa tantangan. Portofolio Eni kini makin beragam, dari Var (joint venture di Norwegia), Ithaca (UK), Azule (patungan tak terdaftar di Angola bersama BP), hingga perusahaan baru di Asia bersama Petronas.
Menurut Descalzi, semua ini adalah bagian dari ekspansi tanpa perlu merger dan akuisisi. “Kami tidak punya uang sebanyak perusahaan migas besar lain. Saya tidak bisa M&A. Tapi kalau saya punya 100 persen saham blok migas, saya bisa tukar dengan barel dari blok lain,” katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.