KABARBURSA.COM – Terminal LPG Tanjung Sekong yang dikelola oleh PT Pertamina Energy Terminal (PET), Subholding Integrated Marine Logistics (IML) jadi salah satu infrastruktur energi paling vital di Indonesia.
Terminal ini menopang sekitar 40 persen kebutuhan LPG nasional. Sehingga Terminal LPG Tanjung Sekong yang dioperasionalkan Pertamina, menjadi tulang punggung pasokan energi rumah tangga dan industri di Tanah Air.
Beroperasi sejak 2012 dan resmi menjadi Terminal LPG Refrigerated pada 2020, fasilitas ini memainkan peran penting dalam menjaga ketahanan energi nasional, khususnya untuk pasokan LPG yang digunakan jutaan keluarga Indonesia setiap hari.
Menurut Corporate Secretary Pertamina, Arya Dwi Paramita, posisi Terminal LPG Tanjung Sekong sangat strategis sehingga dapat mendukung suplai energi di dapam neger8 tetap stabil serta berkelanjutan.
“Terminal ini memikul tanggung jawab besar dalam memastikan pasokan energi tetap aman dan berkelanjutan untuk kebermanfaatan masyarakat, khususnya kebutuhan LPG yang digunakan setiap hari di rumah tangga,” ujarnya lewat keterangan resmi, Kamis 23 Oktober 2025.
Lebih lanjut, Arya juga mengapresiasi penerapan protokol HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) di area terminal yang dinilai sangat ketat dan berjalan konsisten.
“Para Perwira di Tanjung Sekong tidak hanya fokus pada operasi, tetapi juga aktif berinteraksi dan berbagi pengetahuan keselamatan dengan masyarakat sekitar,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Energy Terminal, Bayu Prostiyono menegaskan komitmen perusahaan untuk terus memperkuat penerapan HSSE serta prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh aktivitas operasional.
“Sebagai fasilitas vital nasional, kami memastikan seluruh kegiatan berjalan sesuai standar keselamatan internasional dan prinsip keberlanjutan,” ujar Bayu.
Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya PET mewujudkan aspirasi menjadi world class green terminal, sekaligus mendukung target nasional Net Zero Emission (NZE) 2060.
Dorong Inovasi Energi Hijau
Sebagai bentuk nyata komitmen terhadap keberlanjutan, sejak Desember 2023 Terminal LPG Tanjung Sekong telah menggunakan Renewable Energy Certificate (REC) hasil sinergi BUMN.
Di samping itu, fasilitas ini juga telah mengoperasikan On-Grid Solar System berkapasitas 85,5 kWp (Kilowatt peak) yang mampu mereduksi 16,61 ton emisi karbon dioksida sepanjang tahun 2023.
“Kami terus berinovasi untuk menghadirkan operasi yang efisien, aman, dan ramah lingkungan. Upaya ini adalah bagian dari tanggung jawab kami dalam mendukung agenda transisi energi nasional,” jelas Bayu.
Kinerja Hijau yang Diakui Nasional
Berkat konsistensi dalam penerapan prinsip keberlanjutan, Terminal LPG Tanjung Sekong berhasil meraih berbagai penghargaan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Terminal ini mendapat Proper Hijau pada 2021, Proper Biru pada 2022, serta kembali meraih Proper Hijau pada 2023 dan 2024.
Capaian tersebut menjadi bukti nyata keberhasilan PET menjaga keseimbangan antara keamanan energi nasional, operasi berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Sebagai perusahaan yang memimpin transisi energi, Pertamina terus memperkuat peran strategisnya dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di bidang energi bersih dan terjangkau (SDG 7) serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (SDG 8).
Pertamina Bekali Sertifikasi Operator PLTS bagi 40 Local Hero Desa Energi Berdikari
Pertamina menunjukkan dukungannya terhadap transisi energi nasional lewat penguatan sumber daya manusia di sektor energi baru terbarukan (EBT).
Kali ini, Pertamina membekali 40 perwakilan dalam program DEB atau Local Hero dengan Sertifikasi Junior Operator Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Program ini menjadi bagian dari inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina yang mendorong kemandirian energi desa serta pertumbuhan ekonomi hijau berbasis teknologi tepat guna.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan 76 persen tambahan kapasitas listrik 69,5 GW (Gigawatt) hingga 2034 bersumber dari energi terbarukan.
Sejalan dengan arah tersebut, Pertamina kini telah mengembangkan 176 Desa Energi Berdikari di seluruh Indonesia, dengan 149 unit PLTS aktif beroperasi, dan menargetkan 80 tambahan unit baru pada 2025.
Vice President CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero), Rudi Ariffianto, mengatakan bahwa sertifikasi ini dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Pengembangan SDM Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) di Jakarta, pada Selasa 14 Oktober 2025.
“Dari 176 DEB yang sudah beroperasi, kita membutuhkan lebih banyak operator junior yang tersertifikasi. Karena itu, program sertifikasi ini akan terus berlanjut seiring bertambahnya jumlah PLTS di lapangan,” ujar Rudi kewat keterangan resmi, Rabu 15 Oktober 2025.
Sejak pertama kali digelar pada 2023 hingga 2024, sebanyak 48 Local Hero telah lulus sertifikasi, dan kini 40 peserta baru kembali mengikuti pelatihan untuk memperkuat kapasitas SDM di desa-desa binaan.
“Kami tidak berhenti di penyediaan listrik saja. Energi dari PLTS ini dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi seperti pertanian, perikanan, hingga usaha kreatif desa,” tambah Rudi.
Dari Lampung hingga Papua, Energi Surya Buka Harapan Baru
Salah satu peserta, Kukuh Diki Prasetya dari Lampung, penggerak DEB di sektor kopi, menuturkan bahwa kehadiran PLTS telah mempercepat produktivitas petani.
“Program Pertamina membantu mempercepat target kami. Dari yang seharusnya 10 tahun bisa tercapai dalam 5 tahun. Energi surya membuat petani bisa bekerja lebih cepat dan efisien,” ujarnya.
Kini, Kukuh telah membina 18 kelompok petani kopi yang mengelola produksi dari hulu ke hilir, sekaligus menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di sekitar.
Kisah serupa datang dari Edison Fami di Desa Wisata Malasigi, Papua, yang sukses mengembangkan ekowisata hutan berkelanjutan dengan PLTS berkapasitas 8,72 kWp.
“Lewat PLTS ini, kami mendapat penerangan, air, dan harapan baru. Energi matahari membuat masyarakat bisa mengembangkan wisata tanpa merusak hutan,” ungkap Edison.
Sementara itu, Kasmawati, Local Hero dari Maros, Sulawesi Selatan, melalui DEB AFT Hasanuddin, aktif membina Kelompok Wanita Tani (KWT) Baji Minasa dalam pertanian hidroponik berbasis energi surya. “Kami belajar bahwa energi terbarukan bisa berjalan seiring dengan ekonomi hijau yang menyejahterakan,” tuturnya. (info-bks/*)