Logo
>

Analis Prediksi Rupiah Menguat Akhir Tahun Karena Hal ini

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Analis Prediksi Rupiah Menguat Akhir Tahun Karena Hal ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi tercatat melemah sebesar 46 poin atau 0,29 persen menjadi Rp16.304 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.258 per dolar AS. Namun, Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, memberikan pandangan optimis mengenai pergerakan Rupiah hingga akhir tahun ini.

    Ibrahim memproyeksikan Rupiah akan menguat di akhir tahun. “Semua Rupiah kemungkinan besar di akhir tahun ini akan tembus di level penguatan di Rp15.500 sampai di Rp16.000,” kata Ibrahim dalam analisis hariannya yang diterima KabarBursa, Selasa, 9 Juli 2024.

    Pemulihan ekonomi di Amerika, Eropa, dan Inggris diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan suku bunga bank sentral global, yang bisa menyebabkan penurunan suku bunga sebanyak dua kali dalam setahun. Kondisi ini, kecuali Swiss yang diprediksi menurunkan suku bunga empat kali, diyakini akan melemahkan Dolar AS secara signifikan.

    Di sisi lain, terpilihnya Presiden Iran yang pro-reformasi diyakini akan meredakan ketegangan di Timur Tengah. Perundingan gencatan senjata di semester kedua kemungkinan akan tercapai, terutama di Jalur Gaza. Meredanya ketegangan geopolitik ini diharapkan membawa perbaikan ekonomi global.

    "IMF dan Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global mencapai 3,2 persen, lebih baik dari prediksi sebelumnya sebesar 3,1 persen," ujar Ibrahim.

    DIA menekankan pentingnya perkembangan ini dalam mendukung stabilitas ekonomi global.

    Secara internal, fundamental ekonomi Indonesia menunjukkan kekuatan dengan cadangan devisa yang masih cukup bagus meskipun Rupiah melemah di atas Rp16.000. Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua diperkirakan di atas 5 persen.

    Jika pertumbuhan ekonomi stabil di atas 5 persen hingga kuartal keempat, Ibrahim optimis Rupiah akan berada di Rp15.500 hingga Rp16.000 pada akhir tahun. "Ada kemungkinan besar Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis point di semester kedua, yang diyakini akan memperkuat Rupiah," kata Ibrahim.

    Menguat di Semester II 2024

    Berbeda dengan Ibrahim, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi nilai tukar Rupiah akan menguat hingga Rp16.200 per dolar AS pada semester II 2024.

    "Nilai tukar Rupiah semester II kita perkirakan bergerak di Rp16.000 hingga Rp16.200, sehingga keseluruhan tahun Rp15.900 hingga Rp16.100, di atas dari asumsi makro di APBN yang berada di Rp15.000," kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 8 Juli 2024.

    Sri Mulyani menjelaskan pergerakan nilai tukar Rupiah akan dipengaruhi oleh kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga, mempertimbangkan kondisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat saat ini.

    Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diperkirakan berada pada kisaran 6,9 persen hingga 7,1 persen pada semester II 2024, sama dengan perkiraan sepanjang 2024. Sementara pada semester I, realisasi tingkat imbal hasil SBN sekitar 6,85 persen, di atas asumsi APBN 2024 yang sebesar 6,7 persen.

    Inflasi diperkirakan berada pada rentang 2,7 persen hingga 3,2 persen pada semester II dan sepanjang 2024, tidak jauh dari target APBN 2,8 persen.

    Pertumbuhan ekonomi dipatok pada kisaran 5 persen hingga 5,2 persen untuk semester II dan outlook 2024. Permintaan domestik disebut masih cukup kuat untuk perekonomian nasional, namun perlu kewaspadaan dengan berbagai risiko global.

    Sementara itu, analis Lukman Leong mengatakan Rupiah memiliki potensi untuk menguat terhadap dolar AS yang kembali melemah setelah data pekerjaan AS Non-Farm Payroll (NFP) lebih rendah dari perkiraan.

    "Tingkat pengangguran AS naik dari 4 persen ke 4,1 persen," ujar analis Lukman Leong, dikutip dari Antara, Selasa, 9 Juli 2024.

    Pada Juni kemarin, kata Lukman, penambahan pekerjaan mencapai 206 ribu, lebih tinggi dari perkiraan 190 ribu. Namun, revisi besar-besaran pada data bulan-bulan sebelumnya menekan optimisme. Data pekerjaan untuk Mei dan April 2024 direvisi turun masing-masing 54 ribu dan 57 ribu pekerjaan.

    Meski ada potensi penguatan, Lukman memperingatkan bahwa ruang gerak rupiah mungkin terbatas. Minggu depan, investor menantikan beberapa data ekonomi penting dari AS seperti inflasi dan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell.

    Sinergi Jaga Nilai Tukar Rupiah

    Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah, menekankan pentingnya sinergi antara para pemangku kepentingan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terus melemah.

    "The Fed kemungkinan besar masih akan mempertahankan suku bunga tinggi dan ketidakpastian geopolitik akan mendorong kebijakan restriktif dari berbagai negara. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus bergotong royong," kata Said dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.

    Said menyoroti pentingnya komunikasi publik dari pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan rakyat. Dia berharap pemerintah dapat menyampaikan kondisi secara objektif sehingga masyarakat dapat melakukan langkah antisipasi sejak dini.

    Selain itu, Said merekomendasikan beberapa langkah strategis. Pertama, memastikan pengelolaan devisa, terutama devisa hasil ekspor sumber daya alam, berjalan optimal untuk memperkuat cadangan devisa. Insentif dan sanksi yang sepadan perlu diterapkan untuk mendukung pengelolaan devisa nasional.

    Kedua, melanjutkan reformasi sektor keuangan agar lebih inklusif dan menarik aliran modal asing. "Aliran investasi portofolio yang masuk kembali positif pada triwulan II 2024 mencapai 3,3 miliar dolar AS. Ini peluang yang harus dijaga oleh Pemerintah dan Bank Indonesia," ujarnya.

    Ketiga, memperketat kebijakan impor terutama pada sektor yang menguras devisa. Importasi sebaiknya difokuskan sebagai solusi jangka pendek untuk menutupi defisit pangan dan energi.

    Keempat, memastikan Surat Berharga Negara menjadi instrumen yang menarik bagi investor asing dengan imbal hasil yang moderat. Pemerintah juga perlu memastikan adanya pembeli tetap untuk SBN, mengingat SBN merupakan sumber pembiayaan penting bagi APBN.

    Kelima, memperluas dan makin kreatif dalam menopang kebutuhan pembiayaan di tengah ketatnya likuiditas nasional dan global. "Libatkan berbagai organisasi masyarakat dan asosiasi pengusaha yang memiliki likuiditas besar untuk ikut berpartisipasi secara menguntungkan," kata Said.

    Keenam, BI perlu memastikan kebijakan yang bertujuan mengurangi ketergantungan negara terhadap dolar AS menunjukkan hasil yang nyata.

    Terakhir, Said mengingatkan pemerintah dan BI untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas valuta asing guna memenuhi pembayaran utang pemerintah, BUMN, dan swasta dengan meningkatkan kebijakan hedging, agar tidak semakin membebani sektor keuangan.(pin/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).