Logo
>

Ajak Pengusaha Tionghoa Bertani, Mentan: Hasilnya Sudah Pasti

Ditulis oleh KabarBursa.com
Ajak Pengusaha Tionghoa Bertani, Mentan: Hasilnya Sudah Pasti

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, mengajak para pengusaha Tionghoa untuk mensukseskan program pemerintah di sektor pangan. Program tersebut antara lain mecetak sawah 3 juta hektare, transformasi pertanian modern, dan Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Program-program ini diyakini menjadi langkah strategis yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang rencananya akan dijalankan pada Oktober 2024 mendatang. 

    Ajakan itu Amran ungkap saat menghadiri acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Sabtu, 29 September 2024. Dia menilai, program-program tersebut mampu menjadikan posisi Indonesia di sektor pangan dunia kembali menguat.

    Amran menuturkan, Indonesia mampu menjadi negara eksportir beras melalui program cetak sawah. Potensi ekspornya pun tidak kecil, yakni hingga 5 juta ton. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa bisnis di sektor ini cukup menjanjikan, karena memiliki hasil yang jelas dan terukur.

    "Khusus cetak sawah, kalau ini kita lakukan maka hasilnya sudah pasti akan kelihatan. Bapak Ibu, perkalian sederhananya saja seperti ini, kalau 3 juta jadi menjadi kenyataan, produksi 5 ton saja apalagi 10 ton per hektare hasilnya 30 juta ton,” kata Amran dalam keterangannya, dikutip Minggu, 29 September 2024.

    Berdasarkan blue print yang tertera, lanjut dia, tahun-tahun di masa pemerintahan Prabowo Subianto nanti akan ada pembangunan besar di sektor pertanian. Prabowo bahkan berkomitmen akan melanjutkan program pangan yang dikerjakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    "Dan saat ini sudah mulai bekerja di lapangan khususnya wilayah Merauke Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Di sana kita membangun kluster pertanian modern yang sejajar dengan negara maju lainya," jelasnya.

    Namun demikian, Amran menyebut target pemerintah dalam waktu dekat adalah mencapai swasembada beras. Hingga saat ini, upaya membangun swasembada tersebut mulai tampak, seperti adanya upaya mitigasi el nino dengan produksi yang cukup besar.

    "Kita bisa ekspor ke depan tapi, janji kita dalam waktu dekat adalah swasembada dulu. Maaf Bapak Ibu, sudah lama kita melakukan impor dan semua itu harus kita kembalikan menjadi ekspor. Ini bisa kita wujudkan di dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan," katanya.

    Amran meyakini, Indonesia mampu mengukir sejarah baru di sektor pangan. Dia juga berharap, Indonesia mampu menjadi negara eksportir beras ke segala penjuru dunia di era kepemimpinan Prabowo.

    "Mudah-mudahan pemerintahan Bapak Presiden terpilih Bapak Prabowo bisa mencetak sejarah pertama kita menjadi eksportir terbesar dari Indonesia ke seluruh dunia," tambahnya.

    Sementara itu, terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) Amran mengaku pemerintah sedang berupaya memberikan dukungan dengan menargetkan lebih dari 28 juta anak sekolah yang terdampak. Salah satunya dengan melanjutkan program pekarangan pangan lestari yang dulu pernah dilakukan.

    "Mimpi kita ke depan untuk program Makan Bergizi Gratis adalah tidak ada impor, karena semua bisa dihasilkan dari pekarangan. Ini bisa surplus dan kita tinggal tambah subtitusi menu makan dari protein yang sudah surplus, seperti telur dan ayam," tutupnya.

    Mengulang Cerita Orde Baru

    Dalam kesempatan yang sama, adik kandung Prabowo Subianto sekaligus Dewan Pakar Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menuturkan bahwa Indonesia pernah mengukir sejarah manis, yaitu capaian swasembada pangan pada masa Orde Baru. Nampaknya, kata Hashim, capaian tersebut akan terulang kembali di masa kepemimpinan Prabowo kelak.

    Hashim menuturkan, Indonesia juga sebelumnya sempat menjadi negara eksportir beras, salah satunya kepada Vietnam. Adapun hal itu terjadi di rentang tahun 1985-1986. Dalam kondisi itu, tutur dia, Indonesia memiliki stok beras yang melimpah.

    "Tahun 1985, tahun 1986, Vietnam mau kembalikan pinjaman beras. Indonesia kelebihan beras, Bulog itu kemudian penuh dengan beras. So, nanti kalau Indonesia kelebihan beras, Pak, saya menawarkan jasa saya ke Bapak, kita ekspor ke negara-negara lain," ujarnya.

    Hashim mengaku, pada saat itu dirinya menjadi salah satu pengusaha eksportir beras nasional untuk beberapa negara. Sebagai pengusaha, dia bangga lantaran negaranya berhasil swasembada.

    "Saya berbangga waktu itu, pengusaha Indonesia ikut perdagangan internasional. Kita jual beras Indonesia dari Vietnam, kita jual ke Filipina, uang kita kembalikan, saya bayar kembali ke Pak Bustanil Arifin (mantan Kepala Bulog) waktu itu, Pak, itu pengalaman, Pak," ungkapnya. 

    Swasembada pangan sendiri sebenarnya bisa dilakukan, mengingat RI adalah negara agraris. Hanya saja, beberapa tahun belakangan ini produksi pangan Indonesia mulai lesu. Ada beberapa alasan selain faktor iklim, yaitu semakin menyusutnya lahan untuk pertanian.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi