Logo
>

TAPG Masuk Bisnis Hijau, bakal Berefek ke Pendapatan?

Joint venture TAPG dengan Aisin Takaoka Jepang meresmikan fasilitas biokokas pertama.

Ditulis oleh Syahrianto
TAPG Masuk Bisnis Hijau, bakal Berefek ke Pendapatan?
PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mulai menapaki lini bisnis hijau melalui pengoperasian fasilitas produksi biokokas PT ATP Bio Indonesia. (Foto: Dok. TAPG)

KABARBURSA.COM – PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mulai menapaki lini bisnis hijau melalui pengoperasian fasilitas produksi biokokas PT ATP Bio Indonesia, entitas asosiasi yang dibentuk bersama Aisin Takaoka Co., Ltd. Jepang. 

Fasilitas tersebut diresmikan pada 9 Desember 2025 di Ambawang, Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Dalam keterbukaan informasi, manajemen TAPG menegaskan bahwa peresmian fasilitas biokokas ATP Bio belum menimbulkan dampak material terhadap kinerja keuangan perseroan.

“Tidak berdampak material atas Peresmian Fasilitas Produksi Biokokas PT ATP Bio Indonesia tersebut,” tulis Corporate Secretary TAPG, Joni Tjeng dikutip, Rabu, 10 Desember 2025.

ATP Bio Indonesia adalah entitas asosiasi yang didirikan pada Agustus 2024. TAPG memiliki 49 persen kepemilikan dengan modal ditempatkan dan disetor penuh Rp49.000 juta, sementara Aisin Takaoka menanamkan Rp51.000 juta.

Per 30 September 2025, ATP Bio membukukan total aset Rp283.446 juta, yang didominasi aset tidak lancar Rp222.834 juta. 

Liabilitas jangka pendek dan jangka panjang tercatat masing-masing Rp17.434 juta dan Rp190.847 juta, sehingga aset neto entitas mencapai Rp75.165 juta.

Secara pembukuan, investasi TAPG pada entitas asosiasi – termasuk ATP Bio – tercatat Rp43.398 juta per akhir September 2025, turun dari Rp57.283 juta pada akhir 2024. 

Penurunan ini terutama berasal dari pengakuan bagian rugi entitas asosiasi, salah satunya ATP Bio.

Kinerja TAPG Masih Didominasi Bisnis Inti

Di sisi lain, kinerja keuangan TAPG sepanjang sembilan bulan pertama 2025 masih bertumpu pada bisnis inti kelapa sawit dan karet. 

Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp8.207.835 juta hingga 30 September 2025, naik dari Rp6.242.383 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya, atau sekitar 31,5 persen secara tahunan.

Laba usaha ikut menguat menjadi Rp2.472.341 juta dari Rp1.529.208 juta, sementara laba periode berjalan meningkat menjadi Rp2.779.684 juta dibandingkan Rp1.676.930 juta pada 9M24.

Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp2.679.633 juta dari Rp1.617.246 juta.

Kontributor penting lainnya adalah bagian laba dari ventura bersama dan entitas asosiasi yang mencapai Rp825.724 juta pada 9M25, naik dari Rp515.020 juta pada periode yang sama tahun lalu. 

Porsi ini masih didominasi entitas joint venture perkebunan seperti PT Union Sampoerna Triputra Persada dan entitas terkait lainnya.

Posisi ATP Bio: Belum Kontribusi Pendapatan, Masih Rugi

Hingga 30 September 2025, ATP Bio belum membukukan penjualan. Ringkasan laporan laba rugi entitas menunjukkan penjualan neto masih nol, sementara rugi periode berjalan tercatat Rp24.834 juta.

Sebagai pemegang 49 persen saham, TAPG mengakui bagian rugi Rp12.169 juta dari ATP Bio dalam pos “bagian laba dari ventura bersama dan entitas asosiasi”. Angka ini relatif kecil jika dibandingkan total kontribusi laba dari ventura bersama dan entitas asosiasi yang mencapai Rp825.724 juta.

Data tersebut mengonfirmasi bahwa pada tahap sekarang, ekspansi ke bisnis biokokas masih berada di fase investasi dan pembangunan kapasitas, belum masuk fase kontribusi pendapatan. 

Hal ini sejalan dengan pernyataan perseroan bahwa peresmian fasilitas ATP Bio belum berdampak material terhadap laporan keuangan konsolidasian.

Bisnis Hijau di dalam Ekosistem TAPG

Masuknya ATP Bio menambah portofolio aktivitas berbasis lingkungan di dalam grup. 

Sebelumnya, TAPG telah memiliki entitas seperti PT Alam Teduh Sentosa dan anak-anak usaha lain yang bergerak di bidang restorasi ekosistem di Kalimantan dan wilayah lain.

Dari sudut pandang laporan keuangan, kontribusi lini hijau ini masih jauh lebih kecil dibanding bisnis utama CPO dan karet. 

Aset ATP Bio yang tercatat Rp283.446 juta dan rugi Rp24.834 juta masih berada pada skala yang tidak mengubah profil laba rugi TAPG secara keseluruhan.

Ke depan, pengaruh bisnis biokokas terhadap pendapatan TAPG baru akan terlihat ketika fasilitas produksi ATP Bio memasuki fase operasi komersial penuh dan mulai mencatat penjualan. 

Hingga laporan keuangan interim 30 September 2025, perseroan belum mengungkap proyeksi pendapatan spesifik dari ATP Bio dan hanya menegaskan bahwa peresmian fasilitas tersebut belum berdampak material bagi kinerja konsolidasian. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.