KABARBURSA.COM - Presiden Joko Widodo mengarahkan pengembangan hilirisasi kelapa menjadi bioavtur, namun hingga kini peta jalan atau roadmap-nya masih belum dibahas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa pemerintah masih mencari industri kelapa yang mampu melakukan hilirisasi.
Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengungkapkan bahwa nantinya roadmap akan disesuaikan dengan standar dan persentase campuran bioavtur. “Intinya, semua vegetable oil bisa dikonversi ke bioavtur. Kalau kelapa belum dibahas, tapi semua dibuka untuk industri mana pun. Roadmap-nya berdasarkan standar dan persentase campuran,” kata Eniya Rabu 24 Juli 2024.
Saat ini, PT Pertamina (Persero) telah mengembangkan bioavtur melalui co-processing minyak mentah kelapa sawit (CPO). Menurut situs resmi Pertamina, produk sustainable aviation fuel (SAF) dikembangkan di Kilang Cilacap melalui proses HEFA, yang telah memenuhi standar internasional seperti ASTM D 1655 dan Defstan 91-91.
Bioavtur-SAF berhasil melewati uji ground round dan flight test SAF pada mesin jet CFM56-7B di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Sebelumnya, Bioavtur J 2.4 juga telah diuji di Kilang TDHT/Green Refinery RU IV pada 2020-2021 untuk pesawat militer CN 235 dan pada 2023 untuk pesawat komersial Garuda.
Eniya juga menyebutkan bahwa pengembangan bioavtur melalui minyak jelantah atau used cooking oil memiliki dampak positif bagi kesehatan, meskipun tantangan utama ada pada pengumpulannya. “Ke depan, resource lain akan dikembangkan,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo melihat hilirisasi kelapa menjadi bioavtur sebagai potensi besar dalam ekonomi hijau Indonesia. “Limbah kelapa bisa jadi bioenergi, ini penting untuk dikembangkan. Kelapa bisa jadi bioavtur, ini tugas besar kita agar penggunaannya meningkat dan diminati negara lain,” kata Jokowi dalam Pembukaan Konferensi dan Pameran Kelapa Internasional ke-51, Senin 22 Juli 2024 lalu.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan bahwa dasar hukum untuk pengembangan industri SAF di Indonesia akan diluncurkan pada September 2024. Luhut juga menyoroti pengembangan avtur rendah emisi yang telah dilakukan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura melalui minyak jelantah.
Pengembangan bioavtur berbasis kelapa di Indonesia diharapkan dapat membawa dampak positif bagi ekonomi hijau dan meningkatkan daya saing industri energi terbarukan Indonesia di kancah internasional.
Bioavtur vs Avtur Konvensional
Sebelumnya, Pertamina, melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), berkomitmen dalam mendukung percepatan penerapan energi baru dan terbarukan di Indonesia. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai target 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Green Refinery, yang merupakan langkah strategis pertama oleh PT Pertamina, bertujuan untuk memenuhi target tersebut dengan memproduksi bahan bakar ramah lingkungan dari sumber daya terbarukan. Dengan peran KPI sebagai penyedia bahan bakar utama, termasuk Avtur, perusahaan ini bertekad untuk memastikan produksi Avtur berkualitas tinggi yang mematuhi standar internasional dan domestik.
Salah satu pencapaian utama KPI adalah produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) di Kilang Cilacap. Pengolahan Bioavtur-SAF dilakukan melalui metode ester dan fatty acid (HEFA) co-processing, yang telah memenuhi spesifikasi internasional seperti ASTM D 1655 dan Defstan 91-91, serta standar domestik sesuai Peraturan Dirjen Migas No. 59K/2022.
Selain memenuhi standar nasional dan internasional, Bioavtur-SAF dari Kilang Pertamina juga mematuhi kriteria dari berbagai kerangka kerja global. Ini termasuk Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) yang diterbitkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), RefuelEU/Fit55 dari Uni Eropa, EU/United Kingdom Emissions Trading, dan United States IRA tax credit.
Kepatuhan terhadap berbagai kerangka kerja ini menunjukkan komitmen Pertamina dalam memastikan bahwa Bioavtur-SAF yang diproduksi tidak hanya memenuhi standar keberlanjutan yang ketat, tetapi juga mendukung keterlibatan seluruh pemangku kepentingan terkait. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat implementasi energi terbarukan di Indonesia, selaras dengan upaya global dalam mengatasi perubahan iklim dan mempromosikan keberlanjutan lingkungan.
Bioavtur, atau bahan bakar nabati untuk pesawat terbang, menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan avtur konvensional yang berasal dari minyak bumi. Secara keseluruhan, bioavtur merupakan alternatif yang menjanjikan untuk avtur konvensional dan dapat memberikan banyak manfaat bagi lingkungan, ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan.
1. Mengurangi Emisi Karbon:
- Bioavtur dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80 persen dibandingkan avtur konvensional.
- Hal ini membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi dampak lingkungan dari industri penerbangan.
2. Meningkatkan Kemandirian Energi:
- Produksi bioavtur dari bahan baku domestik seperti minyak sawit, tebu, atau singkong dapat mengurangi ketergantungan pada impor avtur konvensional.
- Hal ini dapat meningkatkan ketahanan energi negara dan menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian.
3. Meningkatkan Kualitas Udara:
- Bioavtur menghasilkan emisi sulfur dan partikulat yang lebih rendah dibandingkan avtur konvensional.
- Hal ini dapat meningkatkan kualitas udara di sekitar bandara dan mengurangi dampak kesehatan bagi masyarakat.
4. Mendukung Pembangunan Berkelanjutan:
- Penggunaan bioavtur mendukung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
5. Potensi Ekonomi:
- Industri bioavtur memiliki potensi ekonomi yang besar di Indonesia, dengan potensi pasar global yang mencapai US$20 miliar per tahun.
- Pengembangan industri bioavtur dapat meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor.
Penerapan Bioavtur di Indonesia:
- Pada tahun 2023, Garuda Indonesia telah melakukan penerbangan uji coba menggunakan bioavtur yang terbuat dari minyak sawit.
- Pertamina juga sedang mengembangkan produksi bioavtur dari berbagai sumber bahan baku.
Meskipun bioavtur memiliki banyak kelebihan, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti:
- Harga bioavtur yang masih lebih mahal dibandingkan avtur konvensional.
- Ketersediaan lahan untuk menanam bahan baku bioavtur yang berkelanjutan.
- Pengembangan teknologi produksi bioavtur yang lebih efisien dan ramah lingkungan. (*)