KABARBURSA.COM - Industri minyak sawit kembali mendapatkan sorotan setelah harga crude palm oil (CPO) global menunjukkan tren penguatan. Dorongan utama datang dari India, salah satu importir terbesar minyak nabati dunia, yang memasuki periode konsumsi tinggi menjelang perayaan Diwali pada pertengahan Oktober mendatang.
Peningkatan kebutuhan ini diperkirakan akan mendongkrak permintaan CPO secara signifikan, dan memberi katalis positif bagi emiten sawit di Indonesia.
Saat ini, harga CPO berada di kisaran 4.445 MYR per ton, tumbuh 1,55 persen dalam sebulan terakhir. Proyeksi ke depan bahkan lebih optimistis, dengan potensi naik hingga 4.538 MYR per ton pada akhir kuartal ketiga, dan berlanjut ke 4.832 MYR per ton dalam 12 bulan ke depan.
Head of Research Retail MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, menilai harga CPO secara jangka pendek akan berada dalam fase konsolidasi. Namun, dalam jangka menengah, tren bullish masih dominan dan berpeluang memberikan ruang penguatan lebih lanjut.
Pantau CSRA, AALI, LISP, dan SMAR
Dampak sentimen ini langsung mengalir ke saham-saham sawit domestik. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menjadi salah satu emiten yang disorot.
Secara teknikal, saham CSRA masih bertahan di atas MA20 dengan volume transaksi yang cukup besar, menandakan minat pasar yang kuat. Area resistance berada di level 875 dengan target kenaikan menuju 900–920, sehingga analis merekomendasikan strategi trading buy.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), emiten sawit besar di bawah Grup Astra, juga dianggap menarik. AALI berpotensi mengikuti arah positif harga CPO global dengan kecenderungan menguat dalam waktu dekat.
Meski belum sepenuhnya keluar dari tekanan industri, saham ini bisa menjadi incaran investor yang ingin mengambil posisi sejak dini sebelum tren naik lebih jelas.
Tak hanya itu, saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) juga mendapat atensi. Meski masih berada dalam fase spekulatif, analis menilai SMAR layak dipertimbangkan untuk speculative buy karena pergerakannya cenderung mengikuti arah penguatan harga komoditas.
Sementara itu, tidak semua emiten sawit menikmati sentimen positif yang sama. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dinilai masih dalam fase downtrend. Meskipun katalis global mendukung industri, LSIP belum menunjukkan sinyal teknikal yang cukup kuat, sehingga investor disarankan menunggu dan melihat terlebih dahulu sebelum mengambil posisi.
Kondisi ini menggambarkan bahwa dampak penguatan harga CPO tidak seragam pada setiap emiten. Beberapa saham dengan struktur teknikal solid seperti CSRA dan AALI berpotensi menjadi pilihan utama, sedangkan SMAR bisa dilirik dalam konteks spekulatif.
Namun bagi LSIP, investor perlu lebih berhati-hati. Secara keseluruhan, katalis dari India menjelang Diwali menjadi peluang emas bagi saham-saham sawit, tetapi selektivitas tetap menjadi kunci dalam menentukan strategi investasi.(*)