KABARBURSA.COM – PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) mencatatkan sederet capaian yang menegaskan kinerja positif perusahaan pada tahun ini.
SBI pada semester satu tahun 2025, mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp266 miliar. Laba SBI tersebut terhitung naik 63 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
SBI yang usahanya dikelola PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG, sukses memperkuat fundamental bisnisnya melalui strategi efisiensi dan pengelolaan biaya yang disiplin. Capaian tersebut tidak mudah, sebab dapat dilakukan di tengah pasar semen yang masih tertekan.
Menurut Direktur Utama PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, Ainul Yaqin, pihaknya begitu mengapresiasi pencapaian tersebut yang mencerminkan komitmen kolektif SBI dalam menjaga kinerja berkelanjutan.
“Kinerja Solusi Bangun Indonesia membaik, ditandai dengan peningkatan laba dibandingkan tahun lalu, strategi transformasi yang berfokus pada solusi bangunan berkelanjutan, serta program efisiensi untuk mencapai operational excellence. Kinerja ini pun tak lepas dari kepercayaan pelanggan terhadap produk dan layanan bernilai tambah di tengah tekanan pasar,” ujarnya belum lama ini dikutip dari siaran resmi, Jumat 3 Oktober 2025.
Hasil Manis Efisiensi
Meski volume penjualan dan pendapatan masih terdampak kontraksi pasar, langkah strategis SBI dalam menekan beban pokok pendapatan hingga 11,75 persen, berhasil mendongkrak laba kotor sebesar 7,98 persen menjadi Rp1,03 triliun.
Pada periode yang sama tahun sebelumnya, atau semester satu 2024, SBI meraup laba kotor sebesar Rp961 miliar.
Selain itu, kinerja operasional perusahaan dengan kode saham SMCB juga semakin solid karena mampu membukukan kenaikan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) sebesar 5,3 persen menjadi Rp835 miliar, dari sebelumnya yang sebesar Rp793 miliar.
Hasil positif tersebut, menunjukkan efektivitas langkah efisiensI yang dijalankan di seluruh lini bisnis SBI mampu berjalan optimal.
Inovasi dan Dekarbonisasi, Pilar Bisnis Hijau SBI
Tak hanya fokus pada efisiensi, SBI juga terus mendorong inisiatif dekarbonisasi sebagai bagian dari akselerasi menuju industri hijau berkelanjutan. Berbagai program telah dijalankan, mulai dari pemanfaatan bahan bakar alternatif, penggunaan energi surya, hingga penerapan teknologi Hydrogen Rich Gas (HRG) di Pabrik Narogong.
Menariknya, SBI menjadi pelopor penggunaan teknologi HRG di Asia Tenggara, yang terbukti meningkatkan efisiensi pembakaran dan menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Hingga Juni 2025, 51 persen pendapatan SBI berasal dari produk dan layanan berkelanjutan, menegaskan posisi perusahaan sebagai pelopor solusi konstruksi ramah lingkungan di Tanah Air.
Ekspansi Global, Target Ekspor ke Amerika Serikat
Selain memperkuat pasar domestik dengan produk andal seperti Dynamix dan Semen Andalas, SBI juga memperluas pasar ekspor melalui pengembangan dermaga dan fasilitas produksi di Tuban, Jawa Timur. Fasilitas baru ini ditargetkan mampu melayani ekspor hingga satu juta ton per tahun ke pasar Amerika Serikat.
Langkah ekspansi global ini menjadi bukti bahwa SBI tak hanya fokus pada pasar lokal, tetapi juga siap bersaing di kancah internasional dengan produk semen dan beton berkualitas tinggi yang ramah lingkungan.
Tetap Solid di Tengah Tekanan Industri
Industri semen nasional masih dibayangi tantangan akibat melemahnya daya beli dan tertundanya proyek infrastruktur pada paruh kedua 2025. Namun, SBI optimis mampu menjaga profitabilitas melalui efisiensi operasi, distribusi yang lebih ramping, inovasi teknologi hijau, serta kolaborasi erat dengan pemangku kepentingan.
Strategi tersebut selaras dengan komitmen perusahaan untuk menciptakan nilai tambah berkelanjutan dan berkontribusi pada target Net Zero Emission Indonesia 2050.
Diketahui, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) merupakan perusahaan publik dengan 83,52 persen saham dimiliki oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG). SBI menjalankan bisnis terintegrasi dari produksi semen, beton siap pakai, agregat, hingga pengelolaan limbah industri ramah lingkungan.
Perusahaan mengoperasikan empat pabrik semen terintegrasi di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Aceh) yang dikelola oleh anak usaha PT Solusi Bangun Andalas dengan total kapasitas produksi 14,86 juta ton per tahun dan lebih dari 2.000 karyawan.
Dengan strategi efisiensi, inovasi hijau, dan ekspansi global yang terukur, SBI kian menegaskan perannya sebagai motor transformasi industri semen Indonesia menuju masa depan berkelanjutan.
SIG Maksimalkan Pasar Ekspor Demi Dongkrak Penjualan

Sebelumnya pada Mei lalu, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG mencanangkan sejumlah terobosan untuk mendongkrak penjualan. Salah satu langkah yang akan dijalani perusahaan ialah memaksimalkan pasar ekspor.
Corporate Secretary SIG Vita Mahreyni mengatakan, SIG akan meningkatkan segmen retail melalui strategi yang lebih fokus pada kondisi di setiap daerah.
Emiten dengan kode saham SMGR juga terus menjaga kepemimpinan dalam industri dengan menghadirkan portofolio semen hijau dan produk turunannya yang inovatif dan ramah lingkungan.
Salah satunya adalah bata interlock presisi yang dinilai cocok untuk program 3 juta rumah dari pemerintah. Selain itu, SIG juga akan memaksimalkan pasar ekspor.
Saat ini, SIG tengah merampungkan proyek pengembangan dermaga dan fasilitas produksi di Pabrik Tuban, Jawa Timur sebagai landasan penting untuk memaksimalkan peluang di pasar ekspor.
”SIG siap melayani pasar internasional dengan membawa produk kebanggaan anak bangsa ke kancah dunia," ujar Vita dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya untuk mengatasi tantangan pasar domestik yang semakin kompetitif serta kondisi oversupply, lanjut Vita, ekspansi bisnis ini juga menjadi ajang pembuktian bahwa SIG mampu bersaing dengan produsen semen global.
Diketahui, SIG melalui anak usahanya yaitu SBI, tengah bekerja sama dengan Taiheiyo Cement Corporation. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ekspor, terutama semen tipe khusus ke pasar internasional, khususnya Amerika Serikat.
Dengan kapasitas ekspor hingga 1 juta ton semen per tahun, perusahaan yakin proyek tersebut akan berkontribusi terhadap daya saing pasar ekspor dan memperkuat jaringan distribusi global perusahaan.
Di sisi lain, Vita menambahkan, industri semen domestik mengalami kontraksi pada kuartal I tahun 2025, baik pada segmen semen kantong (retail) maupun curah (bulk).
Kondisi ini berdampak pada penurunan volume penjualan dan pendapatan SIG. Namun begitu, perusahaan mencatatkan peningkatan pada penjualan kawasan regional sebesar 13,8 persen year-on-year (yoy).
Dari sisi biaya, beban pokok pendapatan tercatat 1,2 persen lebih rendah yoy menjadi Rp6,09 triliun. Di saat bersamaan, SIG mampu menekan biaya operasional 2,6 persen lebih rendah yoy menjadi Rp1,26 triliun.
Biaya keuangan bersih juga tercatat lebih rendah 30,7 persen yoy menjadi Rp179 miliar sejalan dengan saldo utang berbunga yang lebih rendah.
“Strategi SIG untuk menggarap peluang di pasar regional terbukti berhasil menyumbang penjualan sebanyak 2,37 juta ton semen atau naik 13,8 persen yoy di tengah ketatnya persaingan pasar retail," kata Vita.
Semen Indonesia (SMGR) sebagai raksasa industri semen nasional, bersiap menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun untuk tahun 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan rata-rata capex reguler tahunan perusahaan yang selama ini berkisar di angka Rp 1,3 triliun.
Kenaikan ini bukan tanpa alasan. SMGR tengah mempersiapkan proyek besar yang diharapkan bisa memperluas jangkauan pasarnya secara global, khususnya ke Amerika Serikat.
Fokus utama dari alokasi capex jumbo ini adalah untuk menyelesaikan pembangunan pabrik pengolahan di Tuban, Jawa Timur. Pabrik ini dirancang bukan hanya untuk memperkuat kapasitas produksi dalam negeri, tetapi juga sebagai infrastruktur strategis untuk mendukung ekspor semen ke wilayah West Coast atau Pantai Barat Amerika Serikat.
Ini adalah langkah strategis yang mencerminkan ambisi SMGR untuk memperluas sayap bisnisnya di kancah internasional, di tengah persaingan global yang semakin ketat dan kebutuhan diversifikasi pasar ekspor.
Dengan fasilitas baru di Tuban, SMGR menargetkan efisiensi logistik dan pemrosesan yang lebih optimal, sehingga produk semen Indonesia bisa bersaing secara harga dan kualitas di pasar ekspor.
Wilayah Pantai Barat AS yang memiliki kebutuhan konstruksi tinggi, terutama dalam sektor infrastruktur dan perumahan, menjadi target ekspor yang sangat potensial bagi SMGR dalam jangka menengah hingga panjang.
Meski capex tahun 2025 melonjak karena pembangunan pabrik ini, SMGR tetap mengalokasikan anggaran terpisah untuk capex reguler yang digunakan untuk perawatan dan pemeliharaan fasilitas yang sudah ada.
Jumlahnya diperkirakan tetap berada di kisaran Rp 1,3 triliun seperti tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan tetap menjaga keseimbangan antara ekspansi dan keberlanjutan operasional yang sudah berjalan.
Langkah ini juga memberi sinyal bahwa SMGR tidak hanya ingin menjadi pemain utama di dalam negeri, tetapi juga memperkuat posisi sebagai eksportir semen kelas dunia.
Dengan kapabilitas baru yang akan segera hadir di Tuban dan target ekspor ke Amerika, Semen Indonesia tampak serius menjawab tantangan industri dan mencari peluang pertumbuhan yang lebih luas di luar pasar domestik.
Investasi besar ini pun sejalan dengan visi jangka panjang perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah, efisiensi rantai pasok, dan memperluas jejak globalnya. Jika realisasi ekspor ke Amerika Serikat berhasil dicapai, bukan tidak mungkin SMGR akan membuka peluang ekspansi ke pasar internasional lainnya di masa depan.
Ini menjadi perkembangan yang menarik untuk terus dicermati, terutama bagi pelaku pasar, investor, dan pengamat industri konstruksi global.