Logo
>

Agustus 2024, RI Impor Susu Senilai 94,49 Juta Dolar AS

Ditulis oleh KabarBursa.com
Agustus 2024, RI Impor Susu Senilai 94,49 Juta Dolar AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Program pemberian susu gratis yang dicanangkan presiden terpilih, Prabowo Subianto, terancam terganggu, bahkan bisa jadi batal. Ternyata, Indonesia masih bergantung pada susu impor.

    Seperti diketahui, program pemberian susu gratis kepada anak-anak dan pelajar di semua wilayah Indonesia rencananya akan diterapkan mulai Januari 2025.

    Berdasarkam data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa Indonesia masih mengimpor susu senilai USD94,49 juta pada Agustus 2024.

    Nilai ini meningkat sebesar 21,19 persen dibandingkan Juli 2024 dan meningkat 21,12 persen dibandingkan Agustus 2023.

    Namun secara kumulatif, selama Januari-Agustus 2024 nilai impor susu Indonesia mencapai USD605,05 juta, turun 10,27 persen dibandingkan Januari-Agustus 2023 yang sebesar USD674,28 juta.

    "Impor susu secara bulanan naik 21,19 persen, sedangkan secara tahunan naik 21,12 persen, dan secara kumulatif turun 10,27 persen," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa, 17 September 2024.

    Pudji membeberkan, Indonesia paling banyak mengimpor susu dari Selandia Baru senilai USD47,99 juta, meningkat 8,47 persen secara tahunan dan 29,20 persen secara bulanan.

    Di posisi kedua negara pengimpor terbesar ke Indonesia adalah Amerika Serikat (AS) dengan nilai USD19,16 juta. Berikutnya Australia senilai USD10,94 juta, Belgia senilai USD6,02 juta, dan Irlandia senilai USD2,47 juta.

    Sedangkan, produk susu yang paling banyak diimpor pada Agustus 2024 lalu berupa susu dan krim bubuk atau padat yang tidak mengandung gula atau bahan pemanis lain dengan berat 20 kilogram atau lebih, dengan volume mencapai 21,58 juta kilogram.

    Impor produk susu tersebut meningkat 22,86 persen dibanding Juli 2024, dan meningkat 29,71 persen dibandingkan Agustus 2023 yang sebanyak 16,64 juta kilogram.

    Tak hanya susu, Indonesia juga mengimpor sapi hidup jenis lembu dari Australia senilai USD44,74 juta.

    Nilai impor ini turun 22,09 persen dibandingkan Juli 2024 senilai USD57,43 juta, tapi meningkat 44,09 persen dibandingkan Agustus 2023 yang sebanyak USD31,05 juta.

    "Jadi impor binatang hidup jenis lembu (sapi) kalau di HS-nya itu secara bulanan turun 22,09 persen, sedangkan secara tahunan naik 44,09 persen, dan secara kumulatif naik 40,22 persen. Impor barang jenis lembu ini utamanya dari Australia," terangnya.

    Sebelumnya, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memperbolehkan impor sapi perah sebanyak 1 juta ekor demi mendukung program pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto.

    "Jumlahnya 1 juta ekor untuk lima tahun ke depan," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Agung Suganda di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu, 7 September 2024.

    Seperti diketahui, pembagian susu ke masyarakat merupakan bagian dari program Makan Bergizi Gratis. Namun pemerintah terkendala pasokan susu, karena 80 persen kebutuhan susu masih mengandalkan impor.

    Dengan alasan itu, pemerintah mengimpor sapi sebanyak 1 juta sampai 1,5 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan  minimal sapi dalam memproduksi susu.

    Jika jadi direaliasikan, program makan siang dan pemberian susu secara gratis akan diberikan langsung kepada siswa dimulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga tingkat pesantren.

    Program susu gratis akan menyasar 82 juta anak. Dengan begitu, dibutuhkan sekitar 40 juta liter susu.

    Susu Ikan Pengganti Susu Impor

    Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengusulkan susu ikan sebagai alternatif menggantikan susu sapi sebagai pemenuhan program Makan Bergizi Gratis (MBR) yang akan dijalankan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

    Usulan ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor susu sebagai salah satu menu utama di program Makan Bergizi Gratis.

    Menurut Teten, susu ikan bisa menjadi solusi efektif untuk mengatasi ketergantungan pada susu impor dan meningkatkan nilai tambah produk perikanan domestik.

    Teten menjelaskan, pemberian susu ikan juga bagian dari upaya hilirisasi produk kelautan dan sebagai upaya meningkatkan pendapatan nelayan melalui pemanfaatan produk-produk turunannya.

    “Hilirisasi produk lautan salah satunya adalah produk-produk turunan dari ikan. Tidak hanya untuk produk susu, ikan juga mengandung ekstrak protein yang bisa digunakan dalam industri makanan,” kata Teten, kemarin.

    Dipaparkannya, susu ikan bisa menjadi produk yang memenuhi standar gizi sama seperti susu sapi. Dia menyebutkan, susu ikan mengandung protein yang setara dengan susu sapi.

    Kata Teten, dalam pemenuhan susu di program Makan Bergizi Gratis bisa memanfaatkan ikan-ikan rucah dan ikan asin yang melimpah di Indonesia.

    “Selain itu, susu ikan ini lebih murah dan tidak menimbulkan alergi seperti pada susu sapi. Ini merupakan keuntungan besar untuk masyarakat Indonesia,” jelasnya.

    Teten menyebutkan, sampai saat ini Indonesia masih bergantung pada impor susu, yang mencapai 80 persen. Keterbatasan lahan dan produktivitas susu sapi, yang hanya sekitar 15 liter per hari per sapi, menjadi tantangan besar.

    “Susu sapi masih didominasi oleh impor, dan kita memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan produk ini dengan susu ikan,” imbuhnya.

    Dia menyebutkan bahwa potensi susu ikan di Indonesia sangat besar, dengan kapasitas sekitar 24,74 juta ton ikan yang dapat diolah menjadi susu.

    “Saat ini susu ikan sudah mulai dijual untuk umum,” kata Teten.

    Melihat besarnya potensi susu ikan, Teten berpandangan, hal itu bisa menjadi alternatif untuk menggantikan susu sapi, Namun, pihaknya belum pernah membicarakan hal itu kepada Prabowo Subianto.

    Meski begitu, dia berharap program Makanan Bergizi Gratis dapat melibatkan UMKM. “Susu ikan sudah dijual, tapi saya belum ada pembicaraan itu dengan tim Pak Prabowo. Tapi bapak Presiden Jokowi sudah pernah menyampaikann bahwa bagaimana misalnya penyediaan makan bergizi melibatkan UMKM, salah satunya yang potensial susu,” tuturnya.

    Keuntungan dan kemudahan lainnya, produksi susu ikan dapat dilakukan dengan mudah. Dia mengatakan, setiap daerah cukup membangun pabrik hidrolisat di setiap Tempat Pelelangan Ikan (TPI), maka bisa memproduksi susu ikan.

    “Teknologi yang digunakan pun adalah teknologi lokal, sehingga Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi,” pungkas Teten. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi