KABARBURSA.COM - Pergerakan harga emas masih menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi. Setelah sehari sebelumnya harga emas dunia mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pada perdagangan Jumat dinihari WIB, 21 Maret 2025 justru sebaliknya.
Harga emas mengalami pergerakan dinamis setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di awal sesi. Namun, aksi ambil untung membuat harga sedikit terkoreksi meskipun prospek bullish tetap terjaga.
Ketidakpastian geopolitik dan potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve menjadi faktor utama yang mempengaruhi sentimen pasar terhadap logam mulia ini.
Emas spot sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD3.057,21 per ons sebelum akhirnya turun tipis 0,09 persen ke USD3.045,04 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat justru mencatatkan kenaikan 0,1 persen dan ditutup di level USD3.043,80 per ons.
Menurut Chief Operating Officer Allegiance Gold Alex Ebkarian, pergerakan harga emas yang mengalami koreksi setelah mencetak rekor merupakan hal yang wajar, terutama ketika spekulan memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka. Ia juga menambahkan bahwa meskipun ekonomi global belum sepenuhnya memasuki resesi, perlambatan ekonomi dapat meningkatkan ketidakpastian dan mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Di sisi kebijakan moneter, pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, mengindikasikan bahwa kebijakan perdagangan era Donald Trump, termasuk tarif impor yang tinggi, mungkin telah berkontribusi pada perlambatan ekonomi Amerika Serikat serta peningkatan inflasi.
Sementara itu, Trump sendiri mengkritik keputusan The Fed yang masih menahan suku bunga, meskipun ada proyeksi pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin, hingga akhir tahun.
Data dari LSEG menunjukkan bahwa pasar saat ini memperkirakan adanya pelonggaran kebijakan moneter hingga 69 basis poin tahun ini, dengan pemangkasan pertama yang kemungkinan besar akan terjadi pada pertemuan The Fed bulan Juli. Ekspektasi ini semakin menguatkan prospek bullish bagi emas.
Bahkan, analis Citi memperkirakan bahwa dalam skenario optimis, harga emas bisa menembus USD3.500 per ons pada akhir tahun, didorong oleh meningkatnya permintaan lindung nilai dan kekhawatiran terhadap kemungkinan stagflasi di Amerika Serikat.
Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik juga turut mendukung pergerakan harga emas. Konflik yang kembali memanas di Gaza, di mana serangan udara Israel menewaskan setidaknya 91 warga Palestina setelah gencatan senjata dua bulan berakhir, meningkatkan kekhawatiran pasar. Dalam situasi ketidakpastian global, emas sering kali berfungsi sebagai aset lindung nilai yang aman.
Sementara itu, pergerakan harga logam mulia lainnya turut mengalami tekanan. Perak spot turun 1,2 persen ke USD33,41 per ons, platinum melemah 1,1 persen ke USD982,0 per ons, dan paladium terkoreksi 1,3 persen ke USD946,5 per ons.
Meskipun emas mengalami aksi ambil untung dalam jangka pendek, kombinasi faktor makroekonomi dan geopolitik tetap memberikan fundamental yang kuat bagi prospek jangka panjang logam mulia ini.
Dengan inflasi yang masih menjadi perhatian utama serta potensi kebijakan moneter yang lebih akomodatif, investor akan terus mencermati pergerakan harga emas sebagai salah satu indikator utama stabilitas ekonomi global.
Kapitalisasi Pasar Emas Melonjak, Capai Rekor Tertinggi
Kapitalisasi pasar emas global terus mencatatkan lonjakan signifikan, menembus angka USD20 triliun pada Februari 2025 dan mencapai sekitar USD20,8 triliun pada 14 Maret 2025. Dengan nilai tukar dolar terhadap rupiah di kisaran Rp16.470 per dolar AS, angka ini setara dengan Rp342.576 triliun.
Lonjakan ini menandai pertumbuhan luar biasa dalam lima tahun terakhir, mengingat pada Maret 2020, kapitalisasi emas masih berada di angka USD10,3 triliun. Dengan kenaikan USD10,5 triliun dalam periode tersebut, nilai kapitalisasi pasar emas melonjak lebih dari 100 persen, mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap logam mulia di tengah ketidakpastian global.
Secara historis, sekitar 272.000 metrik ton emas telah ditemukan, dengan 217.000 metrik ton telah diproduksi dan 55.000 metrik ton masih tersimpan sebagai cadangan bawah tanah. Produksi emas global pada 2024 mencapai 3.670 metrik ton, sementara tambahan 1.370 metrik ton berasal dari proses daur ulang.
Perhitungan kapitalisasi pasar emas dilakukan dengan mengalikan harga emas saat ini dengan total jumlah emas yang telah berada di atas permukaan bumi.
Menurut data World Gold Council per akhir 2021, cadangan emas yang telah ditambang dan tersedia di atas permukaan bumi diperkirakan mencapai 208.874 metrik ton. Namun, angka ini masih dapat bervariasi hingga 20 persen tergantung pada sumber data yang digunakan.
Dengan perhitungan ini, kapitalisasi pasar emas saat ini diperkirakan berada dalam rentang antara USD16,378 triliun hingga USD24,567 triliun, menunjukkan tingginya nilai akumulatif dari logam mulia ini sebagai aset investasi utama.
Sementara itu, harga emas terus menunjukkan tren penguatan sepanjang tahun ini, bahkan mencetak rekor tertinggi selama tiga hari berturut-turut. Pada perdagangan Rabu, 19 Maret 2025, harga emas di pasar spot naik 0,44 persen dan ditutup pada level USD3.047,18 per troy ons, menjadi level tertinggi sepanjang sejarah.
Selama tiga hari terakhir, harga emas sudah mengalami penguatan akumulatif sebesar 2,1 persen, memperlihatkan betapa kuatnya permintaan terhadap logam mulia ini.
Kenaikan harga emas ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global, kebijakan suku bunga bank sentral utama, serta meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe haven. Dengan tren yang masih menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut, kapitalisasi pasar emas berpeluang terus meningkat seiring dengan pergerakan harga yang terus mencetak rekor baru.(*)